Di Chicago modern, kekuasaan bukan lagi soal siapa yang paling banyak menembak. Tapi siapa yang paling bersih menutupinya.
Kenalan dengan Luca Rossi, si Cleaner. Dia bukan tukang bersih-bersih biasa, tapi Consigliere dingin yang jadi otak di balik organisasi mafia Moretti. Dinding kantornya rapi, suit-nya mahal, tapi tangannya berlumur semua dirty work Keluarga—dari pembukuan yang dimanipulasi sampai menghilangkan jejak kejahatan.
Masalahnya, kini Keluarga Moretti di ambang collapse. Bos lama sekarat. Kekuasaan jatuh ke tangan Marco, si pewaris baru yang psikopat, ceroboh, dan hobi bikin drama. Marco melanggar semua aturan, dan Luca tahu: kalau dia diam, seluruh empire mereka hancur. Dengan bantuan Sofia, istri Bos yang terlihat polos tapi menyimpan banyak kartu, Luca memutuskan satu hal brutal: Ia harus mengkhianati bos barunya sendiri.
Di tengah rencana kotornya, Luca bertemu Isabella. Dia cantik, pintar, dan vibe-nya langsung nyambung sama Luca yang kaku. Luca akhirnya merasakan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12: THE TAKEDOWN
Bau tembaga dan bubuk mesiu terasa seperti aroma parfum baru di kerah kemeja Luca. Dia telah mandi, mengganti pakaian, dan mengunci setiap memori dari pembunuhan di bawah jembatan layang, membuangnya ke dalam kotak hitam di otaknya. Luca kembali ke kantornya di Moretti Corp, bergerak seperti tidak terjadi apa-apa semalam. Hanya kelelahan yang nyata di mata Vito, driver-nya, yang menjadi saksi diam atas transformasinya.
Luca tahu ini adalah hari terakhir Marco.
Ia duduk di kantornya, menatap live feed dari lantai bawah. Tidak ada Marco. Don baru itu terlalu takut dan panik setelah upaya pembunuhannya terhadap Vincenzo Rota gagal dan beberapa asset berharganya tidak kembali. Marco bersembunyi di penthouse pribadinya, dikelilingi oleh bodyguard yang dibayar mahal, bukan kesetiaan.
Tepat pukul 10.00 AM, ketegangan itu pecah.
Di ruang rapat utama, tempat yang biasanya menjadi arena untuk negosiasi kontrak bernilai miliaran, Kapo-Kapo senior Moretti berkumpul. Vincenzo Rota, meskipun wajahnya masih pucat karena trauma, berdiri di ujung meja, memegang amplop tebal dari Luca.
Vincenzo tidak berteriak; ia berbicara dengan otoritas yang hilang sejak Don Moretti sakit.
"Kami tidak bicara tentang uang yang hilang lagi, Saudara-saudaraku," suara Vincenzo keras, bergema di ruang rapat. "Uang bisa dicari. Tapi Marco Moretti telah mengorbankan keselamatan kita. Dia menarik Federal. Dia membunuh Gino dan istrinya. Dia melanggar Kode yang dihormati Don."
Vincenzo melemparkan data politik yang diberikan Luca ke atas meja. Foto-foto, salinan perjanjian rahasia Senator Breitenfeldt. Wajah para Kapo, yang biasanya keras, kini dipenuhi rasa takut yang nyata. Luca tidak memberikan Marco ke neraka; dia memberikan Marco ke Penjara Federal, dan menyeret mereka semua bersamanya.
"Dia bukan Bos. Dia adalah liability," tutup Vincenzo. "Dan dia mencoba membunuhku semalam karena aku menanyainya."
Konsensus tercipta. Bisikan di ruang rapat berubah menjadi deklarasi. Loyalitas beralih dari darah yang rusak menuju sistem yang berfungsi.
Sementara itu, Luca harus menghadapi konsekuensi yang lebih dingin.
Laporan dari tim IT tiba: Serangan denial-of-service (DoS) besar-besaran, yang dipicu oleh jaringan Bianchi Financial Group, hampir melumpuhkan server Moretti Corp. Luca tahu ini adalah pekerjaan Isabella. Dia tidak hanya meluncurkan serangan finansial, dia mencoba menghapus sistem pertahanan digital Moretti.
Di tengah laporan teknis yang kering itu, Luca melihat digital signature Isabella. Sebuah kode yang sangat elegan dan rumit, sebuah tanda tangan digital yang brilian—tetapi dengan kelemahan kecil yang disengaja.
Dia ingin aku melihatnya.
Isabella sedang berbicara dengannya melalui kode, melalui serangan. Aku bisa saja menghancurkanmu sepenuhnya, Luca. Tapi aku sengaja meninggalkan jalan keluar untukmu.
Luca menghembuskan napas panjang. Pengkhianatan itu rumit. Itu bukanlah perang total, melainkan duet maut yang penuh ironi. Isabella menghancurkan organisasinya, tetapi dia menyelamatkan Luca.
Ia membalas serangan itu dengan presisi seorang Cleaner. Ia tidak mematikan signature Isabella; ia justru membuat signature itu terlihat seperti self-sabotage yang berlebihan di mata Bianchi Financial.
Tepat pukul 14.00, langkah terakhir diaktifkan. Luca, bersama Vito dan dua orang Kapo yang setia (bukan pada Marco, tapi pada kehati-hatian), naik ke penthouse pribadi Marco. Mereka tidak menggunakan kekerasan. Mereka menggunakan hukum.
Marco menyambut mereka dengan pistol, wajahnya merah, matanya liar. Di balik kemarahannya, ada keputusasaan.
"Kau datang untuk membunuhku, Luca?! Kau pengkhianat!" teriak Marco, pistolnya gemetar.
Luca tetap tenang, berdiri di ambang pintu. "Aku tidak datang untuk membunuhmu, Marco. Itu kotor dan tidak perlu."
Di belakang Luca, Kapo lain melangkah maju, membawa sebuah briefcase. Di dalamnya, surat-surat yang telah ditandatangani oleh semua Kapo senior, Consigliere lain, dan bahkan Sofia Moretti: Mosi Tidak Percaya dan Pengambilalihan Aset.
"Organisasi telah berbicara," kata Luca, suaranya sedingin baja. "Semua rekeningmu dibekukan. Kepemilikanmu dipindahtangankan. Semua Kapo menolak kepemimpinanmu. Kau bukan lagi Bos. Kau hanyalah Marco Moretti yang mabuk dan sendirian."
Marco menurunkan pistolnya, wajahnya runtuh. Kekuatan Marco bukan pada kekejaman, tetapi pada ilusi kekuasaan. Ketika ilusi itu hilang, ia hanyalah seorang pria kecil.
"Aku akan memberimu dua pilihan," lanjut Luca, melangkah masuk ke ruangan. "Pilihan bersih: Kau naik pesawat pribadi ke Karibia sekarang, dengan uang yang cukup untuk hidup nyaman, dan kau tidak pernah kembali. Organisasi akan merawat Don Moretti sampai akhir, dan kau akan tetap hidup."
Marco tertawa getir, air mata mengalir di wajahnya yang kotor. "Dan pilihan kotor?"
"Pilihan kotor," kata Luca, menatap Marco tanpa belas kasihan, "adalah aku menyerahkanmu kepada Federal atas pembunuhan Gino, dan kau membusuk di penjara, di mana Kapo yang lain akan mencarimu. Kau mati dalam waktu seminggu."
Marco menatap ke luar jendela. Dia melihat kota Chicago yang dia klaim miliknya, kini menjadi penjara pribadinya. Dia memilih Karibia.
Luca membereskan kekacauan terakhir Marco dalam waktu satu jam—sebuah pembersihan fisik yang jauh lebih mudah daripada membersihkan data. Marco dikawal ke bandara, menghilang dari panggung Moretti selamanya.
Luca kembali ke kantornya yang bersih. Dia telah memenangkan perang. Dia menyelamatkan Keluarga dari kehancuran, melindungi sekutunya, dan menyingkirkan Marco.
Namun, ia duduk di kursi yang terasa terlalu besar. Dia tidak merasa menang. Dia telah mengkhianati bosnya, menumpahkan darah, dan kehilangan wanita yang paling menarik yang pernah ia temui.
Ponselnya berdering. Nomor terenkripsi. Bukan Vito. Isabella.
Luca melihat ponsel itu bergetar di atas meja. Dia tahu dia harus menjawab. Ini adalah konsekuensi terakhir.
"Bianchi," kata Luca, nadanya netral.
"Kau menang," suara Isabella terdengar lelah, tetapi ada nada kekaguman yang tercampur kebencian. "Marco sudah pergi. Serangan kami hanya membuat kerugian yang bisa dipulihkan. Audit Federal kami terhenti karena serangan balik politik yang kau ciptakan."
"Permainan sudah selesai, Isabella."
"Belum," balas Isabella. "Kau pikir kau menang karena kau menyingkirkannya. Tapi kau baru saja membuat dirimu rentan. Kau telah mengkhianati Keluarga, Luca. Kau dan Sofia. Kau duduk di kursi yang tidak kau inginkan. Dan Ayahku tidak akan menyerah. Dia tahu kau yang memerintah. Dan aku tahu kelemahan terbesarmu."
Luca menutup matanya. "Aku tidak punya kelemahan, Nona Bianchi."
"Ya, kau punya," bisik Isabella. "Kelemahanmu adalah kebutuhanmu untuk membersihkan semuanya. Dan aku akan menjadi kotoran yang tidak akan pernah bisa kau bersihkan."
Panggilan terputus. Luca menatap ponsel itu. Dia telah memenangkan takhta, tapi dia kini duduk di atas es tipis yang lebih berbahaya dari sebelumnya. Perang dengan Marco telah usai. Perang sesungguhnya dengan Isabella baru saja dimulai.