Baby... I Love You
Sia pov~
Drrrttt... drrttt... drrtttt...
" Iya halo." Aku mengangkat telfon tanpa melihat nama kontak diponsel.
" Adek!!! kalo angkat telfon tuh Assalamu'alaikum dulu, kamu tuh yah kebiasaan langsung halo halo terus deh."
Aku lihat nama yang tertera di layar ponsel K**anjeng Mama.
" Assalamu'alaikum mah, maaf adek lupa. Tumben mama telfon malem-malem." Ujarku nyengir sambil menggaruk leher belakang.
" Kamu gimana kabarnya dek? Kemarin lancar kan interviewnya? gimana Mama pengen denger cerita kamu."
"Alhamdulillah adek sehat Ma, kemarin juga interviewnya lancar, minggu depan udah mulai kerja setelah nglengkapin berkas-berkas yang masih kurang. " Ujarku menjawab pertanyaan Mama.
" Adek kenapa sih cari kerja jauh begitu, mbok ya cari kerja disini aja kan juga banyak, Jakarta itu kota besar lho dek dan adek sendirian disana. Kemarin kuliah di Bandung sekarang kerja di Jakarta kamu kayak yang nggak betah banget gitu di Jogja." Mama mulai ngedumel lagi karena aku yang memilih untuk kerja di Jakarta.
" Adek kan juga pengen mandiri Ma, masa Mas Fardan aja dulu kuliah di Jakarta sekarang kerja di Bali Mama bolehin sedangkan adek nggak boleh, kan sama-sama sendiri juga." Jawabku pada Mama.
" Beda dong dek, Mas Fardan kan laki-laki wajar kalo dia hidup mandiri kan bisa jaga diri. Adek kan perempuan Mama nggak tega kalo kamu sendirian disana, kalo ada apa-apa misal kamu sakit gimana coba? " Kembali Mama melakukan aksi protesnya seperti dulu saat aku meminta ijin untuk kuliah di Bandung. Mama takut karena menurutnya aku tuh anak perempuan, jadi tidak boleh jauh-jauh dari orang tua. Takut terjadi sesuatu jika aku sendirian di Kota orang.
" Kan Ayah juga setuju kalo adek kerja di Jakarta, buat nambah pengalaman juga Ma." Aku sedikit membela diri dengan membawa nama Ayah dipercakapan aku dan Mama.
" Ayah kan cowok, jadinya kurang peka sama perasaan perempuan yang jauh dari anaknya." Mama masih tidak terima dengan pembelaan dariku.
" Ayah bukannya tidak peka Ma, Ayah juga khawatir kalo adek jauh dari kita. Tapi biarkan mereka mencari pengalaman hidup. Kan tidak selamanya kita sama mereka, tugas kita hanya perlu membimbing dan mendoakan agar selalu baik-baik saja." Terdengar suara Ayah yang berbicara disebelah Mama.
" Iya Mama sama Ayah doain adek supaya disini baik-baik aja, sehat selalu, lancar kerjaannya bisa membanggakan orang tua." Aku menimpali ucapan Ayah dengan halus agar Mama juga tidak lagi khawatir dengan keadaanku di Jakarta.
" Adek lulus cumlaude aja Mama udah bangga sekali dek. Ya udah sehat-sehat disana, kalo ada apa-apa kabarin Mama, Ayah, atau Mas Fardan. " Mama akhirnya mau mengerti dengan keputusanku yang memilih untuk kerja di Jakarta.
" Iya ma, adek janji akan selalu ngabarin Mama."
" Ya udah Mama tutup dulu ya telfonnya, udah malem kamu istirahat. Inget pesen Mama jangan lupa sholat sama jangan lupa makan. Assalamu'alaikum Dek."
" Iya Ma, Wa'alaikumsalam." Akhirnya Mama memutuskan sambungan telfon setelah beberapa kali membujuk aku untuk kerja di Jogja saja, dan tentu saja aku tolak dengan halus agar Mama bisa mengerti keinginanku.
.
.
Ya Aku adalah Maureen Calysia Putri biasa dipanggil Sia anak kedua dari dua bersaudara. Aku lahir di Yogyakarta. Sebagai anak perempuan bungsu satu-satunya yang membuat orang tua dan kakakku, Mas Fardan sering kali memanjakanku secara berlebihan. Dari dulu aku sangat ingin hidup mandiri, maka dari itu pada saat ada kesempatan waktu pendaftaran perguruan tinggi aku memutuskan kuliah di Bandung jauh dari orang tua. Permasalahan ijin tentu saja sulit aku dapatkan, tapi dengan perjanjian bahwa aku akan selalu mengabari mereka setiap hari dan memperbolehkan Mas Fardan menjenguk setiap minggu pada akhirnya ijin bisa aku dapatkan.
Kakakku satu-satunya bernama Maudrik Fardan Syaputra kita beda usia 5 tahun. Sekarang dia seorang pengusaha kontraktor yang saat ini bertugas di Bali. Pada saat aku kuliah di Bandung Mas Fardan memutuskan untuk menunda pekerjaannya di Bali dan bekerja di Jakarta demi untuk menjagaku sampai aku lulus kuliah. Hingga saat aku lulus, aku membujuknya untuk mengambil pekerjaan yang di Bali. Dengan alasan bahwa aku sudah cukup dewasa untuk hidup mandiri akhirnya dia mau meninggalkan aku di Jakarta.
Ayahku Dodi Subroto adalah seorang dosen di Universitas di Jogja sebagai dosen jurusan peternakan. Ayah adalah orang yang cukup tegas didepan mahasiswanya. Berbeda saat Ayah bersama kita, dia akan menjadi orang yang sangat humoris.
Sedangkan Mama Farida Putri adalah seorang ibu rumah tangga, walaupun dia lulusan sarjana namun sejak menikah Mama memutuskan untuk total mengurus keluarga dan berhenti bekerja menjadi staf akutansi di sebuah Bank. Dia orang yang sangat lembut dalam keluarga ini. Sedikit keras kepala jika ini menyangkut anak-anaknya.
Sekiranya cukup itu perkenalan dariku. Jika ada yang ingin kalian tau cukup baca perjalanan kisahku sampai bab akhir ya😊.
.
.
Seminggu sejak Mama telfon sudah berlalu. Hari ini adalah hari pertama aku bekerja di PT Santoso Group sebagai staf akutansi. Dandananku cukup sederhana, hanya dengan Rambut kucir satu, kemeja putih dengan blazer berwarna abu-abu dan celana bahan hitam. Jangan lupakan juga make up minimalis dan sepatu hak 5cm agar terlihat santai namun tetap formal.
Hampir saja aku kesiangan karena tadi malam tidak bisa tidur memikirkan bagaimana nanti suasana di kantor karena ini merupakan pengalaman kerja aku pertama kalinya. Walaupun dulu saat kuliah aku mengikuti KKN di sebuah perusahaan juga, rasanya kali ini sangat berbeda. Membuat aku sedikit nervous.
Saat ini aku duduk di sofa lobi perusahaan menunggu staf HRD untuk mengambil kartu Identitas perusahaan dan juga kartu absensi.
Saat aku sedang membereskan berkas-berkas seseorang memanggilku.
" Mbak Maureen ya? " Tanya laki-laki yang berdiri didepanku. Terlihat dia masih cukup muda berusia sekitar 27 tahunan.
" Oo iya Pak, saya Maureen." Jawabku langsung bergegas untuk berdiri.
" Mari mbak ikut saya ke ruang HRD."
Aku mengikuti laki-laki bername tag Fariz Atta rizky keruang HRD.
" Silahkan duduk dulu mbak Maureen." Ujarnya lagi.
" Boleh saya lihat berkas-berkas kelengkapannya mbak? " Pak Fariz meminta berkas yang memang sudah aku siapkan dari kemarin.
" Oo iya silahkan." Aku memberikan berkas ini kepada Pak Fariz.
" Jadi kamu lulusan tahun ini." Ujarnya melihat berkas aku.
" Waowww.. lulus cumlaude dengan IPK 3,9 nyaris sempurna." Ujarnya memuji nilai ijazahku.
" Ini ID card kamu untuk akses masuk kantor, jangan lupa juga untuk absen setiap masuk dan pulang. Dan ini name tag kamu." Ujarnya memberikan ID card dan juga name tag.
" Terimakasih Pak." Aku menerima ID card dan name tag tersebut.
" Nanti kamu akan ditempatkan di staf akutansi kelompok 2 dilantai 5." Ujarnya menambahkan.
" Baik Pak."
" Kamu santai saja kalo sama aku disini aku bukan atasan kamu, jangan panggil Pak, aku masih 28 tahun. Panggil saja Fariz seperti yang lain." Ujar Pak Fariz tersenyum.
" Eehh.. aku panggil Mas Fariz aja ya, kan Mas lebih tua dari aku. Kalo gitu Mas Fariz panggil aku Sia aja, kalo Maureen terlalu formal Mas." Aku juga ikut mengganti bahasa formal dengan bahasa yang lebih santai seperti Mas Fariz.
" Oke Sia, jadi semangat ya kerja disini semoga kamu betah. Silahkan kamu boleh ke kubik kerja kamu. Atau saya antar saja." Ujarnya seraya tersenyum.
Dilihat dari wajahnya Mas Fariz memang cukup manis, dengan tubuh tinggi sedikit kekar dan kulit kecoklatan, aku rasa disini banyak yang suka sama dia.
" Tidak usah Mas, lagian aku harus balik ke lobi lagi buat absen kan." Ujarku padanya.
" Baiklah kalo begitu. Kalo kamu ada kesulitan atau apapun itu kamu bisa beri tahu aku." Ujarnya lagi.
" Iya Mas, kalo gitu aku permisi dulu ya." Aku beranjak dari kursiku meninggalkan ruangan HRD.
.
.
" Sudah dapat ID cardnya mbak Maureen." Tanya Mba Prita begitu melihatku menuju mejanya.
" Iya mbak ini udah dapet. Oo Iya, Mbak panggil aku Sia aja biar lebih akrab." Ujarku memberikan ID card kepadanya seraya tersenyum.
" Oke Sia. Jadi sini aku tunjukin cara absennya." Mbak Prita mengajariku cara untuk absen karyawan.
" Jadi Mba Prita udah kerja disini berapa lama? " Tanyaku pada Mba Prita.
" Aku disini udah hampir 3 tahun, udah cukup lama si. Kamu sendiri lulus kuliah langsung daftar disini? " Tanya Mbak Prita kepadaku
" Iya Mba, kebetulan aku pertama daftar kerja disini dan Alhamdulillah langsung diterima. Mba sendiri pernah kerja dimana aja? " Tanyaku pada Mbak Prita.
" Aku juga lulus kuliah Alhamdulillah langsung kerja disini." Jawabnya.
" Berarti Mbak masih muda dong kalo baru tiga tahun disini." Ujarku menggodanya.
" Lah iyalah aku masih muda, walaupun masih mudaan kamu. Aku baru 26 tahun." Ujarnya tertawa.
" Kita cuma beda 3 tahun Mbak." Ujarku lagi.
" Ya udah ayo aku anter ke ruangan kamu." Ujarnya keluar dari meja kerjanya.
Tiba-tiba ada seorang anak kecil yang menarik celana yang aku pakai.
" Dunda.. Dunda.."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments
Ariyani Ariyani
hadir
2022-07-16
0
Anonymous
penasaran cerita bunda sya..dari kendra langsung baca ke sini😁😁
2022-07-07
1
retno wulandari
ya mirip2 lah sama si bocah Emvrat... 😅
2022-06-22
2