Bodyguardku Kekasihku

"Iya, aku memang kangen kamu."

Kalimat yang selalu terngiang di dalam pikiran Davis saat ini. Kalimat sederhana, tetapi mampu membuat Davis galau tidak karuan.

Kirana dan segala yang di dalamnya, adalah sebuah anugerah yang sangat indah jika dia bisa memilikinya. Tidak dia pungkiri, sejak beberapa tahun yang lalu, hatinya sudah terpaut pada balerina cantik penuh talenta tersebut.

Foto Kirana saat berada di atas panggung saat show di Milan tiga tahun lalu terpajang di dalam pigura sangat besar di ruangan kerjanya yang ada di markas Jean's Eagle. Tidak hanya itu, kamar pribadinya yang ada di rumah mewahnya di Jakarta juga terdapat foto-foto Kirana dalam berbagai pose.

Ingat saat Davis mengatakan jika beberapa tahun lalu, dia ditolong seseorang saat dirinya terjebak dalam efek obat-obatan terlarang. Kirana lah yang menolongnya dan membawanya ke rumah sakit. Kirana yang mengupayakan untuk Davis melakukan rehabilitasi saja.

"Gue tidak tahan. Sakit-" Rintih Davis yang kala itu berusia muda.

Tubuhnya bergetar hebat. Penglihatannya pun tidak bisa dia kendalikan. Ditambah keringat terus mengucur membasahi wajahnya. Membuat Davis remaja ingin segera mendapatkan asupan 'vitamin' yang biasa dia gunakan untuk menenangkan kondisinya saat ini.

Parahnya, Davis merasakan itu semua saat dia sedang berada di luar rumah. Harusnya dia sedang perjalanan menuju ke rumah seseorang yang selama ini selalu menyediakan 'vitamin dewa' tersebut untuknya. 

Davis yang mengendarai mobil tanpa SIM, karena tidak punya dan malas buat, memilih menepi di bahu jalan. Beruntung jalanan malam itu nampak sepi, sehingga Davis dengan mudah membelokkan mobilnya dan berhenti sejenak. Dia pasrah jika harus mati karena tubuhnya tidak lagi bisa menahan sakit luar biasa yang sekarang dia rasakan.  

Tok! Tok!

Davis menoleh ke arah jendela sampingnya. Dia melihat siluet seseorang berambut panjang terus mengetuk jendela mobilnya. Davis semakin takut. Dia takut ketahuan jika dia sedang sak*u. Dia takut nantinya akan dipenjara dan tidak bisa mengunjungi makam kedua orang tuanya yang sudah meninggal dunia. Dia berpikir, lebih baik dia menyusul kedua orang tuanya saja di alam lain.

Seketika itu, Davis menyesal berbuat seenaknya. Dia menyesal mengenal dan menggunakan obat-obatan yang membuatnya 'sakit' seperti ini. Dia tidak tahu, rayuan maut seorang bandar obat tersebut begitu menyiksanya sekarang.

Pyar!

Suara jendela dipecah terdengar keras. Akan tetapi, kesadaran Davis mulai menurun. Pandangannya mulai naik ke atas dan mulutnya begitu penuh yang secara tidak sadar, mengeluarkan busa dan entah apa itu dari mulutnya. Tubuhnya pun bergetar hebat.

"Tolong, angkat dia, Pak! Bawa ke rumah sakit. Hiks!"

Itu kalimat terakhir yang dia dengar. Suara lembut nan indah yang dapat membuat gendang telinganya bergetar nyaman. Begitu pula dengan jantungnya yang semakin terpompa tidak karuan. Setelah itu Davis tidak sadarkan diri.

Entah hari ke berapa, Davis akhirnya sadar juga. Dia terbangun di dalam ruangan berbau aneh dan serba putih itu. Setelah kesadarannya penuh, Davis baru tahu jika dia di dalam ruang inap sebuah rumah sakit. Terbaca sebuah nama rumah sakit di bawah logonya yang menempel di dinding kamar itu.

Pertanyaan yang muncul dalam benak Davis detik itu juga adalah– Bagaimana bisa dia berada di tempat ini? Bukankan dia hampir mati di dalam mobil?

Klek!

Davis menengok ke arah pintu yang terbuka. Terlihat dokter dan perawat masuk lalu terkejut menatap Davis yang sudah sadarkan diri. Mereka bergegas memeriksa kondisi Davis dan tampak seorang perawat menghubungi seseorang yang dipanggil 'Nona Kirana' oleh mereka. 

'Siapa Nona Kirana?' tanya Davis dalam hatinya.

Davis sangat pasrah jika nantinya dia akan menerima hukuman atas perbuatannya. Bukankah ketika dia kembali hidup itu artinya dia diberikan kesempatan untuk bertaubat dan membayar segala perbuatannya?

Ternyata tidak hukuman yang dia dapat. Dia malah dimasukkan ke dalam rumah sakit rehabilitasi yang ada di daerah Jawa Barat. Dia mengetahui itu semua karena ada seorang pengacara yang menemuinya dan mengatakan jika nona muda bernama Kirana Gautama yang menolongnya dan memastikan dirinya hanya butuh rehabilitasi, bukan penjara.

Davis tersentuh. Dia berjanji akan lepas dan tidak lagi terjerumus ke dunia haram tersebut. Selama dalam masa rehabilitasi, dia mencari tahu siapa malaikat penolongnya yanga bernama Kirana Gautama. Dia pikir, nona muda itu sudah paruh baya. Ternyata dia salah. Akhirnya, dia menemukan profil tentang Kirana Gautama. Gadis muda dan seorang balerina cantik yang menggetarkan jiwa dan raganya itu.

Begitulah kilas balik bagaimana Davis mengidolakan Kirana. Makanya, saat mendengar laporan dari Jojo,  jika Alister Gautama mengajukan permintaan 3 bodyguard ke Jean's Eagle untuk anak perempuannya, Davis lah yang langsung turun tangan. Dia ingin sekali menyelidiki siapa yang berani mengancam Kirana- malaikatnya itu.

Selain itu, Davis ingin membayar hutang budi pada Kirana yang dulu telah menolong dan membuatnya sadar akan ketersesatannya itu. Dia ingin menghancurkan siapa saja yang berani menganggu dan membuat Kirana sedih.

Akan tetapi, semenjak dekat dengan Kirana, Davis berubah haluan. Yang awalnya hanya mengidolakan saja, sekarang menginginkan lebih dari itu. Kirana yang manja, bar-bar dan menyenangkan itu membuatnya ingin memilikinya hanya untuk dia seorang.

Rasanya Davis kurang ajar sekali saat sadar akan perasaannya kini. Dia tidak tahu apakah Kirana memiliki perasaan yang sama atau tidak. Apalagi, kini Kirana dengan terang-terangan mengaku rindu padanya dan sering menempel padanya.

Bagaimana kalau hanya rindu saja? Apakah iya, Kirana menyukainya? Tidakkah itu mustahil?

...****************...

Seseorang mencurigakan terlihat mondar-mandir di ujung gang perkampungan tempat tinggal Kirana. Seorang pria yang pernampilannya seperti preman pasar, tetapi wajahnya begitu bersih dan tampan. Sekilas, seperti aktor terkenal yang sering muncul di TV.

Dengan sebuah kotak di tangannya, pria itu menunggu orang lain yang lewat. Ada yang harus dia lakukan, demi uang sudah dijanjikan oleh seseorang.

"Dek, Dek."

Pria itu memanggil anak kecil yang sedang berjalan seorang diri memasuki gang, sore itu. Anak kecil yang diperkirakan pria itu berusia sekitar 10 tahunan dan sepertinya juga warga kampung ini.

Adek kecil itu dengan polosnya menghampiri pria dewasa tersebut. "Dalem, Mas." Balas sapaan pria tersebut dengan sopan.

"Bisa titip kasih ke rumah Joglo itu gak?" Pria itu menunjuk sebuah rumah bergaya Jawa kuno yang sangat besar dan luas, yang nampak jelas dari depan gang.

Anak itu melihat apa yang ditunjuk oleh pria itu. Anak kecil itu tahu rumah yang mana dan sangat mengenal baik pemilik rumah itu. Rumahnya pun hanya berjarak beberapa rumah saja dari rumah tersebut.

"Oke, Mas." Anak itu mengiyakan tanpa sedikit pun ada rasa curiga. Begitu polosnya anak itu hingga paket itu berada di dalam genggamannya.

Pria itu berterima kasih dan membiarkan anak sekecil itu berjalan menjauh. Senyum smirk menghiasi wajah tampannya. Dia tahu, rencananya tidak akan ketahuan . Seperti, paket-paket sebelumnya.

Apa yang terjadi selanjutnya? Dan siapa pria itu?

...****************...