Carmen melakukan hal paling nekat dalam hidupnya, yakni melamar Zaky. Tak disangka Zaky menerima lamarannya. Selain karena tak tega membuat Carmen malu, Zaky juga punya tujuan lain yakni mendekati Dewi kakak ipar Carmen.
Pernikahan terpaksa pun dijalankan oleh Zaky namun Carmen merubah sikap manjanya dan membuktikan kalau ia layak dicintai. Bagaimana Carmen berjuang mempertahankan cintanya sementara ada lelaki baik yang menunggu jandanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teman Curhat Terbaik
Carmen
Nongkrong di angkringan sambil menikmati secangkir Kopi Joss dan aneka gorengan ternyata seru juga. Apalagi beberapa pengamen datang dan bernyanyi menambah keramaian malam ini.
"Jadi, berantem karena apa kali ini?" tanya Bahri yang rupanya tak sabar ingin tahu apa masalah rumah tanggaku. Aku sebenarnya tak mau cerita, tapi hanya Bahri satu-satunya sahabat tempat aku bisa berkeluh dan mencurahkan isi hatiku.
"Karena ... Enggak jadi ah. Nanti kamu bocor!" urungku.
"Kapan aku pernah bocor? Aku tuh orangnya memegang rahasia dengan teguh!"
Iya sih. Bahri tak pernah membocorkan segala keluh kesahku selama ini. Meyakinkan. Aku bahkan mendapat beberapa tips tentang berumah tangga darinya. Siapa yang menyuruhku menjadi istru yang baik? Bahri toh?!
"Karena pernikahanku adalah pernikahan yang terpaksa Mas Zaky jalani."
"Baru tahu?"
Aku menatap heran ke arah Bahri. "Maksud kamu apa?"
"Aku tahu sejak awal kamu melamar suami kamu dan kalian menikah dengan memaksakan restu Abi kamu, semuanya sudah salah. Aku mau memberitahu kamu, tapi aku tak mau terkesan mencampuri hidup kamu. Jika itu pilihan kamu, maka aku akan hormati. Sekarang pernikahan karena paksaan yang kamu jalani bermasalah bukan?"
Dengan malu aku mengakuinya, "Iya."
"Lalu kamu akan melakukan apa?" tanya Bahri lagi.
"Entah. Kupikir tak akan menyakitkan seperti ini. Kupikir aku tak bertepuk sebelah tangan. Kupikir cintaku pada akhirnya akan berlabuh di tempat yang tepat. Namun ternyata ...."
Bahri menyeruput kopi miliknya kemudian menaruh gelasnya dan menasehatiku. "Kamu tahu, kadang kapal besar sekalipun akan berlabuh ke beberapa tempat dahulu sebelum mencapai tempat tujuannya. Mungkin hidup kamu akan seperti itu?"
Berlabuh ke beberapa tempat?
"Ada orang ketiga dalam rumah tangga kamu bukan?" tebak Bahri.
"Dibilang orang ketiga, nyatanya orang tersebut tidak ada niat merusak rumah tanggaku. Namun dibilang bukan orang ketiga, memang rumah tanggaku retak karena orang tersebut adalah wanita yang Mas Zaky cintai." jawabku jujur.
Bahri menatapku dengan lekat. Keningnya berkerut. Ia nampak terkejut dan menatap ke arahku seolah mencari jawaban. "Siapa? Aku kenal?"
"Sangat."
"Tunggu, jangan bilang Kak Dewi?! Enggak! Enggak mungkin. Kak Dewi tuh amat mencintai Abang Wira. Meskipun mereka sedang ada masalah dalam rumah tangganya namun mereka masih saling mencintai meski dalam keadaan sama-sama tersakiti." Bahri tak mempercayai analisanya sendiri padahal benar.
"Nyatanya, memang Kak Dewi adalah cinta pertama dan mungkin cinta sejati Mas Zaky. Aku hanyalah umpan untuk memuluskan rencananya mendekati Kak Dewi. Miris sekali bukan nasibku?!" aku mulai meneteskan air mata yang selama ini aku tahan dan kuganti dengan senyum palsu.
"Kamu yakin?!"
"Amat sangat yakin. Aku mendengar sendiri percakapan mereka. Semua. Dengan hati hancur, kupaksa tersenyum dan berpura-pura seakan aku tak mendengar. Niatku ingin mengejutkan mereka eh malah aku yang terkejut. Kak Dewi curiga aku mendengarnya namun tidak dengan Mas Zaky. Ia melihat wajahku yang baik-baik saja dan mengira aku tak mendengar apapun. Aku memakai topeng selama ini dan menyembunyikan kesedihanku dengan fokus bekerja. Karena itu aku sekarang berada di sini. Kabur. Seperti yang kamu bilang."
Bahri menggelengkan kepalanya, "Aku tak percaya. Suami kamu itu sudah terobsesi dengan Kak Dewi. Bodoh. Padahal kamu juga tak kalah hebat dibanding Kak Dewi. Kamu cantik, baik, berhati bak malaikat, ramah, mudah bergaul-"
Aku tertawa mendengar pujian yang Bahri berikan untukku. "Masa sih? Jadi besar kepala nih aku jadinya!" hilang sudah niatku untuk menangis. Untuk apa? Toh yang kutangisi juga tak peduli padaku.
"Nah gitu dong. Senyum. Hadapi dengan senyuman meski ombak tinggi menerjang. Suami kamu saja yang bodoh, tak bisa melihat kelebihan istri sendiri dan tetap mengejar cinta yang udah basi. Jangan nangis. Kalau kamu berada di dekat aku, tak akan aku biarkan kamu nangis! Masa sih bidadari nangis? Lagi syuting sinetron?!" ledek Bahri.
Aku kembali tertawa. "Kamu ya, lucunya kebangetan. Beneran aku jadi lupa sama masalah aku loh! Thanks berat ya!"
"Sama-sama. Udah malam nih! Enggak mau tidur?!"
Aku melihat jam di ponselku. Sudah jam 1 lebih dan aku tak sadar waktu berlalu begitu cepat. "Mau! Aku update status dulu." kuambil foto kopi milikku yang masih tersisa bersama aneka sate lalu mengaploadnya. "Ayo, antar aku balik ke hotel. Jangan naik becak ya!"
"Iya, Bidadari tak bersayapku! Ajudan siap melayani Bidadari kemana saja! Pesen taksi online dulu ya, ajudannya enggak bawa mobil soalnya!"
Aku tersenyum dan mengangguk setuju. Sesuai janji, Bahri mengantarku sampai ke hotel lalu pulang ke rumah dinasnya. Aku masuk ke dalam kamar lalu merebahkan tubuhku di atas kasur.
Aku menatap layar ponsel yang terdapat beberapa panggilan tak terjawab, salah satunya adalah dari Mas Zaky. Tak ada niatku menelepon balik. Untuk apa? Toh Mas Zaky juga tak peduli padaku?!
Aku hanya membalas pesannya dengan singkat lalu tertidur pulas. Karena sedang datang bulan, sengaja aku bangun agak siang. Setelah sarapan pagi di hotel, aku pun pergi ke cafe.
Beberapa kali ponselku berdering. Melihat nama Mas Zaky sebagai penelepon, aku makin malas mengangkatnya. Aku jadi ingat dulu saat awal kami menikah. Mas Zaky tugas ke luar kota dan tak membalas pesanku sama sekali. Apa yang ia lakukan kini aku juga lakukan. Rupanya lari dari masalah enak juga!
"Bu Carmen, ada telepon dari Ibu Tari." pesan salah satu karyawan cafe.
"Iya. Terima kasih." aku angkat telepon di cafe dan langsung mendapat omelan panjang lebar dari Mommy.
"Kamu kenapa sih susah sekali ditelepon?! Hp kamu aktif tapi kenapa enggak ada satu pun panggilan Mommy dan Abi yang kamu jawab?! Kami berdua mengkhawatirkan kamu, Baby!" jarang sekali Mommy marah seperti ini.
"Maaf, My. Aku sibuk. Aku sudah sampai. Maaf ya kalau aku lupa mengabari Mommy dan Abi."
"Lain kali jangan lupa mengabari! Suami kamu bagaimana? Sudah dikabari belum?"
"Sudah, My. Oh iya My, aku mau laporan tentang pembukaan cafe nih. Persiapan untuk pembukaan sudah 99% rampung. Besok kita bisa pembukaan dan gunting pita. Rencananya aku mau undang live music untuk meramaikan acara sekaligus ajang promosi agar menarik perhatian pengunjung. Budget promosi masih masuk kok, My. Aku juga mau buat promosi untuk yang membayar lebih dari nominal tertentu akan aku kasih free cemilan untuk dibawa pulang, gimana menurut Mommy?"
"Wah, anak Mommy memang jiwa bisnisnya tinggi ya! Persis sekali dengan Abi dan Abang kamu! Mommy tak menyangka kamu sepintar ini! Benar loh kata Abi, kamu tuh diam-diam cerdas! Good job, Mommy bangga sama kamu. Lakukan yang menurut kamu baik. Mommy akan dukung!" suara Mommy terdengar penuh rasa bangga. Aku tersenyum senang mendengarnya.
"Tentu dong, My! Aku tuh sebenarnya pintar, hanya aku menunggu saja waktu yang tepat untuk membuktikan kepintaranku. Anak Abi Agas mana ada sih yang bodoh?! Mommy tenang saja ya! Aku yang handle semua. Doakan saja semua berjalan lancar ya, My!"
"Tentu, Sayang! Doa Mommy menyertaimu. Selamat bekerja ya, Nak. Jangan lupa makan dan jaga kondisi tubuh. Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam, My!"
****
duda kesepian gagal move on smoga bisa rujuk yaa😃😃
terima kasih ya kak, Saya suka ❤️❤️❤️❤️
udah duluan baca kisahnya Djiwa 😍😍😍😍
50 ribuan satu orang 😂🤣