SPIN OFF PENGANTINKU, LUAR BIASA!
Tiger Sebastian, Ketua Mafia yang kejam, ambisius, pekerja keras dan pantang menyerah. Ia selalu bisa mendapatkan apa pun keinginannya dengan cara apa pun. Satu prinsipnya, nyawa harus dibayar dengan nyawa.
Status Cassanovanya harus berakhir karena dipaksa keluarganya menikahi Jihan, wanita yang hamil karena pernah dilecehkannya.
Tiger marah, kecewa namun tak bisa mengelak. Dia sama sekali tidak percaya bahwa itu adalah darah dagingnya. Jihan sudah kehilangan mahkotanya saat Tiger melakukannya.
Sesal membuncah ketika Tiger mengetahui kebenarannya. Namun terlambat, Jihan sudah pergi meninggalkannya. Yang mana, sudah mulai tumbuh benih-benih cinta di hatinya. Dia terus berusaha keras untuk menemukan istrinya.
Di tengah pencarian, Tiger juga mendapat serangan-serangan dari para musuhnya. Hingga tragedi besar terjadi.
Mungkinkah Tiger dan Jihan bisa bersatu kembali menjadi satu keluarga yang utuh? Yuk intip kisah mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sensen_se., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19. SUSAH PAYAHNYA DI MANA?
"Iiisshh kesel! Kesel!" gerutu Jihan beranjak bangun dan segera ke dapur.
Kebingungan pun kini melandanya. Saat membuka kulkas, sama sekali tidak ada bahan makanan yang tersisa. Bersih, hanya beberapa buah dan air minum kaleng saja yang berjajar di lemari pendingin dua pintu itu.
Jihan mendesah kasar, ia kembali menutup pintu kulkas sembari berkacak pinggang. Kakinya bertolak menuju meja dapur, berharap menemukan sesuatu yang bisa ia masak. Cukup frustasi karena hanya ada bumbu dapur saja yang berjajar dengan rapi.
"Roti?" gumamnya berbalik menuju meja makan. Dan mungkin memang hari apesnya, ternyata stoknya tinggal dua lembar. Itupun expirednya hari ini. "Gua bisa gila nih!" gumam Jihan mengacak-acak rambutnya.
Ia pun kembali ke meja dapur, berjinjit dan membuka satu per satu lemari yang ada tertempel di dinding atas. Dalam pintu ketiga, ia menemukan beberapa cup mie instan.
Jihan mengambil dua cup, lalu meletakkannya di meja. Perlahan membukanya, menyeduh dengan air panas dan menutupnya sejenak. Setelah beberapa menit, ia membuang air lalu menuangkan bumbu-bumbunya.
"Beres!"
Saat berbalik, wajahnya terbentur dada bidang suaminya yang sudah rapi dengan aroma maskulin menyeruak di indera penciumannya. Raut dingin dan datar yang masih sama seperti biasa, menghiasi penampilan Tiger.
"Eh, kok cepet! Belum ada tiga puluh menit!" gumam Jihan mengintip jam klasik yang berdiri gagah di sudut ruangan.
"Aku ada urusan mendadak! Kamu makan sendiri saja. Tapi, aku hitung sebagai hutang!"
"Loh, nggak bisa gitu dong. Kan kamu sendiri yang nggak mau makan? Aku sudah bersusah payah membuatkannya!" sanggah Jihan membela diri.
Tiger mengintip di belakang punggung Jihan, satu alisnya terangkat lalu kembali menatap wanita itu. "Cuma mie cup, tuang air panas tiga menit, beres! Susah payahnya di mana?" seru pria itu menyeringai dingin dengan melipat kedua lengannya.
Seperti terkena skak mat. Jihan mati kutu tidak bisa mengelak lagi. Ia menarik kedua sudut bibirnya lebar-lebar. "Eh tunggu! Bukan salahku ya. Di kulkas nggak ada apa-apa, tuh roti udah expired. Mau makan roti expired? Adanya ini doang," ucap Jihan.
Tiger meraih dompet di sakunya, ia mengambil salah satu kartu kredit dan menyerahkannya pada Jihan. "Belanjalah! Tapi hukuman tetap berlaku!" bisiknya meletakkan kartu itu pada genggaman tangan Jihan.
Setelah itu dia melenggang pergi dengan terburu-buru sambil mengancingkan jasnya. Jihan masih terpaku hingga punggung kekar dan lebar itu menghilang di balik pintu.
"Aiihh! Curang!" gerutunya. "Eh!" Jihan mengangkat tangannya, lalu kembali tersenyum begitu lebar sambil membolak balikkan kartu kredit yang baru saja ia dapat.
"Asyik akhirnya setelah sekian lama bisa pegang kartu ini lagi!" gumamnya memejamkan mata sembari memeluk kartu itu kegirangan.
Ia lalu berjalan keluar mencari keberadaan Rico. Jihan lupa dengan jenis pakaian yang ia kenakan. Dengan senyum merekah, Jihan membuka pintun lebar-lebar.
Semua mata pengawal segera menatap ke arahnya. Dan seketika membulat dengan sempurna. Rico yang kebetulan berjaga segera membuka jasnya lalu menyampirkan ke tubuh Jihan.
Jihan terpaku, ia melirik ke arah jas yang kini melekat di punggungnya. Lalu kembali tersenyum. "Rico, nanti anterin aku belanja ya?"
Salah satu alis Rico terangkat. "Emang punya duit?" ejeknya. "Beli eskrim aja kemarin nggak mampu," lanjutnya lagi membuat rekan-rekannya melongo. Pasalnya ia terdengar lancang dengan istri sang bos.
"Punya dong! Nih!" Jihan menunjukkan kartu kredit tadi dengan ekspresi sombong. Tidak ada kemarahan yang tampak dari wajahnya. Karena itu memang kenyataan, uangnya hanya akan digunakan untuk keperluan anaknya.
"Sekarang?" tanya Rico.
"Ya. Eh Rico ikut masuk sebentar!" ajak Jihan.
Semua orang melebarkan mata mengarah pada Rico. Pikiran mereka semua sudah menghambur ke mana-mana. Sang pemilik nama dengan santai melenggang masuk bersama Jihan.
"Buset! Mau ngapain mereka? Kalau bos tau bisa ditembak di tempat! Berani banget tuh anak!" gumam salah satu pengawal pada temannya yang hanya mengedikkan bahu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sementara itu, Tiger menggeram marah ketika pagi tadi mendapat telepon dari anak buahnya. Bahwa, terjadi ledakan di gudang penyimpanan senjata yang akan ia pasarkan. Kepalanya berdenyut nyeri membayangkannya. Ia melaju dengan mobil supercarnya dengan kecepatan tinggi menuju ke lokasi.
"Shittt! Bagaimana bisa ini terjadi, hah?" teriak Tiger turun dari mobil melepas kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya.
"Maaf, Tuan. Kami gagal menemukan orangnya. Gerakan mereka terlalu cepat," aku anak buahnya sedikit gemetar ketakutan.
"Brengsek!" pekik Tiger memukul anak buahnya tersebut setelah melihat kondisi gudangnya hancur tak bersisa. Apalagi memang di dalamnya terdapat banyak senjata dan bahan peledak.
Tiger yakin ini ulah dari orang yang sama. Tangannya mengepal dengan kuat. Amarahnya membuncah diikuti rahang yang mengeras.
Bersambung~
terima kasih banyak supportnya, Bestie 😘 Lope you sekebon cabe milik tetangga 🌶🌶💕💖