Istri Kecil Tuan Jonathan

"Maaf," ucap Nayla yang ternyata melihat kalau wajah Jonathan dan Riko sedang berdekatan seperti pasangan yang berciuman.

Apalagi tangan Riko sedang berada di dada Jonathan. Setelah mengatakan hal itu, Nayla hendak pergi dan menutup kembali pintu ruang kerja Jo.

"Masuk!" perintah Jonathan membuat Nayla meneguk air liurnya dengan kasar.

"Aku pergi saja," ucap Nayla menolak. "Bukankah sepertinya kalian sedang sibuk? Aku minta maaf kalau sudah merusak suasana disaat ...,"

"Ini tidak seperti yang kamu pikirkan," potong Jonathan dengan cepat karena tahu kalau istrinya itu pasti sedang berpikir yang tidak-tidak.

"Tapi tadi ...," ucap Nayla kembali dipotong oleh Jonathan.

"Masuk dan dengarkan terlebih dahulu," perintah Jonathan lagi.

Dengan terpaksa, Nayla pun menuruti perintah Jonathan. Rasa lapar yang Nayla rasakan tadi hilang seketika. Bahkan, saat ini perut wanita itu terasa kenyang.

"Astaga, ternyata aku menikah dengan seorang pria yang suka dengan asistennya sendiri," ucap Nayla didalam hatinya. "Tapi, aku tidak mengira jika Kak Jo adalah jeruk yang suka makan jeruk."

"Dunia memang sudah aneh."

"Buang pikiranmu jauh-jauh kalau kamu mengira kami punya hubungan sekalian bos dan asisten!" perintah Jonathan lagi karena bisa menebak isi pikiran Nayla.

"Aku masih normal."

"Mana ada maling yang mau mengaku," ucap Nayla lirih tapi masih bisa didengar oleh Jonathan.

"Riko, keluar dan tunggu aku di ruang tamu!" perintah Jonathan dan langsung dilaksanakan oleh Riko.

"Kamu tidak percaya, bukan?" tanya Jonathan kepada Nayla setelah Riko keluar seraya melangkah mendekati wanita itu.

"Aku bisa membuktikannya kepadamu. Bagaimana? Apa kamu mau?" bisik Jonathan kali ini di telinga Nayla sehingga wanita itu merasa merinding.

"Aku adalah pria normal. Aku yakin, aku bisa segera menghamili mu jika kita melakukannya sekarang."

Nayla langsung meletakan kedua tangannya di dada sebagai bentuk pertahanan diri. "Jangan macam-macam. Bukankah kita sudah sepakat kalau kamu tidak akan memaksaku?"

"Aku bukan memaksa tapi membuktikan kalau aku sangat normal," jawab Jonathan. "Bagaimana kalau kita segera melakukannya disini saja? Sepertinya itu akan sangat menantang, bukan?"

"Astaga," ucap Nayla didalam hati seraya meneguk air liurnya dengan susah payah. "Dia sangat menyeramkan. Aku jadi benar-benar yakin kalau dia adalah pria normal yang ganas."

"Aku percaya," ucap Nayla seraya mendorong tubuh Jonathan agar sedikit menjauh. "Kak Jo pasti adalah pria normal yang sangat kuat."

"Aku sangat lapar. Aku mau makan sekarang."

Nayla langsung berlari untuk menyelamatkan dirinya. Sedangkan Jonathan malah menggelengkan kepalanya dengan senyum kecil yang terukir di sudut bibirnya karena ulah dan tingkah Nayla.

Jonathan pun memutuskan untuk keluar dari ruang kerja. Pria itu juga memutuskan untuk makan siang bersama dengan Nayla terlebih dahulu.

"Riko, kita makan terlebih dahulu baru melanjutkan pekerjaan!" perintah Jonathan kepada Riko saat menuruni tangga.

"Baik, Tuan," jawab Riko yang kemudian mengekor di belakang Jonathan.

"Makan dengan pelan," ucap Jonathan ketika melihat Nayla makan dengan cepat agar bisa segera pergi dari sana secepatnya. "Aku tidak akan memakan mu jadi makanlah dengan tenang."

"Uhuk ... uhuk." Nayla dan Riko tersedak secara serentak dan keduanya langsung menegak air minum yang ada disamping mereka.

"Ada apa dengan kalian?" tanya Jonathan seolah tidak berdosa.

"Apa dia tidak sadar kalau ini semua ulahnya?" tanya Nayla mengomel didalam hatinya. "Apa dia tidak tahu malu sama sekali? Bagaimana bisa dia mengatakan semua itu padahal ada asistennya disini. Dasar."

"Tuan Jo pasti belum berhasil membobol gawang semalam. Lagipula, mana ada pengantin yang baru saja menikah kemarin bekerja hari ini?" tanya Riko didalam hatinya.

"Tapi, bagaimana bisa Tuan Jo membahas masalah ranjang didepan ku seperti ini? Apa ini bentuk prosesnya? Tapi, kenapa mereka belum malam pertama? Apa Nyonya sedang ngambek atau kedatangan tanggal merah?"

"Riko," panggil Jonathan. "Luruskan pikiranmu sebelum aku yang meluruskannya!"

"Sudah, Tuan," jawab Riko setelah tersadar karena ancaman Jonathan.

"Aku sudah selesai." Nayla berdiri dari kursinya dan hendak berjalan.

"Duduk dulu," ucap Jonathan. "Ada yang ingin aku bahas denganmu."

Karena tidak ada pilihan lain, Nayla pun kembali ke kursi yang semula dia duduki. Sedangkan Riko yang mendapatkan tatapan dari Jonathan juga mengerti jika sang Tuan ingin berbicara berdua dengan Nyonya barunya itu memutuskan untuk undur diri.

"Kalau begitu, saya pergi ke ruang kerja terlebih dahulu, Tuan."

"Apa yang ingin dia katakan?" tanya Nayla didalam hatinya yang mana wanita itu menjadi sedikit takut jika berada di dekat Jonathan karena kejadian tadi.

"Apa dia mau melanjutkan pembahasan tadi? Apa dia ingin aku menyerahkan diri sekarang? Apa dia benar-benar akan memaksaku untuk melakukannya?"

"Aku harus bagaimana sekarang? Kenapa juga aku harus memanggilnya di ruang kerja tadi? Coba saja kalau aku tidak pergi kesana tadi. Aku pasti tidak akan berada diposisi seperti ini saat ini."