Pernikahan memang sesuatu hal yang amat diinginkan oleh setiap orang. Namun, seorang gadis yang bernama Dania tidak menginginkan pernikahan yang terjadi.
Skandal pernikahan yang terjadi semata-mata hanya ingin memenuhi hutang sang Ayah nya.
"Saya siap menikah dengan putra Anda, Nyonya Sofia. Tapi saya mohon ... Jangan penjarakan Ayah saya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfianita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~MPH19~
...Ada saatnya kita harus berpura-pura buta dan berpura-pura tuli saat kita... menggemakan cinta....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
“Perempuan itu harus memiliki rasa kadar malu yang amat tinggi. Karena perempuan itu makhluk yang diciptakan dengan spesial. Jadi, jangan pernah kamu rendahkan dirimu dari seorang lelaki.”
Tuk! Tuk! Tuk!
Suara langkah kaki terdengar menuju ke arah dimana Aryan, Isabella dan laki-laki itu berada.
“Maafkan saya jika saya amat lancang ikut campur urusan Anda, Nona Isabella.”
Dania mengucapkan tanpa ada rasa ragu sedikitpun. Sikapnya yang sopan dan tegas telah ditunjukkannya pada Isabella dan laki-laki yang amat dikenalnya.
Dania juga menatap tajam Isabella yang duduk di depannya dengan wajah tanpa dosa. Seakan wajah itu memancing kemarahan Dania detik itu juga.
“Gadis desa datang juga ternyata. Bukan, lebih tepatnya gadis... bayaran.” Isabella lalu tertawa terbahak dengan kesan tatapan yang mengejek.
Kedua tangan Aryan semakin mengepal kuat, tanpa sadar rasa ingin melindungi Dania telah ada dalam diri Aryan.
Aryan hendak memberikan tamparan pada Isabella yang sudah amat keterlaluan. Aryan pun tidak menyangka jika Isabella memiliki sisi buruk yang tidak pernah diketahuinya.
‘Ingin sekali aku maju dan melindungi Nia, tapi apa ini Tuhan? Kaki ku masih Engkau hukum... lumpuh.’
Aryan pun menyerah, ia menyembunyikan ketidakberdayaan nya dengan menunduk. Tapi tidak dengan Dania.
Dania yang dilahirkan dan dididik dengan sikap mandiri, dewasa bahkan penyayang membuat seorang Dania bisa tegar dalam menghadapi cemoohan Isabella.
“Sekali lagi maafkan saya Nona Isabella. Karena Anda telah salah besar jika menjabarkan saya seperti itu.” Dania tersenyum menyeringai.
“Tapi... jauh lebih baik saya daripada Anda. Anda diciptakan tanpa ada hati nurani di dalam diri Anda, Nona. Nyatanya Anda membiarkan Mas Aryan berjuang sendirian dan menepis nya jauh setelah Anda tahu bahwa kakinya lumpuh.”
“Dan lihatlah Anda sekarang! Seperti perempuan yang tidak memiliki... moral.”
Dania tersenyum ramah dengan mendekatkan kedua tangannya di dada. Kedua alisnya pun terangkat, seakan memberikan kesan menantang pada lawan bicaranya.
Dan inilah sosok Dania yang memiliki dua sisi. Baik dan sangar saat di tempat yang berbeda. Jika tidak diusik maka Dania akan diam saja tapi, Isabella telah mengusik kehidupannya dan juga Aryan.
“Dasar perempuan tidak memiliki rasa soan santun.” Isabella menatap tajam Dania, seketika itu rasa amarah tak bisa lagi ditahan Isabella.
Isabella berdiri dan mengangkat tangannya hendak mendaratkan tamparan ke pipi mulus Dania. Namun dengan cekatan Dania mampu menangkis tangan Isabella.
“Yang tidak sopan itu saya atau Anda, Nona. Lihatlah! Anda justru mengumbar kemesraan Anda pada laki-laki yang bukan makhramnya. Bahkan kalian berciuman di depan umum layaknya tak memiliki dosa.” Terdengar amat tegas dan memberikan penuh penekanan.
Suara Dania yang cukup menggelegar masuk ke gendang telinga para pengunjung di sana. Seketika itu banyak pasang mata yang menatap ke arah mereka.
“Wah... parah itu namanya!” ujar salah seorang pengunjung, tepatnya laki-laki.
“Iya tuh. Tolong dong woi Mbak dikondisikan!” imbuh salah satu pengunjung perempuan.
Tidak hanya sampai disitu saja. Banyak sekali yang memberikan sorakan pada sikap Isabella.
Hal itu membuat Aryan tidak percaya dengan tindakan Dania yang berani melawan Isabella. Sedangkan Aryan tahu bagaimana Isabella yang selalu disegani dan di ratukan.
Namun kini semua telah berbalik, Dania yang menjadi ratunya.
“Ha... Ha... Ha... Kamu ngomong begitu karena iri kan, sama saya? Kamu pasti belum pernah merasakan ciuman dari Aryan.” Tawa yang menggema memekakkan telinga membuat Dania tidak mau kalah.
“Isabella cukup! Kamu terlalu lancang dan tidak bermoral mengatakan itu semua pada Dania.” Aryan tidak sanggup lagi menahan kemarahannya yang bergemuruh di dalam dada.
Dania semakin tidak tahan melihat kemarahan Aryan tetapi tidak bisa terlampiaskan secara maksimal.
“Anda salah besar, Nona Isabella.” Dania berucap dengan lembut dan begitu tenang. Meskipun ia tahu apa yang dikatakan Isabella memang benar.
‘Ada saatnya kita harus berpura-pura buta dan berpura-pura tuli saat kita... menggemakan cinta.’
‘Dan kali ini akan aku lakukan. Tak apalah jika hatinya aku akan mendapatkan... amukannya.’
Dania tersenyum sebentar, lalu menyelipkan rambutnya kebelakang telinga. Ditatap nya Aryan yang nampak memutar bola mata kebingungan. Dan tatapan Dania sulit untuk Aryan deskripsikan.
Dania mengerlingkan sebelah matanya tanda jika ia perempuan genit yang ingin dimanja. Tersenyum sebentar, lalu setelah itu Dania mulai melakukan aksinya.
Dania memblokade bibir Aryan lembut, matanya terpejam menikmati apa yang melumer di dalam sana. Aryan yang tidak siap seketika terkejut. Dalam hatinya Aryan mengumpat kesal karena Dania penuh kejutan.
Saat bibir masih menempel dan enggan untuk terlepas saat itu juga deru pacu jantung saling beradu. Dania mampu merasakan degup jantung Aryan, begitu halnya dengan Aryan.
Semua pengunjung bersorak riuh dengan keberanian Dania. Bukan hinaan yang mereka lontarkan tetapi keseruan karena ikut baper.
Satu menit...
Lima menit...
Sepuluh menit...
Sebelum membuka kedua matanya Dania menarik napas panjang, ia akan bersiap menerima tatapan tajam Aryan.
‘Tak apa Nia untuk cinta yang menggema. Meskipun tak yakin ada cinta atau tidak asalkan dicoba.’ Dania sungguh merutuki kebodohannya.
Perlahan Dania membuka pelan kedua matanya. Lalu ia pun berbisik pelan di telinga Aryan.
“I love you... my perfect husband.” Suara Dania lembut.
Deg!
Aryan diam membeku, ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Hanya bisa menatap Dania yang masih bermimik wajah tenang.
Karena merasa amat malu Isabella dan laki-laki itu pergi meninggalkan cafe itu.
Dania seketika melayangkan tinjuan ke udara karena merasa berhasil membuat Isabella jatuh mental. Bahkan Dania tidak pernah menyangka jika ia bisa melawan tanpa ada rasa takut dan bergetar.
‘Lucu!’ Aryan tersenyum dalam hati.
“Kita pulang sekarang!” ucap Aryan penuh penekanan.
Deg!
Bersiaplah Dania menjalani konsekuensi atas kesalahan yang dilakukannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sepanjang perjalanan ketiga makhluk pribumi itu hanya diam dengan kebisuan mereka. Mereka hanya saling lirik sejenak karena mereka di penuhi dengan pikiran masing-masing.
Tidak lama kemudian mereka pun sampai di rumah. Seperti biasa Gavin membuka pintu mobil untuk Dania. Setelah itu beralih ke sisi kanan untuk membantu Aryan.
‘Haruskah aku kabur ke kamar saja? Atau... aku minta Gavin untuk mengantarkan aku ke rumah sakit?'
‘Ah iya, lebih baik seperti itu saja.’
Dania mengangguk lirih dengan mantap.
“Gavin setelah ini tolong antar saya bertemu Mama ke rumah sakit ya! Soalnya saya lupa kalau ada janji sama Mama.” Dania tersenyum tipis.
“Bagaiamana Den? Apa Den Aryan mengijinkan?” tanya Gavin sebelum mengiyakan permintaan Dania.
Bersambung...
