"Sampai kapan kamu akan berlindung di ketiak mama? Kalau sikap kamu manja seperti ini mana ada laki-laki yang mau menikahi kamu. Abang tahu kamu sering dimanfaatkan oleh pacar-pacar kamu itu 'kan?"
"Abang, jangan meremehkan aku. Aku ini bukan gadis manja seperti yang kau tuduhkan. Aku akan buktikan kalau aku bisa mandiri tanpa bantuan dari kalian."
Tak terima dianggap sebagai gadis manja, Kristal keluar dari rumahnya.
Bagaimana dia melalui kehidupannya tanpa fasilitas mewahnya selama ini?
Yang baca wajib komen!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nirwana Asri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amara
Ketika Ruli baru kembali dari luar kota, seseorang menelepon Ruli. "Hallo."
"Jemput aku sekarang!" Ucapnya pada Ruli melalui sambungan telepon.
Ruli pun menjemput adiknya yang baru turun pesawat di bandara. Amara Megantara adalah adik perempuan Ruli yang baru menyelesaikan kuliah bisnisnya di luar negeri. Setelah lulus dia kembali ke Indonesia. Dia rencananya akan melamar kerja di kotanya agar dia tidak perlu jauh-jauh dari orang tuanya.
Ruli melambaikan tangan ketika melihat adiknya berjalan. Di saat yang bersamaan dia juga sedang mencoba menghubungi Kristal. Karena sudah dua hari dia tak sempat menghubungi wanita yang dia cintai dikarenakan masalah restoran yang harus dia urus. Namun, seseorang tiba-tiba menabraknya dari belakang hingga ponselnya terjatuh.
"Maafkan saya," ucap seorang ibu-ibu yang menabrak Ruli.
"Tidak masalah." Saat dia mengecek ponselnya sudah mati. Dia jadi tidak bisa menghubungi Kristal.
"Kenapa, Kak?" Tanya sang adik. Ruli tak menjawab dia hanya menunjukkan ponselnya yang mati pada Amara. Lalu Ruli membantu Amara mengangkat
"Bagaimana kabar kakak?" tanya Amara ketika berada di dalam mobil.
"Baik," jawab Ruli singkat sambil mengulas senyum ke arah sang adik. Tanpa mereka sadari kalau seseorang sedang memperhatikan keduanya.
Saat itu hujan sangat deras jadi Ruli tidak bisa melihat dengan jelas kalau Kristal sedang berada di samping mobilnya. Dia hanya ingin fokus menyetir.
Hujan mulai reda ketika mereka sampai di rumah. Ruli turun dari mobil lalu berjalan ke belakang mobil untuk membantu adiknya mengangkat koper yang dia bawa.
"Terima kasih, Kak," ucapnya sambil tersenyum pada kakaknya.
"Mama," teriak Amara ketika masuk ke dalam rumah.
"Kamu sudah sampai?" Amara mengangguk.
"Aku kangen sekali dengan mama," ucapnya dengan manja sambil memeluk erat sang ibu. Dia sangat rindu pada ibunya. Selama belajar di luar negeri selama dua tahun, Amara tidak pernah pulang karena jadwal kuliahnya yang sangat sibuk. Dia hanya bisa video call dengan ibunya jika tidak sibuk kuliah.
"Hari ini mama masak spesial buat kamu," kata Lira.
"Baiklah. Aku akan turun setelah aku mandi Ma. Badanku sangat lengket." Lalu Amara menoleh ke arah kakaknya. "Terima kasih kakakku tersayang sudah mau membawakan koperku yang berat ini."
Amara memang selalu bersikap manja pada semua orang di rumahnya.
"Iya, sama-sama."
Setelah itu Amara naik ke lantai atas menuju kamarnya.
"Ma, aku mau keluar sebentar. Handphone aku jatuh ketika di bandara tadi dan rusak. Aku ingin membeli handphone sebentar."
"Apa kamu tidak menunggu Amara, kita makan bersama dulu."
"Kalian saja, Ma. Aku butuh handphone untuk menghubungi anak buahku."
"Ah yang benar? Bukannya untuk menghubungi Kristal?" Ledek sang mama.
"Itu juga benar, Ma. Beberapa hari ini aku tidak sempat menghubungi dia karena kesibukanku di luar kota. Saat aku akan menelepon malah handphoneku rusak. Aku hanya tidak mau dia salah paham."
"Mama mengerti. Jangan pulang terlalu malam ya," pesan Lira pada putranya itu. Ruli mengangguk paham.
Ketika berada di toko handphone, Ruli tak sengaja bertemu dengan Vano. Ruli masih ingat wajah laki-laki yang mengganggu Kristal waktu itu. Tapi dia pura-pura tidak melihat. Ruli hanya tidak ingin membuat keributan di tempat umum.
Usai membayar handphone yang dia beli, Vano malah sengaja menyapanya. "Bukankah kita pernah bertemu?" Ucapnya pada Ruli dengan tersenyum miring.
Ruli tak mengindahkannya. Saat dia hendak melewati Vano, tangan Vano menahan bahu Ruli. "Tidak bisakah kamu bersikap sopan padaku? Aku menyapamu dengan baik-baik. Beginikah balasan yang benar?"
Ruli tersenyum sinis pada Vano. "Menurutmu sikapmu ini sopan? Kita tidak seakrab itu, jadi berhenti menggangguku," balas Ruli dengan nada dingin lalu melenggang pergi.
Vano mengepalkan tangannya untuk menahan marah. Dia berjanji jika sekali lagi bertemu dengan Ruli maka dia akan menghabisinya.
Sementara itu, Kristal sangat bersemangat hari ini karena akan ke rumah calon mertuanya. Dia berharap kali ini dia bisa bertemu dengan pujaan hatinya itu.
Sepulang kerja, Kristal mampir di toko tantenya, istri dari saudara kembar sang ayah. "Tante Raina," panggil Kristal setengah berteriak.
Raina keluar dari ruangannya. "Kamu sudah datang? Mama kamu sudah menelepon Tante tadi malam. Tante sudah buatkan kue spesial untuk calon mertua kamu." Ucapan Raina membuat Kristal tersipu malu.
"Belum resmi tante. Baru akan."
"Ah sama saja. Tante ikut senang akhirnya ada laki-laki yang serius sama kamu. Ingat Kristal jangan sampai ada banyak lelaki yang memanfaatkan kecantikan kamu. Kamu juga harus bisa jaga diri. Pilih satu laki-laki yang tepat lalu nikahi."
"Secepat itu, Tante? Aku pikir kami juga perlu pendekatan. Bagiku mengenal dulu lebih baik dari pada buru-buru menikah. Aku takut terjadi perpisahan setelah menikah."
"Tante yakin jodoh yang dipersiapkan untuk kita itu sudah diatur oleh Allah. Pacaran setelah menikah itu selalu halal tidak ada satupun perlakuan pada pasangan kita yang dilarang."
"Iya, Tante. Kristal akan selalu ingat pesan Tante. Sekarang bolehkah aku membawa kuenya? Aku sudah tidak sabar bertemu dengannya." Kristal menutup mulut karena keceplosan.
Raina hanya menggelengkan kepalanya. Setelah itu, wanita berjilbab itu mengambilkan kue yang dipesan Kristal.
"Baunya sangat harum. Pasti Tante Lira menyukai ini," ucapnya sambil membayangkan wajah Lira yang terlihat senang menyambut kedatangan dirinya.
"Lalu siapa nama kekasihmu itu?" tanya Raina.
"Ah, nanti saja Tante aku kenalkan dia pada Tante secara langsung jika kami sudah mantap menjalani hubungan." Kristal merasa malu.
Setelah berpamitan pada tantenya, Kristal mengendarai mobil menuju ke rumah pujaan hatinya. Jarak rumahnya dari tempat dia berangkat sekitar dua puluh menit jika tidak sedang macet. Sepanjang jalan Kristal bersenandung menirukan lirik lagu yang dia putar di mobilnya.
...Betapa bahagianya hatiku...
...Saat ku duduk berdua denganmu...
...Berjalan bersamamu...
...Menarilah denganku...
"Aih aku jadi malu sendiri. Padahal waktu berpacaran dengan Vano aku tidak sekonyol ini." Kristal sibuk bermonolog.
Kristal berbelok memasuki kawasan perumahan elit. Di saat bersamaan mobilnya berpapasan dengan mobil yang dia kenal tapi mobil itu melaju dengan cepat.
"Itu Mas Ruli," ucap Kristal dengan girang. Jantungnya berdebar hingga dia berhenti sejenak untuk mengatur nafas.
"Nggak usah grogi, kamu adalah wanita yang percaya diri. Kamu cantik, smart dan semua orang tahu kalau kamu itu pemberani," ucap Kristal dengan penuh percaya diri.
Kristal kembali menyalakan mesin mobilnya. Setelah berada tepat di depan rumah Ruli, dia turun sambil membawa sekotak kue yang telah dia beli dari toko tantenya itu. Namun, wajah Kristal yang awalnya ceria mendadak berubah ketika melihat Ruli mencium kening seorang gadis. Gadis yang sama yang dia lihat saat itu.
Brak
Kristal menjatuhkan kue yang dia bawa. Ruli dan Amara menoleh ke sumber suara. "Kristal," panggil Ruli.
Namun, Kristal malah berlari menuju mobilnya. Ruli secepat mungkin mengejar wanita yang dia cintai itu tapi mobil Kristal lebih dulu meninggalkan halaman rumahnya.
Ruli mengusap wajahnya kasar. "Dia pasti salah paham denganku," gumamnya lirih.
*
*
*
Apa yang akan dilakukan oleh Ruli akankah dia mengejarnya atau dia hanya menunggu sampai Kristal kembali tenang?
Aku ingatin lagi ya bagi yang masih menyimpan poin bisa kali dibagiin sama othor 😍😍🙏