NovelToon NovelToon
The Price Of Affair

The Price Of Affair

Status: tamat
Genre:Poligami / Selingkuh / Pelakor / Suami Tak Berguna / Tamat
Popularitas:1.3M
Nilai: 5
Nama Author: Maple_Latte

Sinopsis

Arumi Nadine, seorang wanita cerdas dan lembut, menjalani rumah tangga yang dia yakini bahagia bersama Hans, pria yang selama ini ia percayai sepenuh hati. Namun segalanya runtuh ketika Arumi memergoki suaminya berselingkuh.

Namun setelah perceraiannya dengan Hans, takdir justru mempertemukannya dengan seorang pria asing dalam situasi yang tidak terduga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab: 20

Langit mulai menggelap ketika suara pintu apartemen terbuka keras dari luar. Hilda yang sedang membantu Arumi mengemasi koper sontak menoleh. Arumi yang baru saja memasukkan map berisi dokumen pernikahan dan kartu identitas ke dalam tas, langsung membeku.

Langkah kaki berat itu, tak salah lagi.

Hansel.

Tak lama, pria itu muncul di ambang pintu kamar. Wajahnya kusut, matanya merah, dan rahangnya mengeras. Sorot matanya menyapu seluruh ruangan, lalu berhenti pada koper terbuka di lantai.

"Apa ini?" suaranya datar, tapi bahaya mengendap di baliknya. "Mau ke mana kamu?"

Arumi tak menghiraukan Hansel, Wajahnya tetap tenang, meski dadanya berdegup kencang.

"Aku akan pergi dari sini. Dan besok aku ajukan gugatan cerai."

Hansel tertawa kecil, miris, lalu melangkah maju. “Gugat cerai?” suaranya naik satu oktaf.

"Iya, aku mau cerai dari kamu, dan silakan kamu hidup bahagia dengan istri barumu itu." Ujar Arumi.

Hansel menatapnya, terdiam sejenak, seolah tak percaya Arumi benar-benar mengatakan itu. Selama ini, ia terbiasa melihat Arumi tunduk, diam, patuh. Tapi kini, perempuan di hadapannya bukan lagi sosok yang bisa ia injak dan dia kendalikan semaunya.

"Kenapa kamu mengambil keputusan gegabah seperti itu Rum, aku kamu dan Nayla bisa hidup bersama, aku janji akan adil." Ujar Hansel.

“Adil?” Arumi tersenyum tipis, getir. “Setelah kita bercerai, kamu bebas cari perempuan lain sebanyak yang kamu mau. Tapi jangan bawa aku ke dalam konsep ‘adil’ yang kamu ciptakan sendiri.”

Nadanya masih lembut, tapi kalimatnya tajam, jelas, dan tak terbantahkan.

“Aku nggak mau dimadu, Hansel. Aku bukan perempuan yang sanggup berbagi suami. Dan kamu tahu itu sejak awal, tapi tetap kamu khianati.”

Hansel mulai kehilangan kendali. Ia melangkah mendekat, suaranya meninggi.

“Rum, kenapa kamu egois begitu, hah?!”

Arumi tetap berdiri di tempatnya. Wajahnya tenang, matanya jernih, seperti seseorang yang sudah berdamai dengan keputusannya.

“Kalau mempertahankan harga diri dan hak sebagai istri yang setia selama tiga tahun disebut egois, ya, mungkin memang aku egois.” Ia menarik napas sebentar, lalu melanjutkan, “Tapi daripada aku harus terus bertahan di hubungan yang nggak sehat dan membiarkan diriku disakiti lagi dan lagi, aku lebih pilih jadi egois daripada

harus hidup di madu.”

“Rum, kenapa sih masalah ini harus kita perpanjang?” kata Hansel dengan nada datar, nyaris tanpa rasa bersalah. “Sebagai seorang pria, aku punya hak untuk menikah lagi. Itu normal.”

Ucapan itu keluar begitu saja dari mulutnya, dingin, ringan, seolah tak ada luka yang ia tinggalkan. Seolah pengkhianatan bisa dibenarkan hanya karena dia laki-laki.

Arumi menatapnya lama, menahan getir di dadanya. Tapi ketika ia bicara, suaranya justru tenang. Tenang seperti air yang terlihat damai di permukaan, padahal menyimpan arus deras di dalamnya.

“Dan sebagai perempuan,” ucap Arumi pelan namun penuh ketegasan, “aku juga punya hak. Hak untuk memilih, bertahan atau pergi. Tetap menjadi istri atau mantan istri."

Ia menarik napas, suaranya masih tenang, tapi ada getaran kecil yang tak bisa disembunyikan dari dalam dadanya.

“Dan karena aku masih ingin hidup dengan waras, untuk menjadi mantan istri.”

Hansel terdiam. Matanya memanas, tapi tak bisa membalas. Kata-kata Arumi seperti cermin besar yang menampar sisi gelapnya.

Hilda dari kejauhan hanya mengangguk kecil, bangga sekaligus haru.

Itulah Arumi yang sesungguhnya. Perempuan yang akhirnya menemukan suaranya sendiri, meski harus melewati neraka untuk sampai ke titik ini.

“Besok aku akan ke pengadilan,” katanya sambil menatap Hansel tanpa berkedip. “Karena kamu nggak mau menceraikan aju, maka aku yang akan melayangkan gugatan cerai.”

Kata-kata itu menggantung di udara, berat namun melegakan.

Itu bukan sekadar ucapan, itu keputusan. Garis akhir dari hubungan yang sudah lama pincang, dan kini tak layak lagi untuk dipertahankan.

“Ok,” katanya sinis. “Tapi jangan harap kamu dapat harta gono-gini dari pernikahan kita.”

Arumi hanya tersenyum tipis. Senyum yang bukan karena bahagia, tapi karena ia sudah terlalu lelah untuk marah.

“Aku nggak butuh apapun dari kamu, Hansel,” jawabnya tenang. “Silakan kamu ambil semua harta kamu, nikmati dengan istri barumu itu.” ujar Arumi.

Hansel terdiam. Tak menyangka Arumi sudah sebegitu mantapnya. Dulu, Arumi yang ia kenal begitu penurut dan sabar. Tapi sekarang, perempuan itu berdiri di hadapannya sebagai sosok yang tak bisa lagi ia kuasai.

Setelah selesai berkemas, Arumi berdiri. Koper di sampingnya sudah tertutup rapat. Ia menatap sekeliling kamar yang selama ini menjadi saksi diam luka-luka yang ia telan sendiri.

"Yang aku bawa cuma baju-bajuku. Aku nggak ambil yang lainnya." ucapnya pelan, nyaris seperti bisikan, tapi cukup jelas untuk membuat Hansel terdiam.

Hansel mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuh. Ada amarah yang menumpuk, ada gengsi yang tercabik, tapi tak satu pun bisa ia lontarkan menjadi kalimat.

Arumi menoleh ke arah Hilda, memberi anggukan kecil. “Kita pergi sekarang.”

Hilda segera menarik koper, dan Arumi melangkah pelan ke arah pintu. Ketika melewati Hansel, pria itu memanggilnya, suaranya parau, seperti seseorang yang akhirnya mulai menyadari apa yang ia lepas.

“Rum... kamu benar mau meninggalkan aku?”

Arumi berhenti. Punggungnya masih menghadap Hansel. Ia tak langsung menjawab.

Lalu, perlahan ia menoleh, menatap lelaki itu untuk terakhir kalinya. Bukan dengan amarah, tapi dengan luka yang sudah membeku.

“Bukan aku yang meninggalkan kamu, Hansel. Tapi, kamu yang mendorongku pergi.”

Dan dengan itu, Arumi melangkah pergi. Meninggalkan rumah, kenangan, dan hati yang pernah begitu mencintai.

Langkahnya ringan, tapi setiap tapak yang ia tinggalkan adalah suara kemenangan paling sunyi yang pernah ia miliki.

****

Di dalam mobil, Hilda menyetir pelan, membiarkan Arumi menikmati keheningan. Jalanan malam terlihat samar lewat jendela yang berembun.

“Kamu yakin nggak mau ambil apa pun dari laki-laki brengsek itu?” tanya Hilda tanpa menoleh.

Arumi memandang ke luar jendela, matanya sayu, tapi ada cahaya tenang yang mulai tumbuh di sana.

“Nggak, karena, kalau aku menuntut hak, minta harta, ibunya pasti nggak akan terima. Dia akan hina aku habis-habisan. Dibilang matre, numpang hidup, cari kesempatan.” ucap Arumi pelan, tetapi nadanya mantap.”

Meminta pembagian harga gono-gini hanya akan membuat dia tidak akan bisa bebas, mertuanya pasti akan terus meneror dan terus mengata-ngatai dirinya. Jadi, bercerai tanpa meminta atau membawa apapun adalah jalan terbaik untuk benar-benar lepas dari Hansel dan ibunya.

*****

Support author dengan like, komen dan subscribe cerita ini ya, biar author semangat up-nya. Terima kasih.....

1
kimiatie
buat apa Arumi ikut...pelik juga ini arumi
Surati
bagus ceritanya 👍🙏🏻 semangat thor 💪👍
kimiatie
Arumi tidak mabuk hamil lagi??
Woro Wardani
😍
Rosita Tumbelaka
Aq paling benci perselingkuhan... Arumi benar cerai aja itu yg terbaik
Lala lala
aku malah focus sama hilda dan arumi.. bangun tidur langsung nemuin tamu buka pintu apa gak bau busuk nafasnya 🤣
soalnya tdk diceritakan mereka cuci muka dan minum segelas air 🤭
Lala lala
Koq aneh sih author..
tafi soal no hotel yg tdk sesuai..lantai 5 malah no 1209..hrsnya 509 sesuai lantai berapa..
ini skrg hamil telat 1 minggu malah dibilang hamil 2 minggu..biasanya umur kehamilan dihitung bulan terakhir dia dpt haid tgl brp..maka usia kandungan sdh 5 minggu..
coba googling dl jika blm paham..jd tdk rancu membingungkan pembaca..kritik demi kebaikan...
dan soal teat kehamilan kan pake test peck urine ada garis dua, koq sdh bs tau umur kandungan...apakah sdh USG, apa sy terlewat membaca soal Usg ya..
biasa klo saya ke dokter kandungan ditanya2 jika ada tanda telat haid dan mual langsung disuruh periksa Usg utk jmn now..
test urine mah di rumah aja
Lala lala
apaalha mabuk2an tidur sm pria asing..alkkhol itu jelek mbuat yg waras jd gila..yg santun jd bejad.
sembarang lelaki bs nidurin saat mabuk..klo kena penyakit kelamin atau hiv br nyesel..kyk novel ala barat aja nih..
ntar hamil anak ceo pl
Lala lala
sekedar info ya thor..hotel atau lainnya menggunakan nomor sesuai tingkat bangunan..misal 1209 berati kamarnya dilantai 12 no 09 bukan malah lantai 5.
misal lantai 5 hrsnya kamarnya no 509 yaitu lantai 5 ruang no 09
Moh Sultan abdurrahman
bagus ceritanya
Marina Bunga
fix othor blm pengalaman 🤣. kalo udah telat seminggu berarti udah hamil 5 Minggu itu. dihitung dr haid hari pertama terakhir
Marina Bunga
Hilda
Akbar Razaq
sayang sekali Hansel.kesalahan yg pernah kau lakukan bukannya intropeksi diri tp.setan sdh menguasai nafsu serakah dan.ketidaknsabaranmu.Andai kau bs sabar dan sadar
Moh Sultan abdurrahman
Tess
Moh Sultan abdurrahman
tes
🎀fez🎀
semangat thor
Akbar Razaq
Lalu apa.kabar dg mama Lisa yg sombong macam Nayla harusnya dia melihat kehancuran putra kebangganya.
Akbar Razaq
begitulah laki laki dia jg penyulut api tp bila terbakar maka patner yg ia salahkan.
Mora
Strategi yang biasa banget gampang dibaca pihak lawan di dunia bisnis !!
Mora
Banyak novel bagus pemeran utamanya sengsara tapi enak di baca karena penulisannya apik alurnya bagus ga gampang ditebak bab pet bab
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!