NovelToon NovelToon
Theresia & Bhaskar

Theresia & Bhaskar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Teen Angst / Diam-Diam Cinta / Keluarga / Romansa
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Elok Dwi Anjani

Menyukai Theresia yang sering tidak dianggap dalam keluarga gadis itu, sementara Bhaskar sendiri belum melupakan masa lalunya. Pikiran Bhaskar selalu terbayang-bayang gadis di masa lalunya. Kemudian kini ia mendekati Theresia. Alasannya cukup sederhana, karena gadis itu mirip dengan cinta pertamanya di masa lalu.

"Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya. Aku yang bodoh telah menyamakan dia dengan masa laluku yang jelas-jelas bukan masa depanku."
_Bhaskara Jasver_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elok Dwi Anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Salah

Splash!! Bhaskar mengangkat kepalanya mendengar suara air dari bawa sedangkan rumahnya tidak ada krang selain dirinya.

"Siapa??" Ia beranjak ke arah kolam di bawah dengan mengerutkan keningnya karena tidak ada siapa-siapa, hanya saja sebuah bola voli yang masuk ke kolam hingga menimbulkan suara keras.

"Bola siapa?" Bhaskar mengambil bola tersebut dan melihat sekitarnya yang tidak terdapat apa-apa, tetapi sebuah ketukan pintu dari depan sepertinya akan menjawab pertanyaannya.

"Itu bola aku, bang. Maaf karena masuk ke rumah Abang, boleh kasih ke aku?" Seorang bocah laki-laki berambut lurus sedikit panjang itu terlihat gugup menatap raut wajah Bhaskar yang lesu. Menurutnya, itu mimik wajah sedikit geram karena ulahnya yang membuat Bhaskar akan memarahinya. Bahkan teman-temannya yang menunggu di balik pagar depan hanya diam saja, tidak ingin ikut dimarahi di sana jika itu terjadi.

"Ohh, lain kali jangan terlalu kuat mukulnya, kalau kena sesuatu terus rusak bisa jadi masalah." Bhaskar mengembalikan bola tersebut dan langsung menutup pintunya. Bocah-bocah itu terdiam sejenak, melihat sikap Bhaskar yang pelik.

Ia kembali menghampiri teman-temannya dengan melirik rumah tersebut. "Itu rumah Om yang kakak ceritain, tapi kok keluar Abang-abang sih. Apa kakak suka sama yang lebih muda?"

"Kamu jangan yang aneh-aneh, mana mungkin kakak suka yang lebih muda. Kayaknya bukan dia, deh."

Sementara itu, Bhaskar akan merebahkan tubuhnya di atas kasur, tetapi lagi-lagi mendengar sesuatu. Ia ingin istirahat, Bhaskar pindah untuk menenangkan pikirannya setelah kehilangan, bukan semakin terganggu dengan lingkungan ini. Padahal ia dibesarkan di lingkungan tersebut, namun sekarang malah terus membuatnya terusik.

"Apa apa lagi sih, Cil." Bhaskar membulatkan matanya melihat siapa yang mengetuk pintunya. Dia tertegun melihat seorang gadis membawa mangkok di atas nampan yang terdapat sup. Karena tidak percaya, ia mengucek matanya, menjentik kepala, bahkan mencubit dirinya sendiri. "There?"

"Maaf ganggu, gua tinggal di sebelah rumah lo, ini dari nyokap gua. Buruan ambil, cape tahu nggak kayak gini terus," ucap gadis tersebut.

Buru-buru Bhaskar mengambil mangkok tersebut dan meletakkannya di meja dekat pintu. Saat gadis itu akan berbalik, ia langsung memeluknya dari belakang dengan meneteskan air matanya. "Kenapa lo ninggalin gua, Re? Gua kangen."

Sontak gadis itu merinding mendengar suara bahkan di belakangnya yang mendadak memeluknya dengan erat, ia memberontak dan menyikut perut Bhaskar sehingga laki-laki itu melepaskannya. "Brengsek! Ngapain lo kayak gitu hah? Gila ya? Dikasih bukannya makasih, malah ngelecehin. Gua aduin Pak RT lo."

Gadis tersebut langsung berlari, meninggalkan Bhaskar yang mematung di tempat. Ia tidak percaya jika Theresia mengucapkan hal tersebut, lebih-lebih lagi tidak mengenalnya. "Dia nggak ingat gua?"

"Bang! Mau ikut main nggak?" Bhaskar menoleh melihat bocah yang sebelumnya mencari bola ke rumahnya. Ia pun menghampirinya, dan memegangi kedua bahu bocah tersebut yang membuatnya ketakutan dengan sikap Bhaskar yanh tiba-tiba. "Cewek di sebelah rumah Abang yang rambutnya pendek, tadi siapa, Cil? Kamu kenal?"

"Hah? Ohhh, itu Kak Serena. Pindahan setahun yang lalu. Kenapa, bang? Abang suka?" Bocah itu mengerutkan keningnya bingung melihat reaksi Bhaskar yang kini memijit pelipisnya, ia benar-benar bingung.

"Itu pak orangnya." Tunjuk seorang gadis yang sangat mirip dengan Theresia.

Para bocah-bocah itu yang bermain seketika terhenti melihat Pak RT dan beberapa warga menghampiri Bhaskar. Wajah mereka seperti sedang kesal ke arah Bhaskar yang kini semakin kebingungan. "Ada apa ya, Pak?"

"Bapak dengar kamu tiba-tiba peluk peluk Serena tadi," ucap seorang pria berkumis lebat yang merupakan Pak RT.

Baru pahamlah Bhaskar, ia menghampiri Serena yang melangkah juga kearahnya dengan raut wajah berani. Gadis itu memang sangat mirip dengan Theresia, tapi tidak dengan cara berpakaian yang terbilang bak laki-laki. "Apa lo? Mau lawan gua?"

Ketika Bhaskar menundukkan kepalanya, para warga dan bocah-bocah yang melihatnya ikut kebingungan. Bhaskar kini menyadari kesalahannya, ia mungkin terlalu memikirkan Theresia sehingga seperti ini. Dulu, saat memikirkan masa lalunya juga berimbas ke Theresia. Kini, ia tidak ingin mengulangi perbuatannya.

"Maaf, dan saya meminta maaf juga ke bapak serta ibu. Saya tidak bermaksud apa-apa, saya hanya terkejut melihat perempuan ini sangat mirip dengan orang yang saya kenal. Sekali lagi, saya mohon maaf ya sebenar-benarnya. Saya tidak akan mengulanginya lagi, saya janji."

"Halah, boongan, cowok kayak lo mana bisa dipercayai. Paling sekarang bersikap sopan, nanti pasti beda lagi," sahut Serena.

"Ada apa ini, Pak, Bu?" Om tiba-tiba ada datang setelah keluar dari mobil dan melangkah menghampiri ponakannya yang sepertinya mengalami masalah. "Ini ponakan saya, baru saja datang ke sini."

"Ini ponakan kamu, Li?" tanya Pak RT ke arah Om yang menganggukkan kepala sembari menepuk bahu Bhaskar.

"Ini Bhaskar, Pak. Dia ingin beberapa hari tinggal di sini." Om mendadak terpaku pada gadis yang tidak jauh darinya. "Maaf, nama kamu siapa?"

"Serena," jawab Serena.

"Kamu benar-benar mirip sam-"

Bhaskar langsung meninggalkan tempatnya ke arah rumah dengan mata penuh kekesalan. Lagi-lagi ia membuat kesalahan seperti ini. Ia semakin kesal ketika menyadari di lingkungan rumahnya ternyata ada seseorang yang sangat mirip dengan Theresia.

"Ehm... Maaf, Pak. Apa terjadi sesuatu atau Bhaskar melakukan sesuatu?" Om bingung dengan raut wajah para warga yang menatapnya.

"Kami di sini sangat senang dengan kamu Liam. Tapi ponakan kamu sepertinya harus diperhatikan, Serena bilang ke saya kalau Bhaskar tiba-tiba memeluknya."

Seketika Om melirik Serena yang kesal, bahkan tatapan gadis itu sangat tidak mengenakkan melihat Bhaskar memasuki rumah. "Maaf, Pak, Bu, dan juga Serena. Saya sekarang paham maksud bapak dan ibu seperti ini. Tapi tampaknya Bhaskar salah orang dan-"

"Maaf ya, Pak? Bapak bisa mendukung ponakan bapak itu sekarang dan menyelesaikan masalah saya dengan dia, tapi jika sikap dia dibiarkan tidak senonoh seperti ini. Itu juga berakibat ke sifat dan ke perempuan lainnya," potong Serena. Gadis itu tidak ingin jika laki-laki itu terus dianggap tidak sengaja padahal melakukannya secara sengaja.

"Iya, saya tahu maksud kamu, tapi-"

"Ponakan kamu itu masih muda, kan? Masih sekolah sepertinya, kenapa tidak kamu didik dengan baik dia, Li? Kamu juga seorang kepala sekolah." Kini salah satu warga itu bersuara.

"Bhaskar sedang menenangkan diri setelah kehilangan, Pak." Merasakan orang-orang di sekitarnya butuh penjelasan, Om mulai menjelaskan. "Bhaskar memang masih muda, perlu banyak bimbingan dan pendidikan, tapi kali ini, ini benar-benar salah paham. Saya meminta maaf sebesar-besarnya ke Serena dan kedua orang tuanya atas tindakan ponakan saya, saya juga berjanji tidak akan membiarkan Bhaskar melakukan hal itu lagi. Sekarang yang Bhaskar butuhkan hanyalah ketenangan, dia kembali ke rumah mamanya setelah kehilangan orang yang dia cintai."

"Mamanya? Dia anaknya almarhumah Bu Aria?" tanya seorang wanita.

"Iya, Bu. Bhaskar juga tidak sekolah terlebih dahulu karena sekarang pikirannya benar-benar terganggu akan kehilangan dan juga masa lalunya. Sekali lagi, saya mohon maaf atas sikap Bhaskar." Om menundukkan kepala.

"Jadi dia anaknya almarhumah Bu Aria dan almarhum pak Nova, saya tidak bisa mengenalinya karena sekarang dia sudah besar. Dan tindakan itu benar-benar tidak sengaja."

Serena terdiam mendengar pembicaraan Om dengan para warga. Ternyata laki-laki itu benar-benar tidak sengaja. "Saya minta maaf juga karena telah memotong pembicaraan."

Om bernapas lega setelah menyelesaikan permasalahan yang tiba-tiba mendesak Bhaskar. Ia tidak menyangkal akan datang dan mendapati ponakannya yang dikepung oleh para warga.

......••••......

...Bersambung....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!