kelanjutan dari Novel "Menjadi Yang Terkuat Dengan Sistem Terkuat"perjalan ini akan di mulai dengan perjalanan ke alam dewa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FAUZAL LAZI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Saat mereka tiba di gang tersebut, Jian Yu segera memindai area sekitar. “Kemana hilangnya aura itu?” ucapnya sambil menyapu pandangan ke setiap sudut. “Ah, sial... sial... sial,” gerutunya kesal, karena energi itu benar-benar menghilang. Ia menghela napas pelan, mencoba merasakan lagi.
“Apa mungkin dia memakai sesuatu untuk menyembunyikan auranya? Seperti artefak misalnya,” kata Xiao Ying sambil menatap tembok retak di sisi kanan.
“Hahh, sudah lah. Kita kembali saja,” ucap Jian Yu sambil berbalik. Namun belum sempat mereka melangkah keluar dari gang itu, tiba tiba pusaran energi berputar dengan halus di belakang mereka.
Crack... crack...
Dari pusaran tersebut, muncul sosok manusia dengan tubuh separuh iblis. Kulitnya gelap dengan urat-urat merah menyala, matanya berkilat liar, dan taringnya menjulur panjang. Dengan teriakan parau yang menggema, makhluk itu melesat ke arah mereka.
Swuushh!
Jian Yu menoleh kebelakang dan bergerak secepat kilat. Dalam sekejap, energi Qi nya melonjak dan mengalir ke lengannya. Ia mengepalkan tangan kanan, lalu menghantam ke depan. Dengan Teknik Pukulan Alam miliknya
BOOM!
Suara ledakan keras menggema, gang sempit itu bergetar hebat. Angin dari pukulannya menyapu debu dan batu kecil ke segala arah. Tubuh makhluk iblis itu langsung hancur berkeping-keping di udara, serpihan dagingnya jatuh meneteskan darah hitam ke tanah.
Xiao Ying menutupi wajahnya dari semburan debu, sementara Gu Yue dan Meiyan berdiri waspada di belakang Jian Yu.
Jian Yu menurunkan tangannya perlahan, ekspresinya tetap dingin. “akhirnya keluar dengan sendirinya,” ucap ya yang masih melihat ke arah manusia setengah iblis yng sudah hancur.
“Tapi dari mana dia keluar ya? Aku bahkan tidak merasakan ada formasi di sekitar sini,” ucap Meiyan sambil menatap ke segala arah, matanya menyipit waspada.
“Mungkin mereka memakai kertas jimat teleportasi,” sahut Xiao Ying cepat sambil berjongkok memeriksa tanah yang retak akibat ledakan tadi. “Makanya bisa muncul tiba-tiba di mana saja tanpa terdeteksi.”
Jian Yu menatap tinjunya yang masih berasap tipis, sisa energi dari Pukulan Alam tadi masih bergetar di udara. Pandangannya kemudian beralih ke sisa makhluk iblis yang telah hancur berkeping-keping di tanah. “Aku terlalu terburu-buru menghancurkannya. Seharusnya aku bisa menggali informasi dari makhluk ini,” gumamnya pelan dengan nada menyesal. Ia menghela napas panjang, lalu berbalik menuju jalan keluar dari gang itu.
Gu Yue menatap sisa tubuh iblis yang menghitam, lalu mengangkat tangannya. Api biru menyala dari telapak tangannya, berputar seperti pusaran kecil yang menari di udara. “Biar aku bersihkan semua ini,” ucapnya pelan.
Fwoosh!
Api biru menyambar cepat, membakar sisa-sisa makhluk itu hingga tak bersisa, bahkan debunya pun lenyap tertelan panas. Setelah semuanya bersih, Gu Yue pun menyusul tuannya bersama Meiyan dan Xiao Ying keluar dari gang tersebut.
Namun jauh dari sana, di dalam sebuah ruangan gelap yang dipenuhi kabut hitam pekat, seseorang duduk di atas kursi besar dari batu hitam. Di sampingnya, seorang wanita berambut panjang dengan mata merah duduk santai di pelukannya.
“Bos... salah satu anggota kita telah tiada,” ucap seorang bawahan yang datang terburu-buru, napasnya terengah. “Kami tidak bisa lagi melacak energi kehidupan dari batu pelacak yang kami tanam di tubuhnya.”
“Apa?” suara berat bergema, membuat udara di ruangan bergetar. “Tidak mungkin! Bagaimana bisa ada yang membunuh anggota kita yang sudah separuh berubah menjadi iblis?”
Tangannya menghantam sandaran kursi keras-keras. BRAKK! Batu hitam itu retak seketika, dan hawa iblis pekat menyebar ke seluruh ruangan. Si bawahan langsung gemetar hebat, menunduk dalam ketakutan, tak berani mengangkat kepala.
“Sayang,” ucap wanita di pangkuannya dengan senyum tipis dan nada menggoda. Ekor besar di belakangnya bergerak pelan ke kiri dan kanan. “Kita sudah terlalu lama berdiam diri di tempat ini, di dalam kegelapan ini. Apakah kamu tidak berniat membuat dunia mengingat kita sebagai yang terkuat?”
Pria itu, Honzhao, menatapnya tajam. Senyum kejam perlahan terbentuk di wajahnya. “Kau benar, Sue Ming. Malam ini... kita akan membuat kekacauan di Kota Tianjing. Mereka akan merasakan penderitaan yang belum pernah mereka alami.”
Ia meneguk arak dari kendi di sampingnya, lalu menatap bawahan yang masih gemetar. “Kau, persiapkan semua anggota kita. Gunakan formasi pemanggilan untuk memanggil monster iblis dan binatang buas.
Setelah Jian Yu dan ketiga perempuan di belakangnya keluar dari gang sempit, mereka berjalan santai menikmati semilir angin sore sambil sesekali berhenti untuk membeli beberapa cemilan di sepanjang jalan. Suasana kota Tianjing sore itu terasa tenang, dengan aroma makanan yang menggoda dari arah pasar.
Sementara itu, di sisi lain kota, Ling Yuan, Ling Bao, dan Ling Hao juga sedang berjalan-jalan di pasar. Mereka melihat-lihat berbagai barang dan membeli beberapa makanan ringan untuk bekal patroli malam nanti.
Dari kejauhan, seorang gadis dengan rambut nya yang terurai rapi dan melihat ke arah mereka. Wajahnya langsung bersinar cerah. “Itu Kak Ling Yuan, kan?” ucap Zhang Ru bersemangat, lalu berlari kecil sambil melambaikan tangan. “Kak Ling Yuan! Kak Ling Yuan!” serunya lantang dari kejauhan.
Ling Yuan dan kedua saudaranya berhenti sejenak, menoleh ke berbagai arah mencari sumber suara tersebut. “Kalian dengar, kan? Seperti ada yang memanggilku,” ucap Ling Yuan sambil mengerutkan kening.
“Sepertinya suara itu nggak asing, deh,” sahut Ling Bao yang juga ikut menoleh ke belakang. Tak lama, mereka melihat Zhang Ru berlari ke arah mereka dengan senyum manis menghiasi wajahnya.
Ling Bao segera menyenggol bahu Ling Hao dengan tatapan menggoda. “Kak Hao, sepertinya salah satu dari kita akan segera punya pasangan,” ucapnya sambil menempelkan kedua telapak tangannya, membuat isyarat khas di antara mereka para pria.
“Hehehe, aku paham maksudmu, Ling Bao,” jawab Ling Hao nyengir kuda, menatap Ling Yuan dengan tatapan jahil yang penuh arti.