Pangeran Duyung

Setelah mengantar Jesslyn ke kos-kosannya, Rumi bergegas ke kosan Melinda yang kebetulan tak begitu jauh dari kosan miliknya. Ia tahu bahwa Andri diam-diam sering mampir ke kosan gadis itu, maka dari itu Rumi berniat menggrebek tempat itu sekalian memberi pelajaran kepada Andri si cowok mesumers.

Melinda sendiri memang tinggal di kawasan bebas, sehingga ia bisa dengan mudahnya membawa laki-laki dua puluh empat jam non stop tanpa takut digrebek oleh masa. Blok tempat tinggal Melinda sendiri pun kebanyakan dihunii oleh manusia manusia kurang setengah ons. Dari wanita penghibur, kawanan pencopet, bahkan para waria pun ada di sana.

Kini Rumi sudah memasuki area kosan Melinda, llangkah kaki gadis itu dipercepat saat melihat sepatu mewah Andri sudah mentereng di depan pintu kamar gadis itu.

Benar 'kan, dugaannya? Meskipun Andri setiap hari mengejar Jesslyn, pria itu tetap belum bisa melepaskan Melinda begitu saja. Inilah yang menjadi alasan kuat Rumi selalu melarang Jesslyn balikan dengan pria itu.

"Sudah kutebak! Si Mesumers ini pasti masih sering ke sini!" Rumi Buru-buru menggedor pintu kamar Melinda.

"Melinda!"

"Melinda!"

"Melinda sialan, keluar kamu! Nggak usah pura-pura budeg pas denger suara aku! Aku tau Andri ada di dalam." Rumi berteriak keras sekali. Terdengar suara krusuk-krusuk dari dalam sana. Di mana Andri seperti tengah menanyakan keberadaan semvaknya yang mendadak hilang. Pria itu terlihat sangat panik begitu mendengar suara Rumi menggema dari arah luar.

"Apaan, si? Ganggu aja kamu, Rum! Aku baru bangun." Melinda membuka pintu kamar sambil mengusap-usap matanya. Terlihat sekali bahwa gadis itu hanya pura-pura tidur karena riasan di wajahnya yang medok tidak bisa dibohongi. Melinda baru saja berdandan.

"Mana cowok sialan itu!"

"Cowok apaan? Di sini gak ada siapa-siapa!"

"Halah, gak usa ngeles kamu!" Rumi yang kesal langsung mendorong Melinda hingga tersungkur di lantai.

"Awww, sakit Rumi!"

Tanpa basa-basi apalagi permisi, gadis itu langsung masuk. Ia mendapati Andri sedang bersembunyi di belakang pintu dan hanya memakai kolor bergambar pikacu.

Sementara dadanya yang putih kerempeng dibiarkan terpampang hingga Rumi dapat melihat puluhan bekas gigitan lintah darat di area tersebut.

"Ngapain kamu di sini?" hardik gadis itu sambil melotot.

"A-ku lagi numpang ngecas hape!" jawab pria itu terbata-bata.

"Ngecas hape apa ngecas yang lain?" Rumi pun mengedarkan pandangannya ke sekeliling, tepat di atas televisi, ada semvak Andri yang menggantung di sana.

"Itu apaan?"

Melinda yang melihat segera bangun dan mengambil benda itu. "Ini punyak bapakku," jawab gadis itu.

Terdengar seperti lelucon, Rumi pun tertawa miris setelahnya. "Dengerin aku baik-baik ya, Ndri! Aku nggak peduli kamu masih berhubungan sama Melinda apa engga, yang penting aku harap kamu jangan sekali-kalinya gangguin Jesslyn lagi."

"Siapa yang berhubungan sama Melinda? Dibilang aku cuma numpang ngecas di sin—"

Bugh!

Ucapan pria itu terhenti saat dua telor bebek miliknya ditendang oleh Rumi hingga berubah menjadi telor mata sapi.

"Argh, sakit! Berani-beraninya kamu lancang sama aku? Kamu gak tau siapa aku?"

"Kamu cowok mesumers gak tau diri yang hobinya ngeles mulu! Sudah jelas-jelas ketangkep basah lagi mesum, pake acara ngeles!"

"Ya emang aku lagi ngecas hap—" Andri berhenti bicara saat Rumu hendak menamparnya. Sudah cukup ia ditampar tiga kali oleh Jesslyn hari ini. Ia tidak mau merasakan hal itu lagi.