Genre : Xianxia, Action, Adventure, System, OverPower, Romance.
Update 2 Chapter/Hari. Jam tidak tentu.
Lanjutan dari Strongest God System
Tidak terasa sudah dua tahun lebih ia bereinkarnasi ke Dunia Kultivator.
Berbagai masalah terus datang kemanapun ia pergi. Namun dari masalah-masalah itulah ia mendapatkan jawaban dari misteri-misteri yang ada.
"Kemarilah! Bergabung denganku! Kumpulkan semua kepingan yang terpisah!"
"Siapa kau?!"
"Kemarilah! Bergabung denganku! Kumpulkan semua kepingan yang terpisah! Cepat!"
Suara-suara yang memanggilnya terus muncul dalam pikirannya. Semakin kuat dirinya, semakin banyak pula perkataan yang muncul dibenaknya.
Lin Chen pergi ke Alam Dewa untuk membalas dendam dan mencari jawaban dari semua pertanyaan. Apakah petualangannya di Alam Dewa dapat berjalan dengan lancar? Ataukah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaKertas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 018 : Mengerikan
Lin Chen menyantap makanan yang telah disiapkan. Tapi kali ini ia tidak bisa menikmati makanan di atas meja seperti biasanya, itu karena ia selalu merasa ada yang aneh, dan akan selalu ada bayang-bayang yang terbesit di benaknya. Ia tidak tahu bayangan apa itu, dan setiap kali ia mencoba fokus, ia akan merasakan rasa sakit yang menyiksa.
Karena sakit itu jugalah ia harus kembali ke kamar dan beristirahat. Ketika ia tertidur di atas kasur, Yan Xue, Yan Lin, dan Ling Ji Yue duduk di samping tempat tidur mengamatinya dengan tatapan khawatir.
Xue Ying, ia hanya berdiri di sudut ruangan, menatap datar ke arah tempat tidur. Tapi di dalam hatinya, ia merasakan rasa sakit dan panas karena ialah yang membuat Lin Chen seperti itu.
Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, dan hari berganti minggu. Sudah satu minggu berlalu, Lin Chen masih tak sadarkan diri di atas tempat tidur, keringat dingin selalu membasahi tubuhnya, terkadang juga ia berteriak-teriak kesakitan dalam tidurnya.
Yan Xue yang melihat keadaan Lin Chen hanya bisa memandangi dan berdoa. Selama waktu itu juga ialah yang akan merawat Lin Chen, saat Lin Chen berkeringat yang membuat seluruh tubuhnya basah, Yan Xue akan dengan perlahan melepaskan pakaian Lin Chen dan membersihkan tubuhnya.
Masih di hari ketujuh pada siang hari. Kelopak mata Lin Chen bergerak, perlahan ia membuka matanya. Dengan kepala terasa berat, ia mencoba untuk menolehkan kepalanya, terlihat di sebelah kiri tempat tidur terdapat wanita yang sangat dikenalnya, wanita itu tertidur di sebelah lengan kirinya dengan posisi kepala di letakkan di atas kedua lengan yang bersilangan.
Lin Chen menggerakkan tangannya, ia mengelus puncak kepala wanita yang tak lain ialah Yan Xue. "Terimakasih, meski aku tidak tahu berapa lama aku tidak sadarkan diri, tapi aku mengetahui jika kau selalu ada di sampingku. Maaf, aku menyusahkan mu, Xue'er."
Ketika ia masih mengusap kepala Yan Xue. Ia mengalihkan perhatiannya ke arah pintu keluar, terlihat di tengah-tengah pintu berdiri Xue Ying yang tengah memandangnya dengan tatapan bersalah.
Melihat itu, Lin Chen hanya terdiam dan memiringkan kepalanya, ia tidak tahu mengapa Xue Ying selalu menampilkan ekspresi seperti itu setiap kali melihatnya. "Yi'er. Ada apa?"
Xue Ying terdiam, ia berjalan menuju ke sebelah kanan tempat tidur. Dengan kepala tertunduk menatap lututnya dan mencengkeram kedua tangan di pakaiannya, ia membuka mulutnya dan berucap, "Bagaimana keadaan Kakak? Apakah Kakak masih merasakan rasa sakit?"
Lin Chen menggeleng pelan. "Tidak. Aku sudah merasa lebih baik. Berapa lama aku tidak sadarkan diri?"
"Satu minggu," jawab Xue Ying masih dengan kepala yang tertunduk.
Lin Chen terdiam tak percaya dengan apa yang di dengarnya, namun saat melihat fungsi waktu di sistemnya, ia hanya bisa menghela napas berat. Ini adalah pertama kalinya ia tidak sadarkan diri selama ini, bahkan saat ia menerima siksaan dari proses pembelian tubuh baru maupun peningkatan teknik, ia tidak pernah sampai tak sadarkan diri.
Lin Chen menggigit bibir bawahnya, ia menolehkan kepalanya menatap Xue Ying. Dengan bibir bergetar, ia membuka mulutnya dan mengeluarkan pemikiran yang mengganjal, "Yi'er. Apakah kita memiliki hubungan darah?"
Xue Ying tersentak, secara tiba-tiba ia mendongakkan kepalanya dengan keringat terlihat menetes di dagunya. Perlahan, ia mengalihkan perhatiannya melihat jendela keluar. "Yi'er tidak mengerti apa yang Kakak maksud. Yi'er adalah sistem, mana mungkin bisa memiliki hubungan darah dengan Kakak," jawabnya dengan suara kaku.
Lin Chen menatap tajam wajah Xue Ying dari samping dengan kening yang mengerut. Ia merasa bahwa ada yang disembunyikan oleh Xue Ying. "Katakan dengan jujur, jangan berbo—"
Xue Ying menghentikan perkataan Lin Chen dengan cara menyentuh kening. Sesaat itu juga rasa kantuk yang berat menyerang, dan membuat Lin Chen tertidur pulas.
Sekali lagi, Xue Ying menatap Lin Chen dengan rasa bersalah yang tinggi, namun disisi lain ia sangat mengkhawatirkan keadaan Lin Chen. Tapi kembali lagi, ini semua adalah untuk kebaikan.
Beberapa jam kemudian, Lin Chen kembali terbangun dari tidurnya. Ia membuka matanya perlahan, dengan kedua tangan menyentuh kasur, ia menopang badannya untuk duduk. Tubuhnya yang sekarang tidak lagi lemas, ia merasa penuh energi dan seperti bisa melakukan apapun. "Terimakasih, meski aku tidak tahu berapa lama aku tidak sadarkan diri, tapi aku mengetahui jika kau selalu ada—"
"Sebentar. Sepertinya tadi aku sudah mengatakan hal itu," lanjutnya dengan tangan kiri masih mengelus lembut rambut Yan Xue.
Lin Chen terdiam, kemudian ia menghela napas panjang dan menggeleng pelan. Ia tidak ingin memikirkannya lebih jauh dan hanya tersenyum tipis sembari mengelus rambut Yan Xue. Ketika ia mengelus rambut, kelopak mata Yan Xue sedikit bergerak, dan kemudian membuka matanya perlahan.
Yan Xue mendongakkan kepalanya, terlihat air menetes dari sudut bibirnya. Tiba-tiba ia membelalakkan matanya lebar saat melihat Lin Chen yang sudah sadar, dan kemudian melompat memeluk Lin Chen. "Gege!"
Lin Chen menangkap Yan Xue dan memeluknya, dengan tangan kirinya ia mengusap punggung Yan Xue, dan tangan kanan menepuk-nepuk pelan kepala Yan Xue. "Sudahlah. Aku tidak apa-apa, terimakasih."
Yan Xue hanya terdiam dan menangis di dada Lin Chen. Pelukannya di pinggang Lin Chen semakin kuat, seperti tidak ingin melepaskan dan membiarkan Lin Chen pergi. Meski ia sendiri merupakan Dewi Cahaya, yang tidak pernah memiliki pasangan, tapi kali ini ia sangat jatuh cinta pada Lin Chen yang usianya dua tahun lebih muda darinya. Namun jika dihitung dari kehidupan masa lalunya, maka perbedaan usia keduanya sangat terpaut jauh, yaitu 11 juta tahun.
"Ayo kita berkeliling kota." Lin Chen mengajaknya berharap bisa menenangkan Yan Xue.
Yan Xue mendongakkan kepalanya, menatap wajah Lin Chen. "Tidak. Gege masih butuh istirahat untuk beberapa hari lagi," sahut ya dengan suara tersedu-sedu.
"Tapi—" Lin Chen yang hendak protes diberhentikan saat secara tiba-tiba Yan Xue menyerang bibirnya. Ia sedikit terkejut, namun menutup matanya dan membiarkan Yan Xue mencium bibirnya.
Beberapa menit kemudian, Yan Xue melepaskan ciumannya. Ia beranjak dari tempat tidur berjalan menuju pintu keluar meninggalkan Lin Chen seorang.
Lin Chen menaikkan sebelah alisnya, ia tidak mengerti mengapa dibiarkan seorang diri di dalam kamar. Ia menolehkan kepalanya berulang kali mencari Xue Ying di dalam kamar, namun tidak ditemukan. Ia memejamkan matanya mencoba untuk menyebarkan kesadarannya, kemudian ia tersenyum saat tahu jika Xue Ying berada di ruang tengah.
Ketika ia hendak turun dari tempat tidur, tiba-tiba terdengar suara nyaring yang menghentikannya.
"Jangan turun!"
Lin Chen menolehkan kepalanya ke arah pintu keluar, terlihat Yan Xue sedang membawa nampan yang di atasnya terdapat mangkuk berisikan bubur. Melihat itu, entah mengapa tiba-tiba tubuh Lin Chen bergetar, ia seperti menemukan musuh yang sangat sulit untuk dihadapi.
Yan Xue berjalan membawa nampan di tangannya, ia duduk di kursi yang berada di samping kiri tempat tidur. "Gege. Buka mulutnya," ucapnya sembari mengulurkan tangannya yang memegang sendok.
"A- A- Aku ... tidak suka bubur," balas Lin Chen terbata-bata.
"Ini enak. Ayo coba."
Lin Chen menutup matanya, ia membuka mulutnya perlahan. Ketika ia membuka mulutnya, tiba-tiba ia merasakan ada sesuatu yang memasuki mulutnya, nasi yang sudah dimasak dengan air berlebih. Ia mengunyahnya perlahan dengan tubuh masih bergetar, bahkan air juga menetes menjelaskan bahwa dirinya sangat membenci bubur.
Yan Xue tersenyum, ia menatap Lin Chen lembut dengan tangan mulai menyendok bubur kembali. "Bagaimana Gege? Enak?"
Lin Chen menelannya, tiba-tiba tubuhnya bergidik sesaat setelah ia menelan. "Lembek."
Yan Xue terkekeh kecil, ia tidak berharap jika bubur bisa membuat Lin Chen sangat ketakutan. Tapi saat ia mengetahuinya, ia tidak berhenti, melainkan terus meminta Lin Chen untuk menghabiskan semua bubur di dalam mangkuk.
Tiga puluh menit kemudian, bubur yang seharusnya bisa dihabiskan dalam waktu beberapa menit akhirnya sudah habis. Yan Xue tersenyum dan berjalan menuju pintu keluar untuk memberikan peralatan makan.
Lin Chen, ia tergeletak tak bertenaga di atas tempat tidur, ia menatap langit-langit ruangan dengan mata kosong seperti terkena serangan yang menghancurkan jiwa. "Bubur. Sangat mengerikan!"
"Bahkan, saat di panti asuhan dulu, aku tidak pernah memakan bubur. Saat panti asuhan menyediakan bubur mingguan, aku pasti akan kabur ke hutan untuk mencari tanaman liar dan memakannya."
"Aku ingin makan daging panggang ..."
...
***
*Bersambung...