Hidup sebatang kara, dikhianati oleh keluarganya, bahkan diusir dari rumah peninggalan orang tua oleh sang tante, membuat Ayuna Ramadhani terpaksa harus bekerja keras untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah sebanyak mungkin di tengah kesibukkannya kuliah. Ditambah pengkhianatan sang pacar, membuat Ayuna semakin terpuruk.
Namun titik rendahnya inilah yang membuat ia bertemu dengan seorang pengusaha muda, Mr. Ibram, yang baik hati namun memiliki trauma terhadap kisah cinta. Bagaimana kelanjutan kisah Ayuna dan Mr. Ibram, mungkinkah kebahagiaan singgah dalam kehidupan Ayuna?
Selamat membaca
like like yang banyak ya teman-teman
terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TRAVELING OTAK
Kebiasaan baru, si Akmal ikut join live jualan Ayuna setiap sabtu dan minggu pagi. Emang seniat itu dia ingin tahu sosok Ayuna, meski di kantor ia masih menyusun strategi pendekatan, apalagi Ibram selalu memberikan warning untuk selalu profesional.
Pesan Ibram, kalau mau PDKT di luar kantor saja, jangan bikin sensasi di jam kerja. Maklum, di dalam kontrak setiap pegawai perusahaan Ibram memang tertulis dilarang terlibat asmara dalam perusahaan, kalaupun cinlok sampai ke jenjang pernikahan maka harus mengalah salah satu. Aturan itu berlaku untuk semua, bahkan Akmal yang sudah dianggap duplikat Ibram juga harus mematuhi itu.
Sedangkan di luar jam kantor, Ibram seenaknya saja tetap tak memberikan waktu leluasa baginya. Akmal selalu diminta menemaninya untuk bertemu klien, menghadiri undangan berbagai acara, maklum sejak pertunangan batal, Ibram menjadi sangat membatasi pembicaraan dengan orang lain, dia sangat tak nyaman bila ditanya kenapa bisa batal. Alhasil Akmal bertindak sebagai jubir, dan semakin pintar saja publik speakingnya sekarang.
Cuma kalau Akmal ada jadwal kencan dengan sang kekasih, pasti ia bilang dengan Ibram. "Bro, gue mau kencan." Kalau sudah ada pemberitahuan seperti itu maka Ibram tidak akan meminta Akmal menemani, dan Ibram pun tak datang.
Seperti saat ini, si bos tidur sedangkan Akmal menyetir sambil join live Ayuna. "Bocil cantik amat dah, wajah polosnya ituloh ngegemesin," ucap Akmal ngomong sendiri, tak peduli Ibram protes.
"Kalau suka bilang aja kenapa sih, berlagak penggemar rahasia segala," protes Ibram untuk kesekian kalinya. Mungkin kupingnya panas mendengar Akmal memuji Ayuna sejak tadi.
"Heh, Bambang. Lo lupa siapa yang bikin weekend gue sibuk?" sindir Akmal, karena Ibram lupa akan janji hari ini ke Bandung. Pagi buta, baru calling Akmal. Menyebalkan sekali.
"Ya elah, gue sekali doang lupa, Mal!"
"Eh, putus?" Akmal tak mendengar jawaban Ibram, telinganya fokus mendengar informasi penting akan status percintaan Ayuna. Bahkan Akmal sampai menepikan mobilnya, demi memastikan ucapan anak buah Ayuna.
"Kenapa berhenti."
"Tukar dong, lu yang jadi supir!"
"Lah?"
"Udah buruan," Akmal sudah keluar mobil untuk tukar posisi. Terpaksa Ibram pun menuruti sikap konyol asisten pribadinya itu.
"Lagian sampai segitunya sih lo suka banget sama Ayuna. Perasaan dia biasa aja!"
"Ya cantikan dia ketimbang mantan lo!" balas Akmal menusuk hati, Ibram sampai berdecak sebal. Mungkin karena mulai melupakan, disingguh soal mantan Ibram hanya berdecak saja, tidak sampai ngomel.
"Eh iya, habis nangis kayaknya. Aduh senyumnya manis gila!"
Dalam live tersebut, Ayuna tampak menggunakan kaos dan makan bubur ayam, rambutnya diikat begitu saja. Akmal bisa menebak kalau gadis itu belum mandi.
"Kok tiba-tiba sesek ya, Bram!" ucapnya dengan kaki yang tak bisa diam, Ibram melirik sebentar dan tahu lah sesek yang dimaksud. Bos ganteng itu langsung tertawa ngakak.
"Hyper lo!" cetus Ibram sambil menahan tawa dan menggelengkan kepala. "Dia masih pakai baju, otak lo udah eror!"
Akmal langsung keluar join, daripada dia sendiri yang susah. Giliran Akmal yang berdecak sebal karena Ibram terus saja meledeknya.
"Kayak lo gak tahu on aja, Bram! Sekarang gue naksir tuh cewek, dia di kamar, makan, wajahnya tanpa make up, senyum, rambutnya dikuncir, gue bisa bayangin lehernya wangi banget meski belum mandi," ucap Akmal terlalu mendramatisir visualisasi Ayuna. Spontan Ibram meninju bisep Akmal.
"Sadar. Percuma suka, dia udah pacar."
"Udah putus, anak buahnya konfirmasi. Besok senin gue cek, di tangannya masih pakai cincin apa gak!"
"Segitunya."
"Biarin, dan gue bakal tebar pesona sama dia!"
"Heh, Bambang. Ayuna tuh tipe gadis gagal move on, lo yakin mau PDKT sama dia. Kalau suatu hari dia CLBK sama mantannya, nyaho loh. Nyungsep tuh cinta lo."
"Nge-gampar orang kayaknya dipersilahkan deh."
"Silahkan! Nih, nih!" ujar Ibram malah menantang Akmal, ia menyodorkan mulutnya sampai miring-miring padahal harus fokus mengemudi.
"Sialan."
"Lagian ingat umur, Mal. Sudah waktunya seusia kita cari perempuan buat nikah. Bukan masanya untuk pacaran."
"Gampang bener tuh mulut ngomong gitu. Lupa kalau ada yang belum move on dari mantan."
"Gue mah kalau ada yang gue pandang klik langsung gue ajak nikah, Mal."
"Ah yang bener," ledek Akmal. Namun sedetik kemudian, justru Akmal yang ngomel. "Awas kalau Ayuna!"
"Enggak. Dia masih 20 tahun, pasti punya cita-cita panjang, mau nunggu dia siap nikah, gue umur berapa."
"Heleh, kayak situ bakal bertemu yang klik besok aja."
"Lagian katanya lo naksir sama dia. Kenapa gue juga deketin dia. Ntar dia malah pilih gue gimana."
"Narsis amat lo!"
"Secara fakta, gue lebih ganteng, gue lebih,"
"Gue lebih kaya, gue lebih setia, gue lebih pintar," sambung Akmal meneruskan kenarsisan Ibram. Si boa ganteng hanya tertawa saja.
"Benar kan?"
"Serah lo deh, Bram!"
Ay
Sengaja Akmal mengirim pesan pada Ayuna, buat pancingan. Kalau dibalas lanjut chatting nanti.
"Kok gak dibalas ya?" gumam Akmal. Sudah 10 menit chatnya hanya diread Ayuna.
"Lo chat Ayuna?" tanya Ibram.
"Gak dibales cuy, diread doang!" Ibram makin tertawa ngakak. Emang bos laknat. Paling bahagia kalau Akmal jomblo, tak ada jadwal kencan yang bisa mengganggu kinerja Akmal.
"Dibilangi Ayuna tuh tipe cewek gagal move on."
"Gue gak percaya sama lo!" Akmal tak menggubris ocehan Ibram. Ia masih berusaha chat Ayuna lagi. Kali ini pakai trik ala customer.
Ay. Facial washnya bisa buat cowok gak?
Akmal harap-harap cemas, memang cepat di read dan tampaknya dibales. Akmal girang dong.
"Jangan ge-er dulu boy, lo chat apa emang?" tanya Ibram kepo.
"Gak usah ikut campur."
"Heleh, paling sok sok an tanya jualan Ayuna!"
Akmal spontan menoleh pada Ibram, Nih bos sinting punya indra keenam kali ya. Kok tebakannya bener.
Iya, Pak Akmal bisa. Mau CO yang mana nih.
Akmal tak meneruskan, kali ini ia membenarkan prediksi Ibram. Ternyata Ayuna fast respon soal jualan. Benar-benar susah ditebak nih bocil.
"Kok gak lanjut chat?" tanya Ibram lagi, heran saja ponsel Akmal sudah diletakkan di dashboard.
"Suka-suka gue lah!"
"Dih, habis tanya jualan kabur. PHP lo, gimana kalau Ayuna pikir kalau lo PHP juga ke hubungan?"
"Ish," Akmal sebal omongan Ibram sepertinya benar. Akmal pun mengambil ponselnya, lanjut chat Ayuna.
Terserah variannya apa deh, Ay. Aku mau satu.
Baik, Pak.
Bawa hari senin aja ya.
Siap. Ada lagi?
Oke, sepertinya mulai intens jawabnya. Saatnya masuk ke ranah PDKT.
Kalau paket lamaran ada Ay?
Ada, Pak. Bisa sesuai budget.
Sesuaikan sama paket perawatan kamu aja.
Serius Pak?
Iya. Kan calonnya kamu.
"Lah gak dibalas?" di situ Ibram semakin tak kuasa menahan tawanya lagi. Chat Akmal tidak berlanjut saudara.