Yansya diceraikan istrinya karena dia miskin. Setelah menjadi agent khusus, akankah hidupnya berubah menjadi lebih baik? atau menjadi semakin buruk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Penangkapan Fabian
Dalam sebuah ruangan rapat yang luas, Yansya menjelaskan strategi perburuan mereka secara detail. Ia menunjuk peta digital di dinding, menunjukkan titik-titik vital dan jalur pelarian Fabian. Yansya juga menjelaskan bagaimana setiap anggota tim harus bergerak.
"Fabian licik, tetapi dia juga predictable dalam kesombongannya," kata Yansya tenang, matanya menatap tajam ke arah peta. "Kita akan gunakan itu untuk menjebaknya."
Reno, yang kini duduk di barisan depan, mengangguk setuju dan sesekali mengajukan pertanyaan untuk memastikan tidak ada celah. Clara menyimak dengan serius, sesekali memeriksa senjatanya. David sibuk dengan layar tabletnya, mencari celah informasi yang mungkin terlewat. Maya dan Alex, di sisi lain ruangan, mempersiapkan peralatan mereka, siap untuk setiap skenario yang mungkin terjadi.
Semuanya bergerak serentak di bawah arahan Yansya, menunjukkan bahwa mereka bukan lagi sekadar tim, melainkan satu unit pemburu yang haus akan hasil. Mereka siap untuk misi besar pertama mereka sebagai Tim Predator.
Di tengah kesibukan yang luar biasa itu, ponsel Yansya bergetar, menampilkan nama Lisa di layar. Dengan senyum tipis, ia segera mengangkat panggilan, menarik diri sedikit dari kerumunan anggota tim yang masih berdiskusi. "Sudah sembuh, Nona?" tanya Yansya dengan nada menggoda.
Terdengar tawa ringan dari seberang telepon. "Tentu saja, Tuan Ketua Tim baru," balas Lisa, suaranya terdengar ceria. "Dan aku harap kamu tidak lupa dengan janji makan malam itu, karena perutku sudah sangat menantikan traktirannya."
Yansya tertawa kecil, melirik jam di pergelangan tangannya. "Bagaimana kalau nanti malam? Aku sudah tidak sabar menunggu, apalagi ada hadiah 10 miliar yang menanti di belakangnya," ucap Yansya, tanpa sedikit pun berusaha menyembunyikan sisi mata duitan dirinya.
Lisa hanya mendengus geli. "Makan malam itu hadiahmu, dan hadiah lain akan menyusul, jadi pastikan kamu tidak mengecewakanku, Yansya."
Yansya tersenyum penuh makna setelah mengakhiri panggilan. Bayangan "hadiah lain" yang disebutkan Lisa melintas di benaknya, menambah semangatnya berlipat ganda. Ia kembali bergabung dengan timnya, raut wajahnya menunjukkan perpaduan antara keseriusan dan antusiasme yang membara.
"Baiklah, Tim Predator," ucap Yansya, suaranya tegas namun penuh energi. "Kita punya target yang harus diselesaikan malam ini, jadi mari kita pastikan tidak ada satupun detail yang terlewat." Nada bercandanya sedikit mengendur, digantikan oleh aura kepemimpinan yang kuat. Hal itu menyiratkan bahwa meskipun ada janji pribadi yang lebih dalam, fokus pada misi tetap menjadi prioritas utama.
Rapat strategi pun berlanjut dengan intensitas tinggi. Yansya tidak henti-hentinya memberikan instruksi yang presisi. Ia memastikan setiap anggota tim memahami peran mereka dalam operasi penangkapan Fabian yang akan segera dilaksanakan.
Sesekali ia menoleh ke arah jendela, menatap langit yang mulai jingga, seolah sedang menghitung waktu yang tersisa sebelum malam tiba. Para anggota Tim Predator, yang awalnya skeptis, kini menunjukkan dedikasi penuh. Mereka terpukau dengan kemampuan Yansya yang tidak hanya cerdas, tetapi juga mampu memotivasi mereka dengan cara yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Suasana di ruangan itu dipenuhi oleh semangat juang yang membara, siap menghadapi tantangan apa pun yang akan datang.
Inilah dia, momen yang dinanti-nantikan. Misi pelacakan dan penangkapan Fabian akan segera dimulai. Semua mata tertuju pada Tim Predator, divisi terbaik yang kini dipimpin oleh Yansya. Mereka tahu hanya tim inilah yang memiliki kemampuan serta insting untuk menyelesaikan tugas sesulit ini, membawa kembali Fabian ke hadapan hukum.
Tim Predator langsung bergerak cepat. Clara dengan mata elangnya sudah berada di posisi strategis, mengamati setiap sudut kota dari ketinggian. Ia siap memberikan laporan pergerakan sekecil apa pun.
Sementara itu, Maya menyelinap di keramaian, berubah-ubah wujud demi menemukan celah informasi. Di kantor pusat, David dengan jari-jari lincahnya menari di atas keyboard, meretas setiap jaringan yang mungkin digunakan Fabian. Ia didampingi Reno yang terus-menerus memantau data, menyusun pola untuk mengantisipasi langkah Fabian berikutnya.
Semuanya terhubung dalam satu sistem komando yang ketat, dipimpin langsung oleh Yansya dari ruang kontrol utama. Ini memastikan setiap informasi yang masuk langsung dianalisis dan diteruskan ke lapangan.
Setiap menit yang berlalu, aliran data yang masuk ke pusat kontrol semakin deras. Laporan dari Clara mengenai sebuah mobil mencurigakan yang baru saja melewati pos pemeriksaan lama. Kemudian informasi dari Maya tentang percakapan samar di sebuah kafe terpencil. Hingga temuan David mengenai aktivitas akun online yang tiba-tiba aktif setelah berbulan-bulan senyap.
Semuanya dianalisis Yansya dengan kecepatan luar biasa. Ia menghubungkan setiap titik yang seolah tidak berhubungan menjadi sebuah peta pergerakan yang semakin jelas. Ini membawa mereka semakin dekat untuk akhirnya menemukan lokasi persembunyian Fabian, sang buronan utama yang selama ini menjadi misteri.
Dengan koordinasi yang sempurna, tim lapangan mulai bergerak. Alex memimpin unit penyergapan, diam-diam menyelinap melalui gang-gang sempit. Sementara Maya yang sudah berada di lokasi target, mengirimkan update visual secara real-time dari celah-celah kecil yang ia temukan.
Dari ketinggian, Clara memberikan pengamanan, memastikan tidak ada pergerakan tak terduga yang lolos dari pandangannya. Semuanya berjalan sesuai rencana Yansya yang begitu detail, menciptakan jaring yang tak terlihat namun kuat. Mereka siap untuk mengunci Fabian begitu ia mencoba melarikan diri dari perangkap yang sudah disiapkan.
"Target bergerak ke arah timur laut, melewati Pasar Induk!" suara Clara terdengar jelas melalui earpiece Yansya.
"Diterima, Clara," balas Yansya cepat. "Alex, Maya, persiapkan diri di titik penyergapan B. David, Reno, pantau semua CCTV di area itu, jangan biarkan dia lolos dari pandangan."
Suara-suara tanggapan singkat seperti "Siap!" dan "Roger!" saling bersahutan, menunjukkan kesiapan dan profesionalisme tim yang luar biasa. Setiap perintah Yansya dieksekusi tanpa ragu, menciptakan sinergi yang mematikan dalam perburuan mereka.
Jaring yang mereka bentangkan mulai mengencang. Setiap jalur pelarian Fabian sudah diprediksi, dan setiap sudut kota yang mungkin menjadi tempat persembunyiannya kini sudah terkepung oleh tim Yansya. Fabian, tanpa menyadarinya, sedang ditarik masuk ke dalam labirin yang tidak memiliki jalan keluar.
Karena di setiap langkahnya, ada mata-mata Tim Predator yang mengawasinya. Mereka siap untuk melancarkan serangan terakhir kapan saja, mengakhiri pelariannya yang sia-sia.
Namun, di tengah-tengah rentetan data dan laporan yang masuk, David menemukan sebuah anomali: komunikasi terenkripsi yang begitu rumit. Jaringan itu jauh di atas standar yang biasa digunakan mata-mata kelas kakap.
Setelah dianalisis lebih dalam oleh Reno, terungkaplah bahwa Fabian ternyata adalah kaki tangan dari "Maria". Maria adalah sebuah nama yang sangat ditakuti di dunia bawah. Ia adalah sosok misterius yang mengendalikan jaringan kejahatan internasional dan selama ini selalu berhasil lolos dari pantauan. Ini membuat misi penangkapan Fabian kini menjadi jauh lebih kompleks dan berbahaya dari yang dibayangkan.
Meskipun menyadari bahaya yang jauh lebih besar karena keterlibatan "Maria" dalam kasus ini, Yansya sama sekali tidak gentar. Justru tatapannya semakin tajam, karena baginya tantangan ini hanyalah bumbu penyemangat. Hal ini untuk membuktikan bahwa ia tidak hanya mampu menangani masalah internal, tetapi juga sanggup menghadapi ancaman dari dunia bawah yang paling kejam.
"Tak peduli siapa di belakang Fabian, dia akan tetap kita tangkap malam ini," ucap Yansya tegas, suaranya dipenuhi keyakinan yang menggebu-gebu. "Karena tidak ada buronan yang bisa lari dari Tim Predator."