Seorang gadis melihat sang kekasih bertukar peluh dengan sang sahabat. seketika membuat dia hancur. karena merasa di tusuk dari belakang oleh pengkhianatan sang kekasih dan sang sahabat.
maka misi balas dendam pun di mulai, sang gadis ingin mendekati ayah sang kekasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan pena R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21
"Ya Allah Aurel," Desis Om Arif. sembari menarik ku ke dalam pelukannya. menepuk punggung ku pelan.
"Aku pikir, pengalaman kamu dengan Aldo bisa menjadi pelajaran yang berharga untuk kamu. kenapa kamu malah membuat hati kamu kembali patah? seharusnya, Jika kamu tahu dia tidak memiliki rasa untukmu, Seharusnya kamu segera berhenti, Aurel. Bagaimana sekarang?? Bagaimana jika sudah begini Aurel??? Apa yang bisa kulakukan untukmu?? kamu ingin aku bicara dengan laki-laki di cafe itu??"
aku meremas kedua tanganku. Dasar tua bangka sialan!!! dia bahkan tidak menyadari jika itu tumbuh karenanya. Dia sangat peka tentang nada suaraku yang berbeda. tapi dia tidak peka dengan perasaanku.
Sialan!!!
"Aurel" Desis Om Arif kaget karena tiba-tiba aku mendorong tubuhnya karena aku kesal. bisa-bisanya Dia memberi saran gila seperti itu.
"Bicara?? bicara seperti apa??? membujuknya untuk menerima cintaku?? Om sedang merendahkan aku???" sentaku kesal..
Om Arif membelalakkan matanya, tercekat.
"Merendahkan? Ya Allah, Aurel. Tak ada niat sedikitpun aku merendahkan kamu. sungguh, aku hanya berniat membantumu. kurasa dia juga punya perasaan sama kamu. Dia seakan ingin bicara dengan kamu. hanya mungkin salah paham karena ada aku. dan aku bisa jelaskan itu padanya Aurel. lagi pula, dia tahunya aku Om kamu kan??? jadi aku pikir tak akan terlalu sulit membuatnya mengerti. "
"Bukan dia! Bukan dia laki-laki itu, om!!!" sergahku.
"Dia memang menyatakan perasaannya kepadaku hari ini, tapi sungguh, aku tak memiliki rasa apapun. bahkan aku merasa tak nyaman saat di dekatnya, setelah mengetahui kebenaran itu. Bukan Bukan dia laki-laki itu. yang telah berhasil menyentuh rasaku. tapi dia tak merasakan rasa yang sama sedikitpun. itu kejam untukku."
"Maka berhentilah Aurel!! sempat Om Arif cepat.
Itu nada suara khasnya, Tinggi penuh emosi. Aku yakin dia berusaha sangat keras menahan diri tidak mengucapkan nada tinggi karena dia takut penyebab air mataku jatuh.
Dia hanya tidak tahu, air mataku memang atas namanya. namun dengan alasan lain.
Om Arif meraih tanganku dalam genggaman tangannya.
"jangan menginginkan sesuatu yang tidak ditakdirkan untukmu. hati kamu terlalu berharga untuk dia yang tak menghargainya. belum terlalu dalam kan? sudahi rasa kamu. Berhenti lah. itu akan baik untuk kamu. Lagi pula tidak ada hal baik dari pacaran. pacaran 5 tahun bukan jaminan bisa bersama kan??? Allah sudah menakdirkan jodoh untuk kamu. meski tidak pacaran. dia akan tetap datang kepadamu Aurel. Allah membuat kamu patah hati agar kelak kamu bisa merasakan kebahagiaan lebih dengan pasangan halal kamu. cinta setelah halal akan lebih indah Aurel."
"Kelak??? Kenapa harus kelak???" sergah ku memotong kalimatnya cepat. Aku menyorotnya dalam.
"Lalu Apa nama ikatan yang terjadi di antara kita, Om??? kebetulan??? atau takdir??
Om Arif terkesiap. matanya terlihat bergetar karena pertanyaanku.
"Bagaimana aku memaknai takdir kita sekarang, Om? hubungan kita? pernikahan kita?? semua tak lebih dari status kan? hanya status!"
Om Arif menguatkan kepalan tangannya.
"Pasangan halalku, itu om. Apa mungkin aku bisa mendapatkan cinta tulus dari pasangan halalku??? Dari Om??" cercaku.
"Aurel, itu...." Mata Om Arif menatapku penuh keraguan.
Aku menyerigai mencebik penuh ejekan.
"Aku juga tidak akan mengemis untuk itu!!!" Tandas ku sembari menarik selimutku dan kembali berbaring membelakanginya.
Hening.
Tak ada reaksi sedikitpun dari om Arif sekedar kalimat bujuk rayu. jangan mengharapkan apapun. dasarnya dia memang tak punya hati.
Ku rasakan gerakan di ujung kasur lainnya. Aku yakin Om Arif juga Tengah berbaring di sana. Mungkin juga dalam posisi membelakangiku, serupa dengan yang kulakukan.
Tes
Air mataku kembali meluruh. Benar Kata Om Arif ini saatnya aku harus berhenti.
***
Aku menatap langit-langit ke ruangan tiga kali empat meter yang baru kudapatkan setelah pencarianku tak kurang dari 2 jam berkeliling.
Benar, aku sudah berada di Surabaya sekarang berada di kamar kos yang memerlukan waktu tempuh tak kurang dari 15 menit dengan naik ojol ke tempat kerjaku yang baru Senin besok.
Aku memutuskan datang ke Surabaya tanpa memberitahu papah dan mamah termasuk juga Om Arif.
Biarlah mereka mengira bahwa aku tetap di Bandung. Toh, kos-kosan ku juga sangat jauh dari rumahku. butuh waktu sekitar 2 jam perjalanan dengan sepeda motor.
Papa Mama maafkan aku.
Aku aku tahu, aku mulai tak jujur pada mama dan papaku. Banyak hal yang kututupi dari mereka. Setiap kali mamah menanyakan tentang hubunganku dengan om Arif, selalu aku jawab baik-baik saja. Terlebih. Om Arif sering mengabari Mama tentang keberadaanku.
Apa aku salah jika akhirnya hatiku luluh olehnya??? Sikap nya yang selalu menjaga perasaan Mama Papa dengan menjagaku semudah itu membuat hatiku sembuh dari luka yang ditorehkan Aldo.
Aldo menyakitiku tapi papanya yang menyembuhkanku. sekaligus mematahkan sangat patah. Rasanya ini lebih menyakitkan dari menyaksikan pergumulan Aldo dan Nia malam itu.
Kenapa hatiku harus kalah terlebih dahulu??? Om Arif tak pernah melihatku lebih. Dia hanya melihatku sebagai bentuk tanggung jawab yang dititipkan Mama dan Papa tidak lebih dari itu. Seharusnya aku menyadari lebih awal agar aku tidak menjatuhkan hatiku padanya.
"Kamu yakin akan baik-baik saja Aurel??" tanya om Arif 2 hari yang lalu saat mengantarkan aku kembali ke kos-kosan ku.
Aku tersenyum tipis mengangguk. Arif mengusap wajahnya kasar terlihat bingung. satu tentang masalahku dan satu tentang pekerjaan yang sudah menuntutnya untuk segera datang ke perusahaan.
Om Jo tak berhenti meneror Om Arif malam itu, memastikan bahwa Om Arif akan hadir di perusahaannya keesokan harinya. Seperti nya Om Arif orang penting di perusahaan itu.
"Mau ikut ke Surabaya saja dulu. Tenang kan diri kamu di rumah Papa dan Mama kamu. mungkin dengan bicara sama mama kamu hati kamu akan sedikit lebih tenang." itu sarannya.
"Aurel Aku tahu aku tidak bisa membantu kamu banyak, karena aku tidak punya pengalaman tentang hubungan seperti yang sedang kamu jalani. Tapi aku rasa lebih baik dicintai daripada mencintai. Seseorang yang mencintai kamu dia akan menganggap kamu berharga. Tapi Jika kamu yang terlalu dalam mencintainya maka kamu akan terluka. Aku tidak tahu apakah itu pemikiran yang tepat atau tidak. Tapi kurasa itu akan baik untuk kamu."
"Maksud, Om aku harus melupakannya???" Tanyaku.
"Apa itu terdengar sangat jahat???" Om Arif balik bertanya.
"Dia bahkan tidak tahu jika kamu mencintainya Aurel. Lalu Apa yang kamu harapkan dari hubungan seperti itu???"
Aku melengos mengalihkan tatapanku keluar jendela.
Seandainya kamu tahu, kamulah orang itu. Apa kamu juga akan mendorong ku menjauh sejauh ini om.
Om Arif menarikku ke dalam pelukannya, mengusap rambut panjangku dengan lembut. "Jangan terluka. kamu harus baik-baik saja." Desis nya.
Aku mencengkram kuat lengannya. Bagaimana jika sudah begini? kamu malah menambah berat hatiku untuk berpaling, Om.
KAKAK READERS, BOLEH KAH Author MINTA ULASAN TENTANG BUKU INI.
TERIMA KASIH KAKAK KAKAK SEMUA.
SEHAT SELALU UNTUK KITA SEMUA.
ak nantika eps berikutnya
kasian om Arif 😔
Aurel Aurel kamu menyebalkan
Brravo Om Jo. semangat Aurel untuk mendapatkan hati Om Arif.