NovelToon NovelToon
Tangan Kasar Suamiku

Tangan Kasar Suamiku

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Selingkuh / Pelakor
Popularitas:400.9k
Nilai: 5
Nama Author: Linda Pransiska Manalu

Laura, adalah seorang menantu yang harus menerima perlakuan kasar dari suami dan mertuanya.

Suaminya, Andre, kerap bertangan kasar padanya setiap kali ada masalah dalam rumah tangganya, yang dipicu oleh ulah mertua dan adik iparnya.

Hingga disuatu waktu kesabarannya habis. Laura membalaskan sakit hatinya akibat diselingkuhi oleh Andre. Laura menjual rumah mereka dan beberapa lahan tanah yang surat- suratnya dia temukan secara kebetulan di dalam laci. Lalu laura minggat bersama anak tunggalnya, Bobby.

Bagaimana kisah Laura di tempat baru? Juga Andre dan Ibunya sepeninggal Laura?

Yuk, kupas abis kisahnya dalam novel ini.
Selamat membaca!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Linda Pransiska Manalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19. Perkenalan denga Mark.

""Setelah hujan, pelangi akan bersinar dengan pendaran warnanya yang indah.

Adakah lagu hati akan berdendang kembali, setelah sekian lama kemarau mengerontangkan, pucuk-pucuk harapan?"

Lelaki bertubuh jangkung, dengan tubuh atletis itu, bernama Mark! Kulitnya yang sawo matang, karena sering terpapar sinar ultra violet itu adalah seorang kontraktor yang cukup punya nama di kota ini.

Wajah tampannya yang dibingkai brewok tipis menambah pesona penampilannya. Usianya masih tiga limaan. Sepuluh tahun yang lalu ditinggal pergi untuk selamanya oleh istri yang sangat dia cintai. Karena sebuah kecelakaan yang merenggut nyawa istrinya.

Duka itu menyelimuti hati Mark sedemikian dalam. Meski sepuluh tahun telah berlalu, Mark belum mengakhiri masa dudanya.

Hatinya masih sangat berduka, meski banyak wanita yang berusaha menggodanya. Namun, hati Mark sedingin salju. Mark lebih fokus bekerja dan merawat putri semata wayangnya yang kini telah berusia dua belas tahun.

Tapi pertemuannya dengan Laura, pemilik rumah makan itu, telah menggetarkan hatinya. Terlebih kerinduannya pada istrinya sedikit terobati. Karena cita rasa masakan yang yang terhidang di rumah makan itu, mengingatkannya pada istrinya.

"Mau pesan apa, Om?" tanya pelayan mendekati meja Mark. Nita sang pelayan mencatat nama menu pilihan Mark.

"Menu seperti biasa. Ibu ada?" kepala Mark celingukan mencari sosok Laura, yang biasanya ada di meja kasir dan sudah menjadi kebiasaanya pula turun tangan meladeni pelanggan.

"Ibu lagi menjemput Bobby, ke sekolah Om." jelas pelayan itu pada Mark. Mark agak kecewa karena hari ini tidak bertemu dengan Laura.

"Ada perlu apa dengan ibu, Om? Biar saya sampaikan nanti," ucap Nita merasa was-was. Takut, kalau Mark mau komplain atas pelayanan mereka.

Karena beberapa hari ini, pelanggan baru ini kerap datang mampir ke rumah makan mereka. Bahkan suka ngasih tip pada mereka.

"Tidak apa-apa. Hanya heran saja, karena biasanya selalu ada disini," ucap Mark agak tersipu. Karena dirinya sadar terlalu kepo tentang Laura.

"Oh, kirain Om mau complain pelayanan kami."

"Tidak kok, malah senang makan disini. Menunya sesuai banget dengan lidah Om." Puji Mark tulus. Membuat senyum dibibir Nita mengembang.

Dari awal pertama kali pelanggan mereka itu datang, Nita sudah bisa merasakan kalau tamu mereka itu sepertinya memiliki perhatian khusus pada Laura, bos mereka.

Nita sering memergokinya sedang menatap Laura dengan intens tapi Laura bersikap biasa saja seolah tidak ada apa-apa.

"Oh, ya, kenalkan saya Mark," Mark menyebut namanya dengan santun.

"Saya Nita, Om." Nita membalas dengan ramah pula. Baguslah, jika ada pelanggan tetap.untuk rumah makan tempatnya bekerja.

Nita sangat berharap juga, jika rumah makan ini berjalan lancar suapaya dia bisa tetap bekerja. Bu Laura orangnya lembut dan sangat memperhatikan pada mereka.

Sebagai tulang punggung dalam keluarganya, Nita merasa sangat beruntung bisa bekerja di rumah makan yang dikelola, Laura.

"Eh, itu ibu sudah datang," seru Nita saat melihat Laura memarkir motornya di depan ruko.

Mark tersenyum saat melihat Laura. Sejenak pandangan mata keduanya bersua. Laura tersenyum ramah, karena dia tau Mark adalah pelanggan di rumah makannya.

Sudah sewajarnya kalau dia bersikap ramah kepada pelanggan mereka.

"Selamat siang, Bu," sapa Nita saat Laura melintas dari sampingya. Laura menganggukkan kepalanya lalu bergegas masuk ke arah dapur.

Karena Nita telah selesai menghidangkan menu di meja, Mark, dia menyusul langkah Laura ke dapur.

"Bu, tadi Om itu menanyakan, ibu."

"Apa katanya." Alis Laura mengernyit mendengar laporan Nita.

"Gak ngomong apa-apa sih, cuma nanya Ibu saja kenapa gak ada.Gitu aja kok."

"Oh, kirain gak suka menu masakan, ibu," ucap Laura.

"Gak, Bu. Tapi, Nita merasa heran juga sih. Tumben Om Mark menanyakan Ibu. sebelum ibu datang wajah beliau agak muram. Tapi begitu ibu pulang langsung ceria dan melahap makanannya."

"Apa hubungannya dengan Ibu, Nita. Kamu ini ada-ada saja." Kekeh Laura menanggapi ucapan Nita.

"Ah, Ibu. Kok gak percaya sama Nita.

Kalau Om Mark itu sepertinya suka sama Ibu?"

"Oh, jadi namanya Mark, ya. Jangan- jangan malah naksir, Nita. Buktinya, udah kenalan sama, Nita." Laura malah balik menggoda,Nita.

"Ibu. Masak sih, Om Mark melirik, Nita. Nita gak mau ah, jadi sugar daddy." beliak Nita. Tawa Laura makin lepas melihat reaksi Nita saat digoda.

"Kenapa tidak? Gimana hayo, kalau dia itu om yang kaya raya. Nita tidak usah capek-capek kerja lagi. Asyik,'kan?"

"Tidak asyik, Bu. Kalo gak ada cinta. Sama aja dengan bohong. Tapi kalau gak ada uang juga gak asyik." tukas Nita lagi.

"Eh, malah asyik ngobrol, Bu. Tuh, ada yang datang." Nita bergegas ke depan. Laura hanya geleng kepala melihat ulah, Nita.

Nita baru lulus SMA, karena ketiadaan biaya untuk kuliah, terpaksa dia bekerja dulu. Membantu orang tuanya, karena adik-adiknya butuh biaya sekolah.

Laura suka aja liat sikap Nita yang periang. Rajin juga agak cerewet, menurutnya. Namun, pintar ngambil hati. Bukan untuk basa-basi, tapi anaknya memang pandai mengakrabkan diri dengannya. Ngomong ceplas-ceplos apa adanya dan tulus.

Laura tidak heran, jika Nita berani ngomong soal Mark padanya. Lelaki pelanggan mereka yang menurutnya naksir padanya. Gadiis manis yang menurutnya masih bau kencur itu, latah kali bicara soal asmara padanya.

Laura mencoba mengintip dari balik tirai pembatas, apa yang di lakukan Nita di depan sana.

Astaga, anak itu! Bagaimana dia bisa seakrab itu ngomong pada Mark. Tawa mereka berderai, entah apa yang mereka perbincangkan. Awas kalau omongin dirinya. Tak jewer nanti kamu, Nita. Laura membatin gemes dalam hati.

Tiba-tiba Nita berbalik, sepertinya hendak mengambil sesuatu atau mau ada perlu dengannya.

Laura berbalik, juga dari balik tirai. Berasa telah kepergok karena melakukan sesuatu. Eh, kok aku malah jadi gemetar begini. Jangan norak, ah! Sorak batin Laura lagi.

"Bu, Om Mark minta nasi dibungkus satu, katanya buat putrinya."

"Kok cuma buat putrinya. Sama istrinya gak, ya?" tanya Laura asal saja. Tapi malah membuat Nita tertawa.

"Ya gaklah, Bu. Om Mark, 'kan sudah duda."

"Eh, Nita, kok bisa tau kalau om Marknya sudah duda, kepo banget kamu." Plotot Laura menatap Nita. Laura tidak ingin Nita terlalu lancang mengorek privasi pelanggan mereka.

"Ya, gaklah, Bu. Mana Nita berani. Om Mark sendiri yang ngomong kok. Katanya istrinya meninggal karena kecelakaan sepuluh tahun yang lalu. Kasihan kan, Bu?"

"Ya, sudah. Jangan ngomong soal Om Mark lagi. Gih, sana beresin alat makannya. Ibu akan bungkus nasinya. Diramas apa dipisahin lauknya."

"Kata om Mark diramas saja, Bu. Cuma untuk sayurnya aja dipisah."

Laura membungkus nasi seperti yang disebut, Nita. Saat membayar pesanannya ternyata Mark malah mengajak Laura kenalan.

"Berapa total pesanan saya, Bu?" ucap Mark, saat didepan meja kasir. Laura mengkalkulasi angka dan menyebut total harga makanan yang dipesan.

"Eh, saya harus panggil ibu apa, ya. Nama saya Mark!"

"Saya, Laura." ucap Laura seraya memberikan uang kembalian, Mark.

"Nama yang bagus," ucap Mark tersenyum manis.

"Terima kasih, Pak. Karena telah menjadi pelanggan kami." ucap Laura santun.

"Sama-sama. Senang mampir disini, karena menunya sangat cocok dengan lidah saya. Tentunya lebih senang lagi dapat berkenalan dengan, Ibu Laura."

\*\*\*\*\*

1
Doike Sia
Luar biasa
𝒮🍄⃞⃟Mѕυzу​​​᭄
hwaiting
Nurhasanah
Luar biasa
Anna Wong
Lumayan
Anna Wong
Luar biasa
Katherina Ajawaila
kasihan luna, semoga bertobat ya lun, biar yg lalu du buang jauh 2 . hidup baru.
Katherina Ajawaila
kasihan luna,
Katherina Ajawaila
pasti di Terima kalau ingin berubah ya thour🤗🤗🤗
Katherina Ajawaila
ya nasip seseorang yg tau hanya yg kuasa 🤔🤔🤔
Katherina Ajawaila
semoga Ryan, mau berbagi dgn luka ya thour 🤭🤭🤭🤭
Katherina Ajawaila
cepat sembuh Thour, ceritanya bagus, sukses selalu
Katherina Ajawaila
bertobat Luna, biar Tuhan jamah doa mu
Katherina Ajawaila
bagus juga sih bu maya msh punya harga diri, walau sdh terpuruk. luna tuh suruh kerja ya wajar. buat utus ortu. jgn nge jablai. aja. 🤫🤫🤫
Katherina Ajawaila
pecat aja, pak umar, itu mafia jelas teri modal lendir doank
Katherina Ajawaila
bego mark ms ngk berasa itu ulah pelacur, liat HP istri mu donk siapa yg tlp,
Katherina Ajawaila
dasar pembantu lacur. mark si h tutup cerita dr suami
Katherina Ajawaila
org hamil di ksh obat tidur, pengaruh ngk thour sm baby nya🤭🤭🤭
Katherina Ajawaila
jadi PSK aja kalau mau dpt duit banyak dan hanya jual apem basi kan🙄🙄🙄
Katherina Ajawaila
dasar belatung nangka ngk tau diri, murahan. biar tau rasa di pecat dgn tidak hormat😫😫😫😫
Katherina Ajawaila
Ratih ngk tau diri juga, dulu di usir dr tmp kerja karna godain majikan, skrng mau coba lg, mmg dasar ngk tau diri
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!