'Apa - apaan ini?'
Aira Tanisa terkejut saat melihat lelaki yang baru saja menikahinya.
Lelaki itu adalah salah satu juniornya di kampus! Disaat Aira sudah menginjak semester 7, lelaki itu baru menjadi maba di kampus mereka!
Brian Santoso.
Lelaki yang dulu adalah mahasiswa dengan sikap dinginnya.
Dan sekarang Lelaki dingin itu telah resmi menikahinya!
Aira sangat lemas memikirkan semua ini. Bagaimana ia menghabiskan setiap harinya dengan lelaki berondong yang dingin itu?
Terlebih saat mereka menikah karena dijodohkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
"Tidak capek main petak umpet seperti ini?"
Brian menoleh pada Aira yang baru saja memasuki mobil dan duduk tepat di sebelahnya. Menghela nafas melihat wajah cemberut Aira karena ucapannya.
"Karena itu biarkan aku menggunakan mobilku sendiri." Aira menjawab dan menyandarkan tubuhnya di sandaran mobil.
"Tidak akan." Jelas saja Brian menolak keinginan Aira.
"Ini semua sangat melelahkan. Bagaimana jika ada yang mencurigaiku?" Menoleh pada Brian dan menatap lelaki itu dengan sorot yang sedikit memelas, berharap Brian akan menyetujui permintaannya.
Aira mulai mempelajari bagaimana sikap dan karakter Brian. Lelaki itu bisa sangat keras dan tidak mau mengubah pendiriannya.
"Beberapa hari ke depan aku akan sangat sibuk dengan produk yang akan segera dipasarkan. Banyak kegiatan yang harus dilakukan untuk meluncurkan produk ini agar laku keras di pasaran." Mencoba mengubah taktiknya dengan membicarakan pekerjaan, ia berharap agar Brian mau merubah pendiriannya.
"Kamu adalah seorang manajer marketing. Dan pada dasarnya kamu tidak perlu harus ikut terjun ke lapangan untuk melakukan ini. Hanya dengan merekrut beberapa orang-orang yang bisa kamu percaya, yang sepenuhnya bisa memberikan kinerja yang paling baik."
Terdiam mendengar ucapan Brian mengepalkan tangan sedikit kuat.
"Jangan mencoba memberikan alasan soal pekerjaan kepadaku Aira. Aku bukanlah orang yang buta akan bisnis."
Kesal mendengar ucapan itu, Aira memilih memalingkan wajahnya. Tidak ada gunanya Jika ia ingin merubah pendirian Brian. Malah akan membuatnya semakin lelah karena terus-menerus berdebat dengan lelaki menyebalkan ini.
Aira memejamkan mata dengan tangan yang bersedekap. Akan lebih baik jika ia beristirahat sebentar sebelum tiba di kediaman mereka.
Brian menoleh dan memandangi Aira yang memejamkan mata. Ia sadar betul jika istrinya ini pasti sangat kelelahan. Ingin rasanya Brian menyuruh Aira untuk berhenti bekerja di perusahaan, agar istrinya ini bisa fokus dengan kehidupan pernikahan mereka.
Tapi Brian juga sadar jika ia melakukan itu, maka Aira akan benar-benar memberontak. Besar kemungkinan wanita itu akan berusaha memisahkan diri darinya.
Tangannya terulur ke puncak kepala Aira, mengelus kepala wanita itu secara perlahan. Sedikit merasa lega karena Aira tidak menepis tangannya begitu saja.
"Tidak marah?" Brian kembali bersuara dan memperhatikan Aira yang masih memejamkan mata.
"Jika aku marah karena melakukan itu, entah apalagi yang akan kamu lakukan."
Jawaban bernada pelan itu membuat Brian terkekeh kecil. Sepertinya istrinya ini sudah mulai mengenal bagaimana wataknya.
"Memang jika kamu mencoba menepis tanganku, bisa saja aku akan menarikmu dan menindihmu di mobil ini."
Ucapan itu serta-merta membuka mata Aira dan melotot tajam pada Brian. Ingin bersuara dan mengumpati lelaki itu. Tapi melihat tatapan tajam Brian dengan senyuman miring yang tersungging di mulutnya, membuat Aira kembali menghentikan umpatan yang hampir lolos dari mulutnya.
"Jangan ajak aku berdebat lagi. Aku sungguh sangat lelah hari ini." Alhasil hanya ucapan itu yang keluar dari mulut Airah.
Mengangguk kecil mendengar ucapan Aira, Brian memaklumi Aira yang begitu lelah sepanjang hari ini. Sebagai seorang manajer marketing untuk peluncuran produk ini, tim marketing adalah tim yang paling disibukan untuk membuat produk ini dikenal dengan cepat di kalangan masyarakat.
Kadang Brian merasa takjub dengan pemikiran Aira. Ia adalah putri dari keluarga Tanisa. Bahkan tanpa ia harus bekerja sekalipun, Aira bisa berfoya - foya sepanjang hidupnya. Terlebih saat ia telah menikah sekarang dengan Brian.
Aira adalah wanita sultan yang sesungguhnya. Tapi ia tetap memilih bekerja dan menutupi fakta soal dirinya. Hal yang membuat Brian bingung sekaligus bangga. Aira tidak lantas menyombongkan kekayaan yang ia miliki. Dengan berbaur bersama para karyawan dan bekerja dengan baik.
Brian menarik lengan Aira dengan perlahan.
"Berbaringlah di pangkuanku."
Perkataan bernada pelan yang dilontarkan oleh Brian membuat Aira menghela nafas. Namun ia menuruti keinginan laki-laki itu dengan merebahkan kepalanya di paha Brian. Memejamkan mata setelah membaringkan tubuhnya, ia benar-benar butuh istirahat.
Tanpa sadar deru nafasnya memelan dan teratur. Semudah itu ia telah hanyut dalam tidurnya.
"Kamu benar-benar sangat kelelahan."
Brian mengelus pipi Aira dengan telunjuknya, memperhatikan wajah damai sang istri yang terlihat begitu nyenyak dalam tidurnya. Ia kembali memutuskan perhatiannya dengan senyuman yang tidak luntur dari wajahnya menikmati wajah cantik yang terlelap di pangkuannya.
Begitu tiba di kediaman Santoso, sopir pribadi Brian yang menghentikan mobil itu tepat di pintu kediaman. Membuka pintu dengan perlahan. Mempersilahkan tuannya keluar dari dalam mobil itu.
Brian dengan sangat perlahan mengangkat Aira ke dalam pelukannya, menggendong wanita itu ala bridal style dan membawa sang istri memasuki kediaman Santoso.
"Aira tertidur?" Liana yang melangkah hendak keluar dari kediaman bersuara memperhatikan sang anak yang menggendong dan menantunya.
"Iya Ma. Sepertinya ia kelelahan."
Jawaban dari Brian membuat Liana mendekati melihat sang menantu yang tertidur dengan begitu lelap.
"Sebaiknya kamu membawanya ke kamar. Ia perlu beristirahat."
Ucapan dari Liana membuat Brian mengangguk. Ia dengan cepat membawa Aira ke dalam kamar mereka dan merebahkan tubuh istrinya itu. Menyelimutinya dengan perlahan.
Brian hendak berdiri dan meninggalkan Aira menuju kamar mandi dan membersihkan tubuh. Saat ponsel Aira berbunyi. Ia meraih ponsel itu dan melihat sebuah chat masuk ke ponsel sang istri. Membaca pesan itu, jemari Brian yang menggenggam ponsel Aira seketika mengepal kuat akibat pesan itu
'Makan malam denganku Aira. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan.'
.........................................
masa gitu aja ga tau
kau ini Aira lemottttt
semoga aja suamimu jadi imam yg baik ga melenceng
suami istri ada masanya loh kalau berturut turut ga ada nafkah lahir batin jatuhnya apa ?