Hasna Aulia Zahrani seorang remaja yang cantik, pintar, ceria dan manja. Ia adalah putri tunggal dari seorang pengusaha sukses dan keluarga harmonis, pada awalnya. Hingga tanpa kesengajaan, orang ketiga masuk kedalam rumah tangga orang tuanya dan mengakibatkan perceraian.
karena merasa di khiantai orang tuanya, maka setelah perceraian orang tuanya, kehidupan Hasna berubah menjadi seorang pemberontak, nakal, pembangkang dan lebih banyak menghabiskan waktu di luar dalam arena balap liar, clubbing serta perkumpulan remaja bebas lainnya. Walaupun hati kecilnya menolak itu semua.
Masa SMA, ia memilih hidup bersama pengasuhnya sedari kecil. Hingga suatu ketika, ia memutuskan untuk tinggal bersama kakek dan neneknya di kota kelahiran sang Ibu.
Karena merasa khawatir dengan kelakuan Hasna, maka kakek serta neneknya memutuskan untuk menikahkan Hasna dengan Afnan Al-jaris, seorang Businessman yang bergelar Ustaz dan putra bungsu dari sahabat kakeknya yang merupakan seorang Kyai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose noor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. BURNOUT
Malam hari pun tiba ...
Sabtu malam tepatnya. Kini Hasna merasa dejavu dalam bising suara motor. Suara mesin yang meraung-raung dan sorak sorai para berandal malam.
Hasna merasa kembali pada empat bulan yang lalu. Namun, bedanya tanpa ada dua sahabatnya yaitu Lintang dan Devano. Memang malam itu, Hasna sengaja tidak mengajak dan tak memberitahukan tentang balapan itu kepada kedua sahabatnya, maka dari itu Lintang dan Devano tidak ikut serta.
Sejak kejadian malam itu pula, Hasna tidak tahu lagi akan kabar sahabat-sahabatnya. Karena bukan hanya motor yang di sita oleh Papanya, namun ponsel pun ikut di sita. Ponsel Hasna diganti dengan ponsel yang baru beserta nomor baru, hanya ada tujuh kontak di dalamnya, Papa, Mama, Mama tiri, Kiki, Ninen, Mbak Nurin, serta Ibu Panti.
Hasna terkejut dari lamunannya saat ketua track Liar itu berbicara. "Huff," hempasan napas Hasna sedikit berat.
"Peraturannya, sudah pada tau kan?" teriak seorang pria yang tak lain adalah ketua track liar itu. Ia bicara menggunakan Megaphone yang mereka bawa.
"Sudah!" ucap mereka serempak, terdengar berteriak.
"Apaaa?" ketua balapan liar kembali berteriak, semakin memanaskan suasana. Kini mereka berada di area persawahan dengan jalan aspal ber-hotmix dan itu jauh sekali dari pemukiman penduduk.
"Sudaaah!" teriak peserta balap kembali.
"Siap sedia, Goooo ...."
Saat sebuah kain syal melambai yang mereka ibaratkan bendera, maka Hasna pun mulai memasukan tuas gigi dan menarik kopling, seimbang berselaras bersama gas yang ia tancap hampir tak berbatas.
Ia melawan seorang pria bermotor warna hitam. Jika Hasna mencapai garis finish terlebih dulu, maka motor itu akan menjadi miliknya, namun sebaliknya jika Hasna kalah, maka ia harus merelakan motor Adrian menjadi milik sang pemenang.
Hasna termasuk bermodal nekad, tanpa modif turbo atau perakitan kondisi motor pada motor Adrian, ia melawan motor lawannya yang ia sendiri tidak tahu bagaimana kecepatannya. Hasna betul-betul hanya mengandalkan kemampuan dan jam terbang pengalaman balapan.
Resiko kekalahan telah Hasna ambil dengan pemikiran matang. Hasna sudah memiliki rencana cadangan, jika ia kalah dalam balapan ini. Maka mobil kesayangan yang telah ia miliki dari sejak SMP, yang akan Hasna serahkan sebagai pengganti motor.
Kini Hasna dan beberapa pembalap liar lainnya, sudah mulai menyalip saling mendahului, berusaha mencari titik kemenangan.
Decitan suara rem dan raungan saura motor besar itu saling bersahutan, berusaha untuk menyingkirkan satu dengan yang lain, dalam kecepatan.
Dua puluh lima menit kemudian ...
"Yeeaayy Nana ... Nana!!" teriak Adrian saat ia lihat motor miliknya yang di kendarai Hasna melajung Paling depan dan mencapai garis finish paling dahulu, lalu ia menghampiri Hasna yang telah Sampai di garis finish dan telah SAH sebagai pemenang.
"Keren Na! Keren banget." Adrian masih beteriak kegirangan.
"Yan, gue menang!!" teriak Hasna serta melonjak kegirangan. Hasna sendiri tak menyangka, bahwa ia bisa menang. Lalu ia melakukan Burnout, tak lama asap tebal pun mengepul mengelilingi mereka dan atraksi Burnout itu membuat kagum yang melihat.
"Waw, cewek! hei, itu cewek kan, yang bawa motornya?" teriak seseorang yang melihat Hasna baru saja membuka helm.
"Oh ia cewek Men. Cewek cantik Cuy!" sahut yang lainnya.
"Selamat ya, motor ini jadi milik lo!" ucap pria yang baru saja Hasna kalah kan. Dia Bernama Roy.
"Thanks Bro," ucap Hasna.
"Gak nyangka, gue di kalahkan sama cewek." ucap Roy mesem sedikit Salah tingkah dan malu.
"Hehe, kebetulan saja gue lagi beruntung!" jawab Hasna santai.
"O ya, gue Roy! Anak Kampus A, semester 4, jurusan tekhnik." Roy memperkenalkan diri, Karena ia merasa kagum pada Hasna yang ternyata seorang cewek yang sangat cantik.
Awalnya Roy sudah menyimpan rencana licik, jika yang menang itu lelaki maka Roy akan berbuat curang. Namun, niat nya urung ketika ia melihat Hasna adalah seorang perempuan yang sangat cantik menurut nya. Akhirnya dengan rasa berat, ia merelakan motornya. Untuk dimiliki Hasna.
***
Pukul tiga pagi. Hasna memasuki pekarangan rumah Kakeknya yang terlihat sejuk dan asri. Hasna memarkirkan motor yang baru ia dapat secara diam-diam di samping mobilnya yang tertutup parasut Khusus mobil dan sedikit menutupinya nya dari parasut lebih yang menjuntai.
Jika Ninen dan Kikinya besok melihat motor itu dan bertanya dari mana? maka itu hal untuk esok, Hasna hanya harus mencari alasan.
"Na, saya langsung pulang ya," pamit Adrian.
"Oke Yan, thanks ya," suara Hasna pelan.
Setelah Adrian pulang, maka Hasna masuk kedalam rumah dengan mengendap,melewati ruang keluarga yang menuju anak tangga untuk naik ke lantai atas yang mengarah ke kamarnya. Hasna merasa lega ruangan di rumah tersebut masih nampak gelap.
Cklek...
Tiba-tiba saja ruang tamu itu terang, karena seseorang menyalakan lampu dan langkah Hasna pun terhenti.
"Nana, dari mana Sayang?" tanya Ninen. Terlihat Ninennya berdiri di dekat stop kontak lampu.
"Mm ... ini ... anu! Eh, dari cari angin Ninen, heeee,"Jawab Hasna gugup sembari menyeringai.
"Koq cari angin, hampir pagi begini? bukannya di luar itu dingin ya, Sayang?" tanya Ninennya lembut.
"Hehe ia Nin. Mmm ... Nana ke kamar dulu, ya Ninen Sayang!" pamit Hasna pada Neneknya, ia ingin cepat-cepat menghindari sang Ninen, sebelum banyak bertanya.
"Ya sayang!" jawab Ninennya singkat.
***
Keesokan harinya..
"Ama ... Apa Afdal dan Nirmala sudah setuju dengan rencana kita?" tanya Neneknya Hasna pada suaminya.
"Mereka sih ikut saja katanya, demi kebaikan Nana." Jawab Kakeknya Hasna.
Ya, sebetul nya kakek dan Neneknya Hasna sudah mengetahui kelakuan Hasna. Mereka selalu memantau Hasna dengan membayar orang untuk mengikuti Hasna pergi ke mana pun, tanpa Hasna ketahui.
***
Suatu hari, pada dua bulan yang lalu,
"Bu, maaf! ada yang ingin saya sampaikan," ucap Bik Rumi, saat sore hari setelah mamantapkan hatinya, untuk bercerita mengenai Hasna.
"Iya Bik Rumi, silakan. Apa yang ingi Bibik sampaikan?" tanya Nenek Hasna.
"Eemm ... i-itu Bu, anu ... hemmm," ucap Bik Rumi takut-takut. Nampaknya Rumi, masih ragu untuk bicara.
Sedangkan Nenek dan Kakek Hasna hanya diam dengan sabar, menanti apa yang akan di sampaikan Baik Rumi. Mereka menyadari Rumi gugup dan entah mengapa bisa seperti itu.
***
Bersambung.
dan terima kasih