AKU SARANIN BACA DULU Si DUKU MATENG YA BIAR TAHU ASAL USULNYA CERITA INI
HAPPY READING
Penghulu menikahkan itu memang sudah tugasnya, lalu bagaimana kalau Penghulunya yang dinikahkan
Alkan Arthama Syarief, si Penghulu tampan berlesung pipi, yang bisa membuat para calon pengantin wanita berpaling dari calon suami mereka.
Dipertemukan dengan Grecia, si gadis apa adanya, yang sangat jauh dari tipe Alkan. Bahkan Cia rela menjadi stalker dari seorang Alkan, si Penghulu tampan, kapan pun dan dimana pun.
Hidup, sikap, penampilan, bahkan gaya berbicara pun mereka bagaikan langit dan kerak bumi. Alkan yang begitu sederhana dan lembut, Grecia yang begitu glamor dan bar bar serta emosian, didukung dengan segala kemewahannya.
Akankan mereka bisa saling melengkapi, disaat banyak yang menentang, karena perbedaan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sedang Sedang Saja Versi Cici
"Bukan Pak Jafar, tapi orang lain." ucap tenang Alkan, mampu membuat Marwah hampir tersedak.
Wanita berkerudung hitam itu, menatap penuh penasaran pada Alkan. Bahkan, dengan cepat Marwah menggeser kursi yang tengah dia duduki, agar lebih dekat dengan sang putra.
"Siapa? bilang sama Bunda!" cecar Marwah.
Sementara Alkan sudah menghirup napas dalam, kala melihat kedua mata berbinar yang tengah menatap penuh penasaran padanya.
"D-dia, dia seorang gadis, Bun," ujar Alkan pelan, bahkan terdengar seperti cicitan.
Marwah bahkan harus mengorek telinganya sendiri, agar dia tidak salah dengar.
"Bunda, gak salah dengar kan?" tanyanya lagi.
Bahkan Alkan bingung harus berbuat apa sekarang, kalau dia mengangguk, sudah pasti sang Bunda akan semakin mencecarnya. Tapi kalau menggeleng, sudah pasti dosa karena berbohong.
Kedua mata Marwah semakin membola, bahkan semakin berbinar kala melihat, Alkan menganggukan kepalanya pelan.
"Siapa? ayo kenalin sama Bunda? atau Bunda sudah kenal sama dia, pasti Dokter Eli ya, ah pasti dia kan." celoteh Marwah, dan pastinya ucapan sang Bunda tidak benar sedikit pun.
Marwah bahkan sudah tersenyum sangat lebar, namun senyumannya perlahan luntur, kala melihat gelengan Alkan. Kedua mata berbinarnya meredup, berganti dengan tatapan penasaran kembali.
"Lalu siapa?" tanya Marwah, semakin di buat penasaran.
"Na-namanya Cici, Bun." ucap pelan Alkan, bahkan saat ini si Bapak Penghulu ganteng, terlihat salah tingkah, saat menyebutkan nama gadis, yang tengah menghantui pikirannya.
"Cici? kenapa namanya imut sekali, apa boleh Bunda ketemu sama dia?" ucap Marwah penuh harap.
Dan sekali lagi, Alkan bingung harus menjawab apa. Bagaimana cara dia untuk membawa si gadis sempol itu, kehadapan sang Bunda? Kalau mereka saja tidak ada hubungan apa pun, bahkan gara gara kejadian tadi, si gadis sempol terlihat menjauh, dan bahkan ternyata sudah memiliki kekasih.
"Bun, Alkan mau magriban dulu." kilah Alkan, untung saja suara kumandang adzan magrib sudah terdengar. Jadi, ada alasan dia untuk menghindar sementara, dari cecaran Bundanya.
"Loh, kamu kan belum jawab pertanyaan Bunda, Kan!" seru Marwah, kala melihat Alkan berlari kecil, menjauh darinya.
Marwah terdengar menggerutu, sembari membereskan cangkir teh serta piring kotor, bekas ubi goreng tadi.
"Kamu cari masalah sendiri sih! kenapa harus ngomong sama Bunda, kalau sudah begini, aku yakin Bunda akan terus bertanya." gumam Alkan, sembari melangkah menuju ruang sholat yang tidak jauh dari kamarnya.
🕊
🕊
🕊
"Aku cinta dia, Mi! aku sayang dia, Mi! kasih dan rinduku ini tentunya untuk si dia." cia terus saja bersenandung, sembari menyiapkan makan malam.
Lovy yang tengah membuat sambal petai kesukaan si Galak, hanya bisa menggelengkan kepala. Ibu dari dua orang anak itu, belum berminat untuk bertanya pada Sang putri, kenapa malam ini Cia terlihat begitu galau.
"Sedalam dalamnya lautan hindia, lebih dalam lagi cintaku padanya. Dia sangat tampan, Mi! dia sangat baik, Mi! yang sedang sedang saja, yang penting dia juga cinta." lanjut Cia.
Dan kali ini Lovy terlihat menoleh, menatap Cia penuh penasaran. Setelah menuangkan sambal petai buatannya kedalam piring, Lovy segera menghampiri Cia, yang tengah menyusun piring dimeja.
"Kayaknya princes Mami lagi galau? kenapa sih? coba cerita." bujuk Lovy.
Wanita yang terlihat awet muda itu, mendudukkan diri didekat Cia. Sementara Cia, gadis itu terlihat salah tingkah.
"E-enggak ada kok, Mi! siapa yang galau, Cici kan cuma nyanyi aja." kilah Cia, namun semakin dia berkilah, maka semakin terlihat salah tingkahnya.
Lovy menarik kedua sudut bibirnya, dia bisa melihat kalau Cia tengah berbohong saat ini. Baiklah, Lovy tidak akan memaksa, dia akan membiarkan sang putri untuk bercerita sendiri padanya nanti.
"Ya udah, kalau Cici memang belum siap cerita sama, Mami. Tapi kalau nanti sudah siap, cerita aja! sebelum Papi tau, kamu tau kan gimana Papi?" ucap lembut Lovy pada Cia.
Satu tangannya terulur, untuk menggenggam tangan sang putri. Lovy bukan hanya berperan sebagai Ibu, namun juga teman ngobrol curhat serta sahabat, untuk Cia.
Lovy pun pernah mengalami, apa yang tengah dirasakan oleh Cia saat ini. Jadi, dia bisa merasakan itu semua, semoga Cia mau berbagi dengannya nanti.
**SEDANG SAJA, VERSINYA CICI
TUH MUKA ADEM BANGET SIH PAK, SUMPAH**
lama2 author nya tak jak bkin kolak ini....