Dulu aku menangis dalam diam—sekarang, mereka yang akan menangis di hadapanku.”
“Mereka menjualku demi bertahan hidup, kini aku kembali untuk membeli harga diri mereka.”
“Gu Xiulan yang lama telah mati. Yang kembali… tidak akan diam lagi.”
Dari lumpur desa hingga langit kekuasaan—aku akan memijak siapa pun yang dulu menginjakku.”
“Satu kehidupan kuhabiskan sebagai alat. Di kehidupan kedua, aku akan jadi pisau.”
“Mereka pikir aku hanya gadis desa. Tapi aku membawa masa depan dalam genggamanku.”
“Mereka membuangku seolah aku sampah. Tapi kini aku datang… dan aku membawa emas.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
Ulan duduk di ruang tamu rumah kepala desa, dengan tubuh kaku dan jemari yang saling mencengkeram erat di pangkuannya. Kursi rotan reyot tempatnya duduk terasa terlalu sempit untuk seluruh kegelisahannya. Suara pintu ditutup pelan di belakangnya,keluarga kepala desa telah pergi setelah diperintahkan, tapi atmosfer berat masih menggantung tebal di udara.
Tak lama kemudian, langkah kaki yang mantap dan terukur terdengar mendekat.Dia pikir itu kepala desanya tapi,langkah seperti itu... bukan milik orang desa. Dan ketika sosok pria itu muncul di ambang pintu, Ulan seketika tahu dirinya telah salah besar.
Dia..
Glek.
Jiang Weiran berdiri dengan tubuh tegak dan bahu yang seimbang sempurna, kini mengenakan pakaian bersih dan rapi. Bajunya masih sederhana, tapi lipatan dan caranya mengenakannya memancarkan disiplin. Sikap tubuhnya tidak lagi lesu, wajahnya pun tak lagi bingung seperti sebelumnya. Sorot matanya tajam seperti pisau yang sudah diasah, menghujam tepat ke arah Ulan.
Ulan tertegun.
Tenggorokannya tercekat, lalu ia tanpa sadar batuk pelan, seperti ingin membuang rasa sesak di dadanya. Dia tahu, pria di hadapannya bukan orang sembarangan. Posturnya terlalu sempurna. Matanya terlalu tenang. Langkahnya terlalu ringan namun pasti.
Weiran duduk di kursi di seberangnya. Tangannya dilipat santai di depan dada, tapi aura tubuhnya seperti menahan ruangan agar tetap dalam garis. Seolah-olah Ulan adalah tahanan yang sedang diinterogasi, bukan seorang gadis desa yang sebelumnya hanya ingin menyelamatkan diri dari cengkeraman keluarganya sendiri.
"Aku ingin tahu," kata Weiran, suaranya tenang tapi tajam.
"Aku korban di sini!" Ulan berseru dengan suara yang sedikit bergetar, kedua tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya. “Kau yang menarikku masuk! Kau yang...”
"Aku yang menarikmu masuk?" Weiran menyela dengan suara dingin, datar, seperti batu yang terhempas di air. “Gadis kecil, kau benar-benar tidak tahu dengan siapa kau berurusan.”
Sorot matanya tidak menunjukkan amarah,yang justru membuat tekanan semakin menusuk. Ia mengamati wajah Ulan dengan tajam, lalu menghela napas, matanya menyipit.
“Aku mencium aroma yang tak seharusnya ada di rumah itu. Obat. Bukan sembarang obat, tapi jenis perangsang ringan . Dicampur menjadi bentuk asap. Dosisnya rendah, tapi cukup untuk membuat orang kehilangan kendali tanpa sadar sepenuhnya.”
Ulan tertegun. Wajahnya memucat.
“Dan anehnya…” lanjut Weiran sambil menunduk sedikit, “kau datang secara tiba-tiba, mengetuk pintu dengan suara keras, dan ketika tidak dibukakan, kau justru membuat keributan agar didengar. Lalu kau berteriak seolah dalam bahaya… setelah kau sendiri yang merobek pakaianmu.”
“Kau pikir aku tidak tahu? Aku pernah menginterogasi mata-mata jauh lebih licik darimu.”
Ulan membuka mulutnya, tetapi tidak ada suara keluar. Tangannya terangkat setengah, ingin membela diri, ingin mengelak, ingin mengatakan kebenaran… tapi lidahnya kelu.
"siapa kau sebenarnya?" tanya weiran dengan serius.
"Aku... aku...aku...
"Aku adalah seorang kapten, Jadi kau adalah mata-mata untuk menyelidiki aku, benar begitu?"
“Apa kau dikirim oleh pihak luar? Untuk menjebakku?” suara Weiran menurun, namun makin tajam. “Siapa dalangmu? Keluarga Gu? Pihak dari luar desa? Berapa bayaranmu?”
“Tidak… aku… bukan seperti itu…” Ulan akhirnya bicara, tapi suaranya sangat lirih. “Aku hanya ingin…”
ulan langsung patah hati.
Air matanya jatuh begitu saja. Dia menggigit bibirnya keras-keras, berusaha tidak menangis, namun matanya sudah basah, suara napasnya tercekat.
“Kau… seorang kapten?” tanyanya dengan suara tercekat. “Seorang… prajurit?”
Mau bagaimana lagi, rencananya ingin menjebak paman lu, tapi sebenarnya yang terjebak sebenarnya adalah ikan besar.
Seorang kapten lagi.
Weiran tidak menjawab dengan kata-kata. Ia hanya mengangguk perlahan. Dan anggukan itu menghantam Ulan lebih keras daripada tamparan.
Ulan melangkah mundur satu langkah, bahunya gemetar. “Aku.. huhuhu .. aku..hanya ingin… bebas. Aku tidak tahu kau siapa… aku tidak tahu ini akan terjadi…”
Tapi semua sudah terlanjur. Tidak ada kata yang bisa menarik kembali kejadian yang terjadi ,atau apa pun yang telah dia rencanakan sebelumnya.
Dia jatuh duduk kembali di kursi, menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Tangisnya tertahan, suara isaknya nyaris tidak terdengar. Tapi tubuhnya bergetar.
Weiran menatapnya lama. Tak ada amarah, hanya ketegangan yang dalam. Tapi dia tidak berkata apa-apa lagi.
Ulan dengan terpaksa menceritakan kronologis kenapa dia melakukan tindakan tidak terpuji seperti itu. dia juga menyebutkan alasan kenapa targetnya menjadi paman lu, bukan orang lain .
Ulan menangis tersedu-sedu ketika menceritakan.
Meskipun malu dia terpaksa adapun kepala desa dan paman lu sendiri hanya bisa geleng-geleng kepala dengan keberanian Ulan.
Singkatnya, kepala desa memarahi Ulan karena sudah kurang ajar. tapi di sini paman lu malah bangga karena dia adalah seorang wanita desa tapi memiliki keberanian untuk merubah takdirnya sendiri , meskipun caranya tidak begitu etis.
Jarang ada gadis yang memiliki kemauan seperti itu terlebih lagi Ulan yang notabene adalah seorang gadis desa. gadis yang bahkan tidak pernah keluar dari desa mereka.
Memikirkan masalah ini, Paman lu tiba-tiba berkata"aku akan menghargaimu tapi menikahimu minta maaf, Paman sudah tua hehehe. tapi bagaimana jika Paman mengangkatmu sebagai anak angkat Hem?"
"Putri angkat?"
"Ya Putri angkat statusnya masih lebih baik. jika kau menjadi putri angkat paman, secara otomatis orang tuamu tidak memiliki hak lagi mengatur hidupmu. Paman juga tidak akan pernah memaksamu untuk menikah jika kau tidak suka. bagaimana menurutmu , Ulan bagaimana kakak?"
Kepala desa yang ditanyai oleh adik bungsunya ini awalnya tidak setuju dengan ide itu. Tapi kemudian dia memikirkan betapa malangnya nasib Ulan.
Sebenarnya pernikahan yang diatur oleh keluarga sudah rutin dilakukan di desa desa termasuk desa mereka. Jadi apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya ketika menerima mahar kemarin adalah benar .
Tapi jika karena hal itu membuat keluarga mereka berniat untuk menjualnya dalam tanda kutip, ini sudah melanggar norma dan juga melanggar aturan dari negara.
Keluarga gu bisa ditindak jika hal ini bisa dibuktikan.
Apa yang dikatakan oleh kepala desa adalah sama seperti apa yang dipikirkan oleh weiran.
Daripada repot-repot menjebak orang lain untuk menikah lebih baik melaporkan masalah ini ke kantor polisi.
Tapi Ulan sangat tidak setuju.
Dia berkata " aku bisa saja melaporkan masalah ini ke polisi , keluargaku akan dihukum sebentar. tapi apakah itu bisa menjamin mereka tidak akan melakukannya lagi setelah itu? Aku adalah seorang gadis yang satu hari memang harus menikah. Kepala desa aku benar-benar tidak ingin menikah, baik sekarang maupun nanti .aku aku tidak bisa punya anak, jika menikah pun mungkin aku akan diremehkan"
Ulan menangis sedih.
Tapi dia lagi-lagi sebenarnya berbohong.
Siapa yang mengatakan Jika dia sebenarnya tidak bisa memiliki anak. Buktinya setelah menikah, seharusnya dia bisa melahirkan dua anak tapi sayang anak itu adalah perempuan jadi dia tidak dihargai di rumah mertuanya.
Ulan cukup pandai berbohong tapi ,Weiran bukan sosok yang bisa dibohongi Dia adalah orang yang sering mengintrogerasi musuh sangat pandai membaca riak wajah seseorang.
Dengan cara seperti itu dia bisa mengetahui jika Wulan adalah gadis yang licik dengan penuh strategi di otaknya.
Gadis ini.. ckckck.
Tapi apapun itu alasan ulan sebenarnya adalah hal yang masuk akal .
Ulan memandang paman lu dan berkata" apakah menurut Paman jika aku menjadi Putri angkatmu aku bisa menghindari pernikahan yang disodorkan oleh keluargaku? bisakah aku mengelak ketika mereka ingin melakukan sesuatu kepadaku misalnya meminta uang?"
Paman lu terdiam lagi mendengar pertanyaan ini.
Ada banyak kasus di pedesaan di mana gadis-gadis menikah dikatakan sebagai air yang sudah dibuang. Tapi sebenarnya gadis itu menikah dan masih bisa digunakan untuk menarik uang dari rumah suami ke rumah kelahiran sendiri.
Memang ada satu atau dua gadis yang menolak untuk melakukan itu tapi mereka akan disebutkan sebagai anak yang tidak berbakti ,serigala bermata putih dan sebagainya.
lagipula jika terjadi sesuatu di rumah suami ,hanya ada keluarga kelahiran yang akan membantunya.
Ada banyak gadis seperti itu . Ketika mereka diminta untuk mengumpulkan uang dari keluarga mertua, gadis gadis ini bahkan rela menjual Putri mereka sendiri.
Huh.
Jadi pertanyaan ulan tadi sangatlah masuk akal.
Jika pun Ulan diambil sebagai Putri angkat oleh paman lu, mereka masih tinggal satu desa yang sama. Akan ada waktunya nenek atau ibu kandungnya yang meminta uang, bagaimana mungkin Ulan bisa menolaknya.
Mereka juga masih bisa memaksakan pernikahan ulan dengan berdalih , hubungan darah
Ulan langsung kepikiran untuk memukul keluarganya jika berani datang ke pintu.
Tapi tetap saja pada saat itu statusnya masih seorang gadis lajang.
Beda lagi jika dia adalah istri seseorang atau lebih bagus adalah janda.
Tidak ada yang bisa memaksakan pernikahannya pada saat itu.
Jadi janda Paman lu, selain bisa memiliki rumah dan tanah miliknya. Dia juga memiliki kepala desa sebagai pelindung.Janda terkadang bisa marah bahkan memukul keluarga kelahirannya jika mereka mau. Beda dengan para gadis yang memiliki watak dan harus menjadi lembut.
Oh Ulan sendiri tidak tahu harus bagaimana menghadapi keluarga kelahirannya sendiri.
Benci memang benci tapi tidak ada niatan untuk membunuh mereka dengan sengaja. Benar saja kata pepatah hati sebenarnya terbuat dari sepotong daging.
Ulan tidak mau menyembunyikan rencananya meskipun dia merasa sedikit malu.
Paman lu yang tersipu-sipu ketika mendengar Ulan bersedia menjadi istrinya meskipun hanya di atas kertas. Setia kepadanya sampai kematian.
Ehem ehem...
Ehh...
"kalian lupa dengan satu hal?" kata Jiang Weiran.
"Apa?"kepala desa pun sepertinya sedang melupakan sesuatu.
"kejadian tadi bener-bener memiliki saksi mata yang tidak bisa diganggu gugat.Hem bagaimana cara kalian membungkamnya?"
Ohh jalan buntu lagi.
Pada akhirnya empat orang berbicara panjang lebar tentang bagaimana menyelesaikan masalah ini. pembicaraan berlangsung alot dan tidak berakhir sampai tiba-tiba , ayah Ulan datang ke pintu.
Nenek lah yang membuka mulut pertama kali.
Matanya penuh dengan kemarahan dan dia langsung menarik Ulan dengan keras,"jalang apalagi yang kau lakukan hah?"
"nyonya tua, sabar ulan sedang tidak sehat, dia...
Nenek memang sudah kehilangan kesabaran menghadapi ulan. Dia sudah merencanakan nya dengan bagus, tapi apa yang terjadi hari ini.
Meifen datang ke rumah untuk mengabari jika Ulan dilecehkan di rumah pria tua.
Huh bagaimana mungkin dilecehkan oleh pria tua Jika dia tidak mengomporinya.
Apakah Ulan tau sesuatu?
Ulan dipukuli oleh neneknya tanpa bisa melawan.Tapi itu hanya sesaat, sesaat setelahnya dia langsung balas memukuli nenek dengan keras.
Plak...
Nenek memegang wajahnya yang memerah akibat tamparan dari Ulan. Gadis patuh yang lugu dan lemah sebenarnya berani menampar dirinya.
"gadis sial ,apa kau sudah memakan hati macan. berani-beraninya kau menampar nenekmu sendiri?"kata ayah Ulan.
Ayah Ulan marah besar melihat ibunya dipukul oleh putrinya sendiri. Tapi sebagai laki-laki dia tidak akan pernah mengangkat tangannya kepada wanita. Jadi dia hanya mengumpat dengan mata merah.
Ulan juga terpana dengan tindakannya sendiri.. dia... dia sebenarnya bisa memukul nenek.
Ohh rasanya ...rasanya sangat enak.
"Ulan..!!" pekik nenek yang tidak terima di tampar.
Ulan yang sudah kepalang basah tidak peduli dengan amarah nenek. Kali ini dia harus memperjuangkan dirinya saya sendiri dan benar kata weiran, Jika dia ingin membela diri maka lakukan secara pribadi dan jangan merugikan orang lain.
Yah Ulan sudah hilang akal dan dia menjerit ketika dia menampar neneknya lagi lagi dan lagi.
Akhirnya wanita tua itu tidak bisa menanggung rasa sakit dari gadis seperti Ulan.
Yang bisa dia lakukan setelah itu hanyalah menangis.
"Ya Tuhan cucu macam apa yang kau berikan kepadaku Ya Tuhan..!!"
"kepala desa lihatlah, ada cucu yang berani menampar neneknya, bagaimana aku bisa hidup jika orang lain tahu, huhuhu "
Ulan sakit hati mendengar tangisan itu dan dia juga menangis histeris.
"kepala desa , jika kau tidak bisa menjadi hakim yang adil, Aku bersumpah akan mati di depan pintu rumahmu besok pagi.Aku...gu Xiulan, bersumpah"
Ulan sekarang serius.
Kelahiran kembalinya harus menjadi sia-sia. tapi jika dia harus mati lagi kali, benar-benar tidak akan ada penyesalan.
Dia benar-benar menangis dari dalam lubuk hatinya sendiri. mengingat kepedihan di kehidupan sebelumnya dan juga mengingat kegagalan di kehidupan ini.
Gagal untuk menghindar.
Dia pasrah .
Tapi...
"Ok,aku akan menikah, Hem paman lu, aku akan menikah dengan Putri angkat mu. Kau setuju kan?"
Ehh.
Ulan bahkan nenek pun berhenti menangis mendengar kata kata weiran.
Menikah?
Benar kah?
Kapan ulan jadi putri angkat lu tua?