Lin Muwan terkubur di makam kuno Permaisuri Qing dari Era Jingyuan yang tidak dikenal ketika menjalankan misi mencari jejak sejarah.
Namun, dia kemudian terbangun di tubuh selir Pangeran Kesembilan Dinasti Jing yang dibenci karena merupakan keturunan pemberontak. Lin Muwan kemudian menyadari bahwa dia datang ke masa saat Permaisuri Qing hidup.
Plum dan aprikot yang mekar di taman adalah kesukaannya, namun kehidupan yang bagus bukan miliknya. Hidupnya di ujung tanduk karena harus menghadapi sikap suaminya yang sangat membencinya dan masih mencintai cinta pertamanya. Dia juga mau tidak mau terlibat dalam persaingan takhta antara putra Kaisar Jing.
Pangeran Kedua yang lemah lembut, Pangeran Keempat yang penuh siasat, Pangeran Kesembilan yang dingin, siapakah di antara mereka yang akan menjadikannya Permaisuri? Dapatkah dia kembali ke kehidupan asalnya setelah hidupnya di Dinasti Jing berakhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 22: TERIMA KASIH SUDAH MEMPERHATIKAN KEGEMARANKU!
Kereta kuda melaju membelah keramaian ibu kota. Sudah tengah malam, namun penduduk masih asyik menikmati festival yang meriah itu.
Jam malam yang ditiadakan memberi kebebasan lebih lama. Sungguh suatu momen langka yang hanya terjadi beberapa kali dalam setahun.
Lin Muwan malas berbicara. Dia tidak berniat membicarakan masalah tadi pada Murong Changfeng.
Matanya sudah berat dan ingin segera tidur. Tapi, jalan yang tidak rata membuat tubuhnya berguncang setiap kali dia mencoba memejamkan mata. Kalau saja jalan ini diaspal, maka tidak perlu terguncang seperti ini.
“Zhou Ying adalah putri kesayangan Guru Agung Kekaisaran. Kau mempermalukannya seperti itu, kau tidak takut ayahnya mencarimu untuk melampiaskan amarahnya?”
“Kenapa harus mencariku? Aku adalah selirmu. Masalah yang aku buat tentu saja kau yang harus menyelesaikannya.”
“Urus saja urusanmu sendiri, jangan melibatkan aku.”
“Baik. Aku akan mencari Kaisar untuk membantuku menghadapi ayah dari bajingan itu.”
Murong Changfeng merasa agak tertekan. Sekarang Lin Muwan sudah tahu cara membuatnya terlibat ke dalam masalahnya.
Rupanya inilah yang ditunggu wanita itu selama ini: memanfaatkannya dengan meminjam kekuasaan Kaisar. Dengan memanfaatkan Kaisar, Murong Changfeng tidak bisa berkutik.
Dia mengepalkan tangannya. Malam ini, semua perhatian terpusat pada Lin Muwan. Mula-mula Kaisar, kemudian Zhou Ying dan Murong Zhiyang.
Bahkan Sheng Jiayin pun turut menaruh perhatian padanya. Perjamuan yang diadakan itu tampaknya ditujukan untuk membantu wanita ini.
Lin Muwan membelakangi Murong Changfeng dan bersandar malas pada kereta kuda. Perutnya agak mual dan kepalanya pusing.
Ia pikir ia terlalu memaksakan diri menembakkan anak panah tadi. Lukanya belum pulih total, namun dia memaksa mengeluarkan tenaga sebesar itu untuk menembak Zhou Ying.
Untunglah sepertinya tidak terbuka lagi. Jika Murong Changfeng melihat darah di bahunya, Lin Muwan akan ditertawakan. Tapi, cukup sepadan jika bisa memberikan sedikit balasan atas tindakan kejam yang dilakukan Zhou Ying kepadanya saat di perburuan.
“Jangan membuat masalah besar untukku. Utangmu padaku tidak memberimu hak untuk membuatku membantumu,” ucap Murong Changfeng.
Lin Muwan menoleh sedikit, lalu kembali memunggunginya. Bicara soal utang, utang Murong Changfeng padanya juga tidak kalah besar.
Keluarganya hanya berutang satu nyawa Selir Kekaisaran Chen. Tapi, yang harus dibayar adalah nyawa semua keturunan laki-laki Marquis Yongning dan kehormatan wanita dari kediaman itu.
Ditambah lagi dengan utang atas sikap Murong Changfeng yang buruk serta penyelamatan nyawa hari itu. Seharusnya, Murong Changfeng secara pribadi berutang dua nyawa padanya.
Tapi, pria dingin dan pemarah itu tidak pernah memikirkannya. Dalam hatinya hanya ada kebencian terhadapnya saja, sehingga tidak mampu melihat kebaikan yang ditunjukkan Lin Muwan kepadanya. Sepertinya apapun yang dilakukan Lin Muwan akan selalu salah di mata Murong Changfeng.
“Kalau Pangeran ingin menagih utang, tagih saja pada ayahku. Pergilah ke alam baka untuk temui dia, suruh dia menghidupkan lagi ibumu.”
Hati Murong Changfeng tertohok. Lin Muwan menyerang tepat di titik vital yang membangkitkan amarah namun tak bisa dilampiaskan.
Wajah Murong Changfeng mengeras, menatap tajam Lin Muwan yang masih saja membelakanginya. Wanita tak tahu sopan santun!
“Sungguh lidah yang sangat fasih bicara. Mengutukku agar cepat mati, juga menghina ayah sendiri. Benar-benar didikan Marquis Yongning.”
“Bukankah kau bilang dia pemberontak? Mengapa kau peduli pada cara pemberontak mendidik putrinya?”
Lin Muwan tidak mau bicara sekarang. Lebih tepat dikatakan dia tidak mau bicara dengan Murong Changfeng lagi.
Pria brengsek itu berkata bahwa dia fasih bicara, bukankah dirinya juga sama? Siapa yang sebenarnya tidak tahu diri itu?
Dia tidak bisa melihat ekspresi Murong Changfeng sekarang. Tapi, dia merasakan punggungnya jadi dingin seolah ada sesuatu yang tajam sedang menatapnya. Seolah-olah ada bongkahan es yang ditempelkan langsung ke kulit punggungnya, menyebarkan hawa dingin ke seluruh tubuh.
Di luar, Zifang masih memimpin jalan. Suara Pangeran Kesembilan yang berhenti berdebat membuat jantungnya berdebar kencang. Pangeran Kesembilan tidak akan membunuh Nona Lin karena marah, kan?
Kaisar sudah berpesan agar memperlakukannya sebagai manusia. Maka Nona Lin harus hidup dan nyawanya tidak boleh diambil. Jika Pangeran Kesembilan terbawa emosi dan mencekiknya, bukankah sulit menjelaskannya?
Dia akan didakwa tidak mematuhi Kaisar dan melakukan pembunuhan terhadap warga sipil. Itu akan mempermalukan keluarga kekaisaran dan mencoreng martabatnya, membuat reputasinya semakin buruk.
Roda kereta melewati jalan berlubang yang dalam. Kereta kuda bergoyang tak karuan. Lin Muwan yang sedang tidak enak badan seketika terjatuh.
Tubunya terdorong ke depan hingga kepalanya menabrak tirai kereta dan muncul di luar. Zifang terkejut, menatap Lin Muwan dalam diam.
“Sialan,” umpat Lin Muwan.
“Sungguh maafkan saya, Nona. Jalannya berlubang dan gelap. Saya tidak bisa melihat dengan jelas jalan yang kita lewati,” ucap kusir dipenuhi rasa bersalah. Uh, kalau Nona Lin adalah selir yang disukai, mungkin dia sudah dihukum karena membuatnya jatuh dengan memalukan seperti ini.
Murong Changfeng tersenyum samar. Itu adalah balasan untuk Lin Muwan yang kurang ajar kepadanya.
Kuda dan jalan saja dapat melihat betapa tidak sopannya dia kepada seorang pangeran. Terlebih, pangeran itu adalah suaminya sendiri yang dinikahkan secara paksa dan tidak punya kerelaan.
“Zifang, dia suka pemandangan malam. Biarkan dia menemanimu di luar untuk memuaskan kesukaannya.”
Lin Muwan seketika menoleh. Murong Changfeng baru saja mengusirnya!
Malam sedingin ini, dia harus diam di luar seperti kusir kereta? Ini penghinaan besar!
Tidak bisa dipungkiri, Lin Muwan sangat marah saat ini. Memang hal yang benar adalah pisah kereta.
Jika terus berada di dalam bersama Murong Changfeng, nyawa pun sepertinya akan melayang. Saat itu, Murong Changfeng akan mengarang alasan yang terdengar masuk akal untuk menjelaskan kepada Kaisar.
Lin Muwan merangkak keluar dari dalam kereta. Dia berpegangan pada dinding kereta untuk berdiri melihat jalan.
Angin langsung menepuk wajahnya, membuat rambutnya yang terurai berterbangan. Ia melirik kusir yang fokus mengendalikan kereta, lalu melirik Zifang yang mendampingi mereka sambil menunggang kuda di samping.
Lin Muwan tiba-tiba melompat menendang Zifang yang sedang lengah. Zifang langsung terjatuh, kudanya sudah diambil alih Lin Muwan.
Tanpa ragu Lin Muwan menarik tali kekang sampai kuda itu meringkik. Dia menariknya lagi, mengarahkannya ke dekat kuda penarik kereta.
Insting hewan menyuruh kuda-kuda tersebut waspada. Kuda penarik kereta meringkik karena terkejut sampai lepas kendali.
Kuda-kuda itu mengamuk dan membuat kereta kuda berguncang hebat. Kusir kesulitan mengendalikannya karena tenaganya tidak cukup besar.
Kereta melaju, namun arahnya tidak menentu. Tubuh Murong Changfeng berguncang, terbentur ke kiri dan ke kanan akibat laju kereta yang tidak beraturan.
Dia menggunakan tangannya untuk menahan keseimbangan. Matanya memerah, menatap tajam pada sesuatu yang telah menjauh dari celah tirai kereta.
Pada akhirnya, tali pengikat putus dan kuda penarik kabur. Kereta kuda terperosok di parit, sebelah rodanya tenggelam di dalam air dan sebelahnya lagi hancur.
Zifang yang tiba setelah berlari buru-buru membantu Murong Changfeng keluar. Ujung jubah Murong Changfeng basah terendam air parit.
“Aku berterima kasih pada Pangeran Kesembilan yang sangat mengerti kegemaranku. Kalau begitu, kuberikan kalian waktu untuk merasakan betapa menyenangkannya pemandangan malam itu!” teriak Lin Muwan.
Tanpa menoleh lagi dia memecut kudanya, meninggalkan Murong Changfeng yang terdiam menatapnya penuh kemarahan. Aura dingin yang menyeramkan keluar begitu saja.
Zifang tidak mengatakan apapun. Dia tahu, Pangeran Kesembilan sangat marah sekarang.
kamu sendiri aja mulut nya lebih jahat sama istri tp manis sama perempuan lain..
kalo aq istri nya, kdrt itu berlaku.. 😂😂😂
baru mampir ,, nyimak sambil baca .. semoga sampai tamat ya Thor
sehat sehat Thor
semangat nulisnya 🥰🥰
sampai gak bisa berkata kata