Jing an, seorang penulis yang gagal, secara ajaib terlahir kembali sebagai Luo Chen, Tuan Muda lugu di dalam novel xianxia klise yang ia benci. Berbekal 'Main Villain System' yang bejat dan pengetahuan akan alur cerita, misinya sederhana... hancurkan protagonis asli. Ia akan merebut semua haremnya yang semok, mencuri setiap takdir keberuntungannya, dan mengubah kisah heroik sang pahlawan menjadi sebuah lelucon tragis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Menghancurkan Seekor Phoenix
Kata-kata terakhirku terasa menggantung di udara yang mendadak beku.
"…memaafkanmu karena telah curang."
Penghinaanku sebelumnya memang membuatnya marah, tapi kata-kata terakhirku... kata-kata itu menghancurkan sesuatu di dalam dirinya.
Untuk sesaat... mungkin hanya sepersekian detik... topeng "Dewi Es"-nya hancur total. Matanya terbelalak. Bukan lagi karena marah, tapi karena kepanikan murni. Keyakinan mutlak yang dia miliki... keyakinan bahwa dia memegang semua kartu... lenyap begitu saja.
'Itu dia,' batinku, seringaiku semakin lebar. 'Itu adalah wajah ketakutan yang jujur.'
Tentu saja, para penonton yang bodoh sama sekali tidak mengerti.
"Curang? Omong kosong apa yang dia bicarakan?"
"Dia hanya mengulur waktu! Dia takut mati!"
"BUNUH DIA, DEWI XIAO! JANGAN DENGARKAN BACOTANNYA!"
"A... Apa..." Suara Xiao Linyu terdengar bergetar... getaran halus yang rasanya hanya bisa kutangkap. "Apa yang kau... bicarakan, sampah?"
Di tribun Klan Xiao, aku melihat Patriarch Xiao Zhan langsung melompat berdiri, wajahnya pucat pasi.
"JANGAN DENGARKAN FITNAHNYA, LINYU!" teriaknya, suaranya terlalu keras, terlalu panik. "HABISI DIA SEKARANG JUGA!"
'Ah, jadi si tua bangka itu tahu. Dia yang memberikannya ternyata. Bagus sekali. Ayah macam apa yang mengirim putrinya untuk curang dalam pertarungan hidup dan mati?'
Aku mengabaikan teriakannya, mataku tetap terkunci pada targetku di atas panggung.
"Oh? Jadi kau tidak melakukannya?" tanyaku, nadaku kubuat sepelan dan seinosens mungkin. Aku melangkah maju, perlahan, seolah sedang menginspeksi sebuah barang.
"Aura Frost Qi-mu tiba-tiba tiga kali lipat lebih kuat dari yang seharusnya. Wajahmu sedikit pucat di balik riasanmu, dan meridianmu bergetar tidak stabil. Itu... gejala klasik dari menelan 'Hundred Frost Pill' kualitas tinggi, bukan?"
Seketika, tribun VIP tenggelam dalam keheningan total. Para Patriarch dari klan lain, Tuan Kota, dan para tetua yang tahu apa itu 'Hundred Frost Pill' kini menatap Xiao Linyu secara berbeda. Mereka tidak lagi melihat seorang jenius. Mereka melihat seorang penipu.
Wajah Xiao Linyu berubah-ubah, dari merah, lalu memucat, lalu kembali memerah karena amarah yang tak terkendali.
Dia telah ketahuan.
Dia, sang Phoenix Klan Xiao, sang jenius yang dipuja-puja, terungkap bahwa dia telah menggunakan doping murahan karena dia tidak cukup percaya diri untuk melawanku.
Penghinaan ini... rasanya jauh lebih buruk daripada taruhan perbudakan itu sendiri.
"KAUUU...!"
Dia tidak lagi berbicara. Dia menjerit. Suara jeritan yang melengking dan penuh kebencian, tidak lagi terdengar seperti suara dewi, melainkan jeritan banshee.
"AKU AKAN MEROBEK LIDAHMU ITU DARI MULUTMU!"
Harga dirinya hancur. Logikanya lenyap. Yang tersisa hanyalah amarah murni dan kekuatan curian dari pil itu. Dia kehilangan kendali.
Tuan Kota Huang De sadar situasi telah mencapai titik didih. Dia tidak membuang waktu lagi. Persetan dengan skandal itu, dia hanya ingin pertarungan ini selesai. Dia melompat mundur dari panggung.
"CUKUP BICARANYA!" raungnya. "PERTARUNGAN... DIMULAI... SEKARANG!"
Begitu kata "SEKARANG" menggema, Xiao Linyu langsung meledak.
"MATI! MATI! MATI!"
Dia tidak menggunakan teknik pemanasan. Dia tidak menguji pertahanan. Dia langsung mengeluarkan jurus terkuatnya, sepenuhnya didorong oleh amarah dan kekuatan pil yang tidak stabil.
"Ice Phoenix Art: Frostwing Barrage!"
Dia menebaskan 'Azure Frost'-nya ke udara. Seluruh Frost Qi yang ditingkatkan 300% itu meledak darinya, membentuk sepasang sayap es raksasa di belakangnya. Dengan satu kepakan, ratusan bilah es setajam silet membanjiri ke arahku, menutup pandangan di separuh panggung. Udara serasa membeku, dan lantai batu di bawahnya retak karena suhu yang sangat rendah.
Para penonton berteriak ngeri melihat kekuatan yang menakutkan itu. Serangan ini cukup untuk menghancurkan sepuluh ahli Foundation Establishment tingkat biasa.
[Ding! Peringatan! Serangan mematikan terdeteksi. Kekuatan setara dengan Foundation Establishment Realm - Level 3.]
Aku tetap berdiri diam di tengah badai es yang mendekat. Jangankan menghunus pedang, aku hanya tersenyum meremehkan.
'Bodoh,' pikirku, saat bilah es pertama hanya berjarak satu inci dari mataku. 'Kau membiarkan amarah mengendalikan kekuatan curianmu.'
'Kau sudah kalah bahkan sebelum pertarungan dimulai.'
Badai es itu melesat ke arahku. Ratusan bilah Frost Qi yang tajam, masing-masing membawa kekuatan yang cukup untuk menembus baja, menciptakan jeritan yang memekakkan telinga saat mereka membelah udara.
Di mata 50.000 penonton, aku sudah pasti mati. Mereka mungkin sedang membayangkan bagaimana tubuhku akan dicincang menjadi ribuan potongan daging beku.
'Kekuatan Level 3 Foundation Establishment, ya?' pikirku, rasa geli menjalari diriku. 'Kekuatan curian yang tidak bisa dia kendalikan. Menyedihkan.'
Ayahku berteriak ngeri. Lin Feng menahan napas. Xiao Linyu kini memiliki ekspresi kemenangan yang buas di wajahnya yang cantik.
Aku masih berdiri diam. Aku tidak menghindar. Aku tidak menggunakan 'Void Step'. Aku bahkan tidak repot-repot menyentuh gagang pedangku. Tidak.
Sebaliknya, aku melakukan sesuatu yang jauh lebih menghina.
Aku mulai berjalan maju. Langsung ke tengah-tengah badai itu.
"DIA GILA!" seseorang menjerit dari tribun.
Saat bilah es pertama hanya berjarak beberapa inci dari wajahku, aku mengaktifkannya.
'Ancient Fiendgod's Metamorphosis!'
BAM!
Sebuah aura merah gelap yang nyaris tak terlihat meledak dari tubuhku, berdenyut di bawah kulitku. Demonic Qi-ku melapisi jubah hitamku, membuatnya sekeras baju zirah iblis.
Lalu, badai itu menghantamku.
TINK! CLANG! TINK! TINK! KRENG!
Suara yang terdengar bukanlah suara daging yang terkoyak. Itu adalah suara logam yang menghantam dinding benteng.
Setiap bilah es yang menghantam tubuhku... langsung hancur.
Mereka pecah berkeping-keping, meledak menjadi debu es yang tak berarti saat bersentuhan dengan auraku. Bahkan tidak bisa meninggalkan goresan di jubah hitamku, apalagi kulitku.
Aku terus berjalan maju, menembus sisa-sisa badai es itu seolah-olah itu hanyalah sebuah hujan gerimis di musim semi. Ekspresi kemenangan yang buas di wajah Xiao Linyu langsung membeku.
Lalu, itu retak.
Dan hancur berkeping-keping, sama seperti serangan esnya.
Keyakinan dirinya. Keunggulannya. Kekuatan curiannya. Semuanya lenyap. Yang tersisa hanyalah kepanikan murni dan ketidakpercayaan yang mutlak.
"Ti-tidak... Tidak mungkin..." bisiknya, suaranya bergetar. Dia secara naluriah mundur selangkah. "Seranganku... 'Frostwing Barrage'-ku..."
Di seluruh arena, keheningan yang lebih dalam dari kematian kembali menyelimuti. Lima puluh ribu orang menatap dengan mata terbelalak ngeri.
Di tribun Klan Lin, Lin Feng gemetar.
"Guru... apa... apa itu?"
Di dalam benaknya, suara Yao Lao tidak lagi sombong. Suara itu dipenuhi dengan keterkejutan yang tulus.
"Tubuh... tubuh fisiknya... dia menggunakan tubuhnya untuk menahan serangan Foundation Establishment Level 3?! Itu... itu bukan teknik Body Tempering biasa! Itu... demi Surga... mungkinkah itu Fiendgod Body Art legendaris?! Bagaimana bisa sampah dari kota terpencil ini memiliki teknik seperti itu?!"
Di tribun VIP, Patriarch Xiao Zhan terduduk lemas di kursinya, wajahnya seputih kertas. Dia tahu apa arti 'Hundred Frost Pill' itu. Dia tahu kekuatan serangan tadi. Dan dia tahu bahwa itu... gagal total.
Di atas panggung, aku akhirnya melangkah keluar dari sisa-sisa badai es itu. Aku berhenti sekitar lima meter di depan Xiao Linyu yang kini gemetar. Tak ada satu goresan pun padaku. Jubah hitamku berkibar pelan.
Aku tersenyum pada Xiao Linyu. Senyum yang tenang dan penuh belas kasihan palsu.
"Giliranmu sudah selesai," kataku dengan suara pelan. "Serangan terkuatmu, ditambah pil curianmu, bahkan tidak cukup kuat untuk membuatku menghunus pedang."
Aku menunjuk ke Netherworld Slaughter Blade yang masih tergeletak di batu di sampingku.
"Sekarang," ucapku, senyumanku menghilang, digantikan oleh ekspresi dingin seorang eksekutor. "Giliranku."