Super MOM

Seperti biasa Tari selalu kembali di malam hari dan menjadi rutinitasnya menengok Putranya sebelum tidur. Awalnya Ia tersenyum ketika berada di ambang pintu namun raut wajahnya berubah ketika mendekat.

Ada genangan air di mata Putranya, dada Tari serasa di cubit.

" Kamu kenapa sayang " Tari bertanya pada Putranya tentang apa yang terjadi, namun Arka sepertinya sudah tertidur pulas.

Karena merasa kasihan Tari pun tertidur di ranjang Putranya, Ia memeluk tubuh Putranya dan mengelus nya penuh sayang.

Pagi hari Arka terbangun lebih dulu, bocah laki laki itu terkejut karena keberadaan sang Ibu yang tidur di kamarnya. Ia melihat bagian tengah tubuhnya dan juga wajah sang Ibu bergantian.

Tidak lama Ia pun berlari masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri, tidak butuh waktu lama Ia sudah keluar dan segera memakai pakaian seragamnya.

" Sayang, kamu sudah bangun Nak. Maaf Mama telat bangun " Tari tersenyum dan menghampiri anak semata wayangnya itu.

" Biar Mama bantu ya sayang " Tari beranjak ingin membantu memakaikan seragam untuk Arka.

Arka terkejut dan secepatnya menolak.

" Tidak perlu Mama, Arka bisa sendiri. Bukankah Mama juga harus bekerja, sebaiknya Mama juga cepat siap siap biar kita tidak terlambat nanti "

Tari mengangguk setuju dan memilih pergi. Keduanya sama-sama tersenyum namun dengan artian lain

..." Syukurlah " Batin Arka....

Baru saja Ia merasa senang tiba-tiba Ia terkejut karena Tari tiba-tiba berbalik.

" Sayang, apa itu " Tanya Tari yang terkejut melihat ada tanda merah yang mulai membiru di bagian perut Arka.

Arka mendadak pucat namun kutub utara itu mempunyai pengendalian diri yang cukup.

" Nak, katakan pada Mama apa ini "

Tari memperhatikan dengan jeli apa yang terjadi, rupanya bukan hanya satu tapi ada beberapa tanda di bagian pinggang dan dada.

" Sayang " Tari menatap mata Arka dalam dalam, meskipun khawatir namun Ia mencoba tersenyum agar Putranya itu tidak merasa takut pada

nya.

" Ini Ma, kemarin Arka kesandung meja di kelas makanya seperti ini " Jawab Ar

ka.

Tentu Tari tidak percaya begitu saja, namun tidak mungkin Ia memaksa Arka untuk berkata jujur.

" Oh ya sudah sayang, lain kali hati hati ya sayang. Jangan sampai hal ini terjadi lagi ya "

Arka mengangguk sebagai jawaban untuk pesan Ibunya.

" Baiklah seperti nya Arka benar, Mama harus ke bawah dulu untuk bersiap siap. Kalau Arka sudah selesai langsung turun ya " Arka mengangguk setuju.

Tari melangkah tergesa-gesa menuruni anak tangga, namun bukan berlari ke kamar melainkan ke teras belakang. Ia memanggil seseorang disana.

Maudy melihat Tari menuruni anak tangga dengan wajah yang nampak khawatir dan Ia pun mengikuti langkah Tari.

Ia mencoba mencuri dengar namun tidak terdengar apapun, dari cara Tari berinteraksi sepertinya yang mereka bicarakan sangat serius. Nampak orang yang berbicara dengan Tari menunduk dan sesekali mengangguk.

Tari kembali ke kamar untuk bersiap siap, sementara Arka dan Maudy sudah menunggu di meja makan. Berulang kali Arka melihat pintu kamar Ibunya namun belum juga terbuka.

" Sayang, sebaiknya Arka sarapan saja duluan ya. Biar cepat berangkat sama supir, mungkin Mama masih lama "

Arka mengangguk setuju dan mulai menikmati sarapan nasi goreng buatan bibik di rumah itu.

Tari baru keluar tepat setelah Arka menyelesaikan sarapannya, anak laki-laki itu tersenyum dan berpamitan.

" Mama, Arka berangkat dulu ya "

Tari menatap meja makan dan tersenyum pada Putranya karena ternyata Putranya itu sudah sarapan lebih dulu.

" Ah iya sayang, kamu hati hati ya. Semangat belajarnya ya sayang "

Arka mengangguk dan tersenyum, Ia juga mencium punggung tangan dua wanita itu bergantian.

" Ada apa Nak, apa ada masalah " Tanya Maudy karena melihat Tari menatap putranya begitu intens.

Tari menghela nafas berat

" Tidak apa apa Ma "

Maudy ikut tersenyum meski di paksakan, Ia tahu anaknya itu tidak akan mudah mengatakan masalahnya kalau tidak sedikit di paksa.

" Ya sudah, tapi kalau ada apa apa Mama minta jangan di sembunyikan. Mama juga ingin tahu ada apa, ingat bahwa kita akan sama sama melalui apapun itu "

Tari mengangguk mengiyakan. Ia berangkat ke rumah sakit namun pikirannya melayang entah kemana. Meskipun begitu Tari adalah pribadi yang bertanggung jawab, ketika tiba di rumah sakit konsentrasi nya langsung kembali apalagi mengenai keselamatan pasien pasien nya.

Ia memasuki lobi rumah sakit, dari luar sampai dalam Tari mendengar para suster dan juga Dokter wanita bergosip. Tari hanya menghela nafas dan menggeleng, Ia merasa heran pada para wanita disana.

Tari terkejut ketika seseorang membuka pintu ruangannya tanpa mengetuk terlebih dahulu.

" Risma ! kebiasaan deh kalau masuk nggak ketuk pintu dulu "

Wanita yang di tegur hanya cengar cengir seperti tidak merasa bersalah sama sekali. Ia langsung menyerahkan sebuah map yang berisi laporan yang di minta Tari sebelumnya.

" Eh Dok, tahu nggak kabar terkini hari ini. Pokoknya kabarnya top markotop deh "

Tari menatap Risma dengan tatapan menakutkan, tidak hanya di luar ruangan saja para wanita suka bergosip ternyata Ia harus mendengarnya di ruangannya sendiri.

" Apa kamu tidak punya pekerjaan lain selain mengganggu ku dengan gosip yang tidak penting itu "

Seketika Risma diam namun tidak berlangsung lama, Ia merasa gelisah kalau tidak mengatakan kabar yang Ia dengar pagi ini.

" Tapi ini penting Dok, katanya anak pemilik rumah sakit ini baru pulang dari luar negeri. Ini perdana dia pulang setelah menghilang kurang lebih tujuh atau delapan tahun yang lalu. Dengar dengar kabar dia adalah Pria yang sangat tampan, namun terkesan dingin dan misterius "

" Keluar sekarang juga, aku tidak ingin mendengar hal apapun di luar dari pekerjaan ku "

Risma hanya menghela nafas melihat atasannya yang begitu kaku, terlalu serius dalam pekerjaan nya.

" Ya sudah aku pergi dulu, tapi benar lho dia sangat tampan dan dengar dengar Ia akan di tugaskan disini menjadi direktur utama menggantikan Ayahnya "

Risma segera mengambil langkah seribu ketika melihat tatapan Tari yang begitu menyeramkan baginya.

" Ih serem juga ya kalau sedang marah, selalu saja begitu kalau bahas soal cowok. Hm kapan laku nya kalau seperti itu, yang ada semua laki laki yang mencoba dekat dengannya lari terbirit-birit " Gumam Risma.

Risma adalah salah satu sahabat Tari selain Dokter Ilmi, mereka sahabatan selama tujuh tahun belakangan ini.

❄❄❄

Hai Bunda syantik, makasih yang sudah mampir dan juga sudah meninggalkan jejaknya. Bagi yang belum, ayo masih di tunggu

👉Like

👉Komen

👉Rate 5

👉Fav

👉Vote juga ya say

👉Untuk gift sekilas nya saja

Semoga bermanfaat untuk kita semua, makasih 🙏