Cinta Manis Sang Presdir

Happy Reading 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

"Kakak ipar". Mey mendekati Nandira yang tengah asyik berkutat didapur.

"Iya Nona?". Sahut Nandira.

"Jangan panggil Nona. Panggil Mey saja ya". Ucap Mey. Perasaan dari tadi dia bilang seperti itu kenapa Nandira masih saja memanggilnya Nona?

"Tidak sopan. Nona lebih tua dari saya. Ayah bilang harus sopan pada yang lebih tua". Ujar Nandira "Aku panggil Kakak saja bagaimana?". Ucapnya lagi.

Mey menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Susah sekali Nandira ini. Bagaimana bisa dia bekerja sama dengan Nandira membuat Nathan jatuh cinta?

"Iya sudah terserah saja". Sahut Mey mengalah.

"Masak apa Ra?". Terpaksa Mey mengubah nama panggilan nya. Dari pada saling panggil Kakak-kakak.

"Masak makanan kesukaan Mas Nathan. Sekalian masak untuk makan siang Kakak. Katanya Aurel dan Alex suka ayam kecap, jadi aku masak sekalian saja". Jelas Nandira sambil memotong sayuran.

"Kau pintar memasak?".

"Tidak juga Kak. Ayah bilang, anak perempuan itu harus pandai didapur. Biar kalau menikah suami tidak kelaparan". Jawabnya.

Mey tersenyum hangat. Tidak salah. Nandira adalah wanita yang tepat bersanding dengan Nathan. Gadis polos meski masih muda. Nandira juga terlihat sederhana. Tidak neko-neko dan apa adanya. Meski memang terlihat dari kampung, tapi tidak masalah. Yang Mey inginkan Nandira menjadi pendamping hidup Nathan agar Kakak nya itu tidak dalam kesendirian lagi.

"Aku bantu ya Ra". Pinta Mey.

"Apa tidak merepotkan?". Nandira tak enak hati.

"Sama sekali tidak. Biar cepat selesai". Senyum Mey.

Mereka berdua masak sambil mengobrol hangat. Nandira gadis yang asyik yang mudah akrab dengan orang baru. Meski kadang ucapannya membuat Mey gemes sendiri.

Jika dilihat-lihat Nandira memang tidak cocok jadi istri Nathan, lebih cocok jadi adiknya karena masih sangat muda. Tapi Mey tak ingin memilih wanita lain lagi, pilihan nya jatuh pada Nandira. Padahal Mey sudah berencana mencarikan Kakak nya itu calon istri tapi saat bertemu Nandira, Mey yakin jika Nandira wanita yang tepat.

"Ra".

"Iya Kak?". Nandira menoleh kearah adik iparnya itu.

"Apa kau punya kekasih?". Tanya Mey penasaran.

"Tidak punya kekasih Kak. Tapi punya suami ada". Sahut Nandira.

Mey terkekeh pelan "Apa kau memiliki perasaan pada Kak Nathan?". Tanya Mey sekali lagi. Kali saja Nandira memiliki sedikit cinta untuk Nathan, kan bisa lebih muda dia menyatukan kedua orang itu.

"Perasaan apa maksudnya Kak?". Tanya Nandira tak mengerti.

"Perasaan cinta Ra". Sahut Mey harus sabar tidak boleh pakai emosi "Apa kau merasa jantungmu berdebar saat berdekatan dengan Kak Nathan, sejenis grogy?". Tanya Mey lagi.

Nandira tampak berpikir sejenak. Lalu gadis itu menggeleng

"Tidak Kak biasa saja". Sahut Nandira.

Mey menghela nafas panjang. Percuma juga mengintrogasi Nandira, sama juga seperti Nathan jawabannya. Pokok nya Mey akan lakukan apapun agar kedua orang itu menyatu.

"Apakah Kakak ada sedikit menganggumi apa menyukai Kak Nathan?". Ujar Mey sambil ikut memotong bawang

"Kagum iya ada Kak. Mas Nathan itu tampan dan juga kaya serta baik. Tapi kata Ayah tidak boleh jatuh cinta pada orang kaya, takut nanti kita jadi budak cinta nya". Jawab Nandira.

Mey menahan nafas nya. Rasanya ingin sekali meremes wajah Nandira. Kenapa polos sekali yaaa? Mana ada dilarang jatuh cinta pada orang kaya. Semua orang berhak jatuh cinta pada siapapun dan untuk siapapun.

"Ra tidak ada aturannya begitu. Jatuh cinta itu tidak memilih pada siapapun. Kau mau jatuh cinta dengan orang kaya atau orang miskin juga hakmu". Jelas Mey sabar.

"Oh begitu ya Kak". Nandira hanya beroh ria saja.

"Jadi bagaimana? Apakah kau mau membuka hati untuk Kak Nathan?". Ulang Mey sekali lagi.

"Membuka hati itu seperti apa Kak?". Tanya Nandira bingung. Apa maksudnya membuka hati.

Mey meletakkan spatula ditangannya. Dia menghela nafas panjang. Sangat panjang. Lalu beralih pada Nandira sambil memaksa kan senyum.

"Membuka hati untuk menerima Kak Nathan jadi suami sungguhan mu Ra. Mencintai Kak Nathan dan menjaga dia". Ucap Mey memegang bahu Nandira. Nandira pendek sekali, apa karena Mey terlalu tinggi ya?

"Tapi bukannya pernikahan kami hanya enam bulan saja Kak? Bagaimana kalau Mas Nathan marah nanti?". Ucap Nandira bingung "Empat bulan lagi kami akan bercerai". Sambungnya.

"Kak Nathan tidak akan marah. Asal kau mau membuatnya jatuh cinta. Surat perceraian kalian batalkan saja ya. Kau masih memiliki waktu empat bulan untuk membuat Kak Nathan jatuh cinta padamu. Aku akan bantu. Mulai hari ini, aku akan tinggal di Mansion sebelum kembali ke Amerika". Jelas Mey

"Iya Kak". Nandira mengiyakan saja. Padahal dia belum paham apa yang dikatakan Mey.

Mey tersenyum dia yakin bisa menyatukan Nathan dan Nandira. Dia akan meminta bantuan Aris nanti.

Mey baru tahu alasan Nathan tidak mau menyuruhnya tinggal di Mansion ternyata ini alasan nya tidak. Tidak biasanya Kakak nya itu melarangnya pulang ke Mansion biasanya Nathan lah yang selalu meminta nya pulang.

Setelah cukup lama berkutat makan siang keduanya telah siap disajikan. Nandira rela meninggalkan pekerjaan nya agar bisa merawat suaminya. Tidak apalah kalau dipecat, nanti dia bisa cari pekerjaan yang baru lagi.

"Ayo anak-anak makan". Ajak Mey.

"Kak, aku jemput Mas Nathan dikamar ya?". Pamit Nandira.

"Iya Ra". Mey tersenyum simpul. Yakin saja nanti bahwa Nathan akan jatuh cinta pada istri nya sendiri.

"Sayang apa yang kau bicarakan dengan Nandira?". Tanya Tio penasaran.

"Aku merencanakan untuk menyatukan Kak Nathan dan Nandira Sayang. Kau harus bantu. Mulai hari ini kita akan tinggal di Mansion". Mey tersenyum licik.

"Tapi kalau Nathan menolak bagaimana?". Tio sedikit ragu.

"Tidak akan. Bilang saja jika Nandira yang meminta tinggal disini". Sahut Mey santai.

"Terserah padamu saja lah sayang. Aku setuju mereka bersama". Imbuh Tio.

Nandira masuk kedalam kamar suaminya. Tampak Nathan sudah bersandar di dinding ranjangnya.

"Mas".

Nathan menoleh kearah istri kecilnya itu dan tersenyum hangat menatap wajah polos istrinya. Entah kenapa Nathan tidak bisa marah saat Nandira mengaku sebagai istrinya didepan Mey dan Tio.

"Iya Ra, kenapa?". Dia tersenyum sambil meletakkan ponselnya.

"Bagaimana keadaan Mas? Apakah sudah mendingan?". Nandira duduk dibibir ranjang sambil menempelkan punggung tangannya didahi Nathan.

"Sudah lebih baik". Jawab Nathan. Dia sedikit terganggu dengan sentuhan Nandira dikeningnya, kenapa jantungnya berdebar tidak karuan?

"Ohh ya Mas. Boleh tidak kalau Kak Mey tinggal disini bersama kita?". Pinta Nandira.

Nathan menghembuskan nafas kasar. Pasti ini ulah Mey agar tinggal bersamanya. Mau menolak tidak nyaman.

"Tentu saja boleh". Sahut Nathan. Lihat saja nanti dia akan menceramahi adiknya itu.

"Terima kasih Mas". Nandira tersenyum simpul "Ayo Mas, makan siang. Aku sudah masak makanan kesukaan Mas". Ajak Nandira menyimak selimut suaminya.

"Iya". Sahut Nathan.

"Biar aku bantu ya Mas".

"Iya Ra".

Nandira membantu suaminya. Tubuh Nathan masih sedikit lemah. Namun pria itu selalu menolak saat ingin diajak ke dokter. Untung Mey sudah memberikan obat penurun panas pada Kakak nya itu. Nathan memang selalu begitu tidak mau dibawa kedokter. Selalu beranggapan dia baik-baik saja dan bisa sembuh tanpa minum obat.

Bersambung.......