NovelToon NovelToon
Anak Bos Yang Kabur

Anak Bos Yang Kabur

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / CEO / Anak Genius / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: lady vermouth

Seorang bocah ikut masuk dalam mobil online yang di pesan Luna tanpa ia sadari karena mengantuk. Setelah tahu bahwa ada bocah di sampingnya, Luna ingin segera memulangkan bocah itu, tapi karena kalimat bocah itu begitu memilukan, Luna memilih merawat bocah itu beberapa hari.

Namun ternyata pilihannya merawat bocah ini sementara, membawa dampak yang hebat. Termasuk membuatnya berurusan dengan polisi bahkan CEO tempatnya bekerja.

Bagaimana kisah Luna membersihkan namanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lady vermouth, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 19

Hah? Yuda? Bukankah pria ini adalah pengacara Ian? Ada apa dengan mereka berdua?

 

"Kenapa baru datang sekarang?" tanya Naura kesal sambil melipat tangannya.

 

"Maaf."

 

"Kamu enggak tahu, aku cemas setengah mati karena tiba-tiba saja Ian menunda pernikahan? Kamu pasti enggak peduli bagaimana paniknya aku. Yang kamu pedulikan hanya uang dan uang,” tuding Naura.

 

"Bukan begitu. Ia meneleponku barusan kata Yuda mengagetkan.

 

"Hah? Menelepon? Apa yang kalian bicarakan?" tanya Naura was-was.

 

"Lebih baik, kita masuk dulu ke dalam apartemen mu. Udara makin dingin. Kamu pasti kedinginan," kata Yuda sambil memegang kedua lengan perempuan ini. "Lihatlah bibir kamu ini. Bisa saja jadi berubah warna nanti."

 

Naura manyun.

 

"Siapa yang membuat ku seperti ini? Aku sudah sejak tadi menunggumu," keluh dengan masih dengan kesal.

 

"Iya aku tahu." Yuda menowel ujung hidung Naura dengan gemas. "Ayo, aku hangatkan bibirmu atau tubuhmu," bisik Yuda sambil terkekeh. Naura memukul lengan Yuda dengan sepenuh hati.

 

“Sialan!” umpat Naura. Namun dia kemudian patuh saat Yuda membimbing tubuhnya untuk masuk ke dalam apartemen.

 

"Ada apa dengan kalian? Ian langsung meneleponku bertanya soal surat wasiat itu," kata Yuda seperti bapak pada anaknya.

 

"Aku tidak tahu. Padahal kita sedang makan malam waktu itu. Namun tiba-tiba Ian ingin membatalkan pernikahan kita," kata Naura sambil meremas bantal di pangkuannya dengan geregetan.

 

"Sebelum itu, apa yang terjadi?" tanya Yuda ingin tahu.

 

"Elio. Anak Ian menghilang. Bukannya kamu juga tahu?" Naura mengerutkan keningnya. Merasa aneh karena Yuda adalah pengacara keluarga Ian.

 

"Tidak. Aku tidak tahu.” Yuda juga heran kenapa pria itu tidak memberitahunya. “Jadi kenapa kamu tidak menelepon ku?"

 

"Oh, itu karena aku juga sedang berada di luar negeri untuk acara fashion week."

 

"Jadi ternyata kamu juga tidak tahu ...," cibir Yuda.

 

"Jangan mencibir ku Yuda," sergah Naura. “Aku tahu sesudah pulang dari luar negeri.”

 

"Atau jangan-jangan kamu sedang bersama pria mu itu?" tebak Yuda dengan wajah seolah sudah tahu dengan siapa perempuan ini di luar negeri.

 

"Diam. Kamu sudah berjanji tidak akan membicarakan soal dia,” hardik Naura.

 

"Oho! Ternyata aku benar. Hahahaha ..." Yuda tertawa terbahak-bahak. Dia sedang melakukan kemenangan karena perkiraannya benar. Naura sedang bersama kekasihnya yang lain di sana.

 

"Kamu pikir aku tidak akan bertemu dengannya?" tanya Naura seakan menantang Yuda.

 

"Terserah. Namun ingat, kamu harus berhasil menjadi istri Ian. Ini kesempatan bagus. Saat dia masih terpuruk karena istrinya. Jadi apapun yang berkaitan dengan Mina_pasti di lakukan olehnya,” pesan Yuda.

 

"Bukankah terlalu sadis kalau kita menggunakan orang mati sebagai tameng?" tanya Naura yang terlihat ragu kemudian.

 

"Tidak. Cara paling tepat membuat Ian setuju dengan pernikahanmu adalah menggunakan nama istrinya. Karena Ian begitu mencintai perempuan itu," kata Yuda berambisi.

 

"Kamu tahu benar soal itu." Naura menunjuk Yuda seraya memicingkan matanya.

 

"Tentu saja. Aku tahu benar mereka berdua." Nada suara Yuda terdengar sendu saat bicara ini.

 

...***...

 

Pagi tadi Luna tidak melihat sosok Pak Ian sekalipun sejak tadi. Padahal ia ingin bertanya soal Elio.

 

Siang ini. Di kantin perusahaan.

 

"Aku dengar dari Danar anak Pak Ian kabur lagi ya?" tanya Karin yang duduk di depannya.

 

"He-eh," jawab Luna sambil mengangguk sambil menyuap nasi. Mengunyah pelan, lalu bicara, “Danar ember juga ya?"

 

"Bukan. Biasa ... lewat jalur menguping." Karin menepis itu.

 

"Wahh, kamu punya bakat hebat ya ...," puji Luna sekaligus menyindir. Karin angkat bahu.

 

"Aku enggak sengaja dengar. Pas di lorong itu."

 

"Oh, bukan dari manajer tempat mu?"

 

"Bukan." Karin menggelengkan kepala. "Jadi anak itu kembali datang ke rumah kamu gitu?"

 

"Ya."

 

"Nekat banget. Apa enggak nyasar? Dia kan bocah. Hanya sekali pula pernah ke rumah kamu."

 

"Buktinya enggak. Buktinya dia sampai di rumah ku dengan keadaan selamat,” tukas Luna.

 

"Wahhh ... Hebat banget itu anak."

 

"Aku enggak tahu darimana Pak Ian tahu kalau itu anak ke rumahku. Tiba-tiba saja dia nongol di depan rumah,” cerita Luna  dengan mata melebar sekejap.

 

"Pak Ian ke rumah mu lagi?”

 

"Ya. Bahkan dia datang dengan kekasihnya saat akan menjemput anaknya."

 

"Kekasihnya? Model Naura itu?"

 

Luna menjentikkan jarinya. "Yap. Kamu benar."

 

"Gimana tanggapan Naura lihat anak kekasihnya kaburnya ke rumah kamu? Eh, dia enggak tahu kan kalau kamu itu karyawannya pak Ian?"

 

"Tahu. Kita pernah bertemu saat aku ke ruangannya Pak Ian. Bahkan dia sempat menebak sendiri siapa aku. Ternyata dia masih ingat kita pernah bertemu sekilas pas waktu itu."

 

Karin menjeda bicaranya. Karena ia akhirnya memilih menyuapkan makanan lebih dulu ke dalam mulutnya.

 

"Kenapa lagi anak itu kabur ke rumah kamu, Lun?" tanya Karin yang sebenarnya sejak awal penasaran. Karena ia belum dapat alasan pasti mengapa bocah lima tahun itu memilih kabur dari rumahnya. “Aku sangat penasaran.”

 

Luna menyeruput es teh miliknya.

 

"Tentu saja soal kekasih papa-nya."

 

"Tentang Naura?" tanya Karin yang balik fokus lagi lihat sahabatnya ini.

 

"Emang kekasih Pak Ian siapa lagi, Rin?"

 

"Bukan gitu. Lanjut. Kenapa dengan Naura?"

 

"Bukannya kamu bilang mereka mau nikah?" Luna bertanya untuk meyakinkan. Karin mengangguk cepat guna Luna melanjutkan ceritanya dengan segera. "Sepertinya Elio enggak setuju kalau Pak Ian mau menikah dengan perempuan itu," ungkap Luna akhirnya.

 

"Wajar aja sih enggak setuju. Mana ada anak mau bapaknya menikah lagi," kata Karin. Kali ini dia menghabiskan makanannya.

 

"Namun kan kamu bilang itu sudah masuk dalam surat wasiat dari mendiang istri Pak Ian? Bukannya yang seperti itu harus di jalankan? Jadi menurut aku sih itu agak mustahil ya ...." Berdasarkan cerita Karin tempo hari, Luna bisa mengambil kesimpulan seperti itu.

 

"Biasanya memang begitu."

 

"Elio bahkan menolak bicara kalau ada model itu saat Pak Ian ingin bermediasi mencari cara untuk membujuknya pulang.”

 

"Kamu kok tahu? Memangnya kamunya enggak di usir saat juga saat Pak Ian mau bicara berdua dengan anaknya?" tanya Karin heran. "Kan anak Pak Ian enggak pengen bicara dengan orang-orang, kecuali papa-nya. Bahkan sama kekasih papa-nya aja dia ogah. Terus kamu? Kamu kan hanya karyawannya Pak Ian.”

 

Jiwa detektif Karin muncul. Sejak tadi Luna membicarakan Pak Ian dengan sudut pandang pertama. Itu artinya Luna berada dalam satu waktu dan tempat dengan putra Pak Ian.

 

"Iya aku tentu di situ lah. Aku kan lagi duduk sama Elio.”

 

“Lah ... kenapa kamu masih di situ, tapi Naura di usir?” Karin heran.

 

“Kan anaknya Pak Ian bencinya ke Naura aja. Ke aku ya enggak. Bahkan bocah itu maunya bicara sama Pak Ian kalau di barengin aku. Aneh kan?”

 

Karin terheran-heran. “Kamu apain si bocah Lun? Di pelet sama kamu ya biar dapat nilai plus di mata Pak Ian.”

 

“Sialan. Kenapa juga melet bocah? Kalau emang niat begitu, kenapa enggak melet Pak ian-nya aja biar bisa jadi ibu sambungnya Elio. Kan bisa jadi nyonya kaya. Hehehe ...” Luna terkekeh setelah bicara. Lalu di susul Karin kemudian.

...______...

1
Lies Atikah
semoga kembar thor biar rame hehe
Lies Atikah
Gak Jelas banget Si Lan ini udah luna jangan maksa orng yang plinplan tinggalin dulu beri pelajaran enak aja memperlakukan orang kaya sampah keterlaluan kamu Lan
Lies Atikah
oh jadi Lan itu bertepuk tangan sebelah alama cian banget
Lies Atikah
sat set lan gas keun kalau suka bilang langsung tonk plitat plitut
Lies Atikah
selidiki lan hari gini percaya surat wasiat kecuali langsung dari mulut istri mu sebelum meninggal nah baru tuh yakin
Lies Atikah
lan mah pelit masa gak bawa apa 2 bawa batu ke mana bawa anak lagi
Lies Atikah
semoga segera ketahuan belang nya si manora
Lies Atikah
pintar dikit napa sih Lan kamu kan ceo masa bisa di kadalin bodoh di pelihara
Lies Atikah
mampir thor
Ririn Nursisminingsih
Ian juga bodoh percaya aja sama suray wasiat.. selidiki dulu dong
Nabila Al Adibah
Luar biasa
Mrs.Riozelino Fernandez
bahasa kalbu mereka perlu di acungi jempol...TOP 😂😂😂😂
Mrs.Riozelino Fernandez
😂😂😂😂😂😂😂
Mrs.Riozelino Fernandez
😆😆😆😆😆
Mrs.Riozelino Fernandez
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Siti Nurjanah
oh ternyata karin yg dengar kirain danar
Siti Nurjanah
betul itu lan..... dan mulailah untuk menyelidiki
Siti Nurjanah
apa dulu yuda dan lan mencintai orang yg sama trs dia memilih lan. dan sekarang yuda punya dendam dgn lan
Siti Nurjanah
jd geram q ama lanbkatanta CEO yg di takuti kenapa bodoh bgt tidak menyelidiki keakuratan surat wasiat itu. semoga asprinya tau kalau pengacara dan naura punya kesepakatan. dan tau kalau srlain lan naura punya kakasih lain
Siti Nurjanah
jangan " yuda pengacara lan adalah mantan luna
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!