NovelToon NovelToon
Paman, Ayo Kita Menikah

Paman, Ayo Kita Menikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: shafrilla

Bisakah kalian bayangkan, gadis 17 tahun yang baru masuk universitas di paksa untuk menjual tubuhnya kepada pria hidung belang? ya, Siera tidak akan pernah mau melakukan itu. melawan paman dan bibinya yang berbuat jahat padanya. bertemu seorang pria dan langsung mengajaknya menikah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shafrilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Suami rasa garam

*Rumah keluarga Lincoln*

Hari pertama menjadi isteri bagi Sierra saja, tak ada malam pertama, tak ada tidur di satu ruangan dan tak ada rayuan cinta.

Keesokan pagi seperti biasanya Sierra bangun pagi, tapi tidak seperti biasanya karena Sierra sekarang tinggal di rumah tuan Abraham.

"Selamat pagi, kakek!" sapa Sierra.

"Gadis cantik, kamu sudah bangun?" tanya tuan Abraham.

"Maaf tuan, pagi-pagi sekali nyonya muda sudah bangun." jawab salah satu pelayan.

"Kenapa kamu bangun pagi-pagi? Apakah kamu tidak bisa tidur?" tuan Abraham duduk di salah satu kursi di ruang makan.

"Aku sudah terbiasa bangun pagi kek, lagian aku tidak suka di layani." jawab Sierra sembari menyantap makanan yang dia buat sendiri.

Beberapa makanan sudah tertata di meja, Sierra memang tidak terbiasa dilayani semenjak kecil, walaupun dulu di rumahnya ada pelayan, tapi Sierra selalu memasak dengan ibunya. Sepiring nasi dengan dua hidangan lauk yang sudah dimasak Sierra tersaji di meja bersama dengan beberapa masakan dari pelayan keluarga Lincoln.

Kakek Abraham yang hendak mengambil lauk itu nampak dia menatap Sierra yang makan dengan begitu lahapnya, menyantap makanan hasil dari masakannya sendiri. Kakek Abraham yang melihat itu tanpa sadar dia menelan air liurnya sendiri, menatap betapa nikmatnya dan betapa harumnya masakan yang dibuat oleh menantunya itu.

"Apakah kamu memasak makanan itu sendiri, gadis kecil?" tanya kakek Abraham.

Sierra menganggukkan kepalanya. "Apa kakek mau coba masakanku? walaupun ini tidak terlalu mewah tapi Aku suka." jawab Sierra yang melanjutkan makan. di samping piringnya ada segelas susu yang harumnya tercium begitu menggoda.

"Apa kakek boleh mencicipi masakanmu?" tanya Tuan Abraham,

Sesaat kemudian Xavier melangkah maju ke ruang makan, dia duduk sembari menatap musuh bebuyutannya itu makan dengan begitu lahapnya. "Kelihatan sekali kalau kamu belum makan selama 1 tahun." ejek Xavier yang membuat Sierra mencibir kan bibirnya.

"Dengar ya paman gorila, jangan cari gara-gara di pagi buta seperti ini. Aku sedang makan, Aku tidak mau diganggu olehmu." ujarnya. Sierra kemudian melanjutkan makannya.

Kakek Abraham mengambil garpu kemudian mencoba mencicipi masakan buatan menantunya itu. "Aku cicipi ya." ucap kakek Abraham yang kemudian menggigit sepotong ayam yang sudah dimasak oleh Sierra. Seketika pria tua itu kedua matanya sedikit tertutup, Dia merasakan bagaimana nikmatnya dan bagaimana harum masakan buatan menantunya itu menyentuh lidahnya.

"Ayah jangan sampai memuntahkan masakannya di sini, aku yakin kalau Ayah sudah mengunyah makanan itu Ayah bakal muntah-muntah." kata Xavier yang kemudian meminum segelas kopi yang sudah dibuatkan oleh pelayan.

"Mulutmu itu tidak bisa dijaga ya Paman, kalau mulutmu tidak bisa dijaga sini aku olesi selai rasa cabe ini." ujar Sierra yang kemudian menyodorkan pisau untuk mengoles selai dan margarin.

Pagi buta seperti itu orang-orang yang ada di rumah Abraham Lincoln sudah disuguhkan dengan perdebatan pengantin baru yang baru menikah kemarin. tidak seperti biasanya, rumah itu tidak terdengar suara seorangpun titik namun sekarang setelah kedatangan Sierra rumah itu seperti hidup ada suara teriakan ocehan bahkan umpatan kepada tuan muda keluarga Lincoln.

"Oh ya Sierra, apa kamu nanti mau ke kampus?" tanya kakek Abraham.

Sierra menganggukkan kepalanya, dia menatap pria tua yang ada di depannya. "Iya kek, setelah dari kampus aku langsung berangkat kerja."

“Kenapa kamu harus kerja? Bukankah kamu bisa duduk manis di rumah saja?” tanya kakek Abraham dengan suara serak yang diselubungi rasa cemas. Perlahan, ia mengangkat segelas air mineral, matanya penuh harap.

Sierra menatap pria tua itu sejenak, lalu dengan teguh menjawab, “Aku tak mau bergantung pada siapa pun, Kek. Selama tubuh ini masih mampu bergerak, aku akan terus bekerja.” Suaranya ringan, tapi penuh tekad yang membara.

Tanpa menunggu jawaban lagi, ia meraih kotak bekalnya, menggenggamnya erat seolah itu adalah perisai melawan dunia. “Aku harus berangkat dulu.”

Langkahnya mantap meninggalkan rumah keluarga Lincoln menuju kampus. Di balik senyum tipis yang tersungging di bibir kakek Abraham, tersembunyi kekaguman dalam diam gadis muda itu bukan hanya menantunya, tapi satu-satunya orang yang berani melawan kerasnya hati putranya. 

"Kamu benar-benar tak punya hati," ucap kakek Abraham dengan suara bergetar, menatap Xavier dengan mata penuh kecewa. "Cobalah bicara dengan istrimu. Bagaimanapun, dia adalah gadis yang baik, pantas mendapatkan penjelasan darimu."

Xavier hanya menatap dingin, suara datarnya menusuk, "Kenapa aku harus melakukannya?"

Kakek Abraham menghela napas panjang, seolah berat menahan luka yang tertanam jauh di dadanya. Suasana ruang itu berubah sunyi sesaat, sampai Ricardo muncul dengan senyum lebar yang tampak seperti biasa, duduk di kursi dengan langkah ringan.

"Oh ya, Tuan, apa Tuan besar akan ke perusahaan?" tanyanya ceria.

Kakek Abraham mengangguk pelan, "Iya." Percakapan ketiganya mengalir hangat membahas perusahaan, namun keheningan tiba-tiba pecah saat Sierra masuk terburu-buru, wajahnya tampak panik. 

“Kenapa kamu balik lagi, Sierra?” tanya kakak Abraham, nada suaranya penuh curiga.

"Ah bukan kek, aku cuma lupa bawa kunci motor!” Suaranya tiba-tiba memecah keheningan di ruang itu, sedikit melonggarkan ketegangan yang masih menggantung.

"Heh..," cibir Xavier.

Sierra hanya tersenyum cengengesan, sambil mengangkat bahu. “Kunci motorku ketinggalan, apa lagi.”

Xavier mendelik, menertawakan dengan nada menyindir, “Masih muda, pelupa. Namanya juga sarang lebah, banyak hal ribet.”

Langkah Sierra berhenti, lalu dia menoleh dan menatap Xavier tajam. Di sampingnya, Ricardo memperhatikan tatapan istri bosnya itu ada sesuatu yang membuat hatinya berdebar.

Ricardo dalam hati bergumam, “Ini pasti bakal jadi genderang perang.”

Sierra mengangkat alis sambil santai menjawab, “Ya sudah mending aku masih muda dan suka lupa, daripada kamu pria yang mukanya kayak garam asin dan nggak enak dilihat.” Sambil menjulurkan lidah mengejek, Sierra lalu berbalik pergi.

Mata Xavier membulat dan membara, ekspresinya sulit disembunyikan. “Dasar bocah ingusan! Beraninya bilang aku muka garam!” teriaknya marah, lalu dia berlari mengejar Sierra yang sudah mulai menjauh.

Sesaat kemudian Xavier kembali masuk ke dalam rumah menuju ruang makan. "ada apa bos?" tanya Ricardo. "Berani banget si sarang lebah mengatasi aku suami rasa garam. Dia kira aku ini dari lautan apa, kalau aku suami garam artinya aku asin dong." ucap Xavier yang membuat salah satu pelayan yang ada di ruang makan menahan tawanya.

"Tapi menurutku memang wajahmu seperti garam yang ada di lautan." kakek Abraham malah menimpali perkataan putranya.

"Apa maksud Ayah, kenapa ayah bilang Wajahku seperti garam, kalau aku seperti garam aku ini muda karatan." jawab Xavier sembari mencibir kan bibirnya.

"Ya tentu saja kamu Karatan, usia 30 tahun belum menikah, itu artinya apa? ya kan, Ya benar yang dikatakan oleh menantuku kalau kamu itu garam sudah tua karatan." jawab kakek Abraham yang kemudian meminum segelas air mineral. setelah itu pergi meninggalkan putranya yang ada di ruang makan.

Ricardo yang mendengar itu dia tidak bisa berkomentar, mereka berdua sudah berusia 30 tahun tapi sama-sama lajang, "Saya tidak bisa komentar bos, kita sama-sama berusia 30 tahun masih lajang pula." ucapnya. Ricardo kemudian menghabiskan segelas kopi yang dibuatkan oleh pelayan.

Salah satu pelayan yang ada di dapur kemudian memberitahu mengenai istri bos muda mereka yang begitu berani mengatai tuan muda Xavier suami rasa garam. hal itu membuat pelayan yang lain ikut tersenyum.

*bersambung*

1
Zheyra
lanjut
Herlina Susanty
lanjut thor smgt 😍💪
Zheyra
Xavier jual mahal banget
Zheyra
lanjut
shafrilla
terima kasih kak.
Rahma Inayah
mampir Thor moga bgus ceritanya lnjutkn
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!