Surat Cinta Untuk Alana

Surat Cinta Untuk Alana

Bab 1 | Anak baru

"Na, ayo cepetan ikut."

Sisi menarik paksa tangan Alana yang masih fokus menyalin pelajaran dari papan tulis, membuatnya menggebrak meja dengan kasar.

"Apaan sih! Nggak liat orang lagi sibuk?" Tangannya menarik alat tulis dan berpindah duduk di bangku paling depan.

"Minggir!" Bentaknya pada seorang siswi yang duduk di sana.

Sisi masih terpaku di tempat, dia menatap Alana tanpa berkedip. Beberapa saat kemudian dengan semangat, gadis itu kembali menghampiri sahabatnya dan membujuk agar mau ikut keluar kelas.

"Ayo dong, Na. Bentar aja, lagian nggak ada guru juga. Ini penting banget, aku baru dapet info dari kelas sebelah. Ada "prince charming" di ruang tata usaha, katanya pindahan gitu. Eh tahu nggak, dia ganteng banget, Na. Nih liat, kasep pisan euy. Liat, Na." Sisi memperlihatkan layar handphone tepat di depan wajah temannya yang masih sibuk menulis.

Alana menarik napas panjang, lalu menatap Sisi dengan wajah merah padam, tangannya sudah menggenggam erat hingga terlihat jelas buku-buku jarinya.

Vio yang melihat itu, segera berlari ke depan dan menarik Sisi keluar sebelum ada gunung meletus di kelas mereka.

Alana kembali melanjutkan aktivitas yang sempat terjeda, dengan cepat dia menyelesaikan pekerjaannya sebelum bel pergantian pelajaran berbunyi.

"Makasih," ucapnya ketus pada dua siswi yang duduk berhimpitan di sampingnya. Dia kembali ke tempat duduk di barisan paling belakang dekat dinding. Tempat favorit dan tak ada satu pun teman yang berani mengusiknya untuk pindah.

Sesuai prediksi, bel berbunyi nyaring. Sisi dan Vio berlarian masuk kelas dengan wajah penuh keringat namun senyuman tak pudar dari wajah mereka. Sisi langsung duduk di samping Alana dan kembali memperlihatkan layar ponselnya.

"Nih, Na. Ganteng banget kan? Katanya sih dari Mahardika. Plot twist-nya, dia juga kelas XI sama kayak kita. Semoga aja dia masuk di kelas ini." Sisi menangkupkan kedua telapak tangannya dengan mata terpejam.

Alana tak menggubris celoteh temannya, dia mengeluarkan buku dan alat tulis sesuai jadwal.

Tak berselang lama, seorang guru wanita yang anggun berjalan memasuki ruang kelas. Sisi dengan cepat kembali duduk di samping Vio, tepat di depan Alana yang duduk seorang diri.

"Selamat pagi anak-anak, bagaimana kabar kalian? Sudah belajar?" Guru itu tersenyum lembut mengedarkan pandangannya.

"Kaya ada bau-bau nggak enak ini mah. Gimana?" Bisik Sisi diikuti gelengan lemah dari teman sebangkunya.

"Mati-lah kita." Mereka berdua menepuk kening bersamaan, menciptakan bunyi yang cukup nyaring dalam suasana kelas yang hening.

Bu Ines menatap kedua siswi yang kini menunduk.

"Sisi, Vio. Ada apa? Kalian tidak belajar?" Suaranya membelah kabut ketegangan yang tiba-tiba muncul di ruang kelas.

Baik Sisi maupun Vio sama-sama menggeleng lalu memaksakan senyuman.

"Oke, kita lanjut ya. Simpan semua buku dan letakkan ponsel kalian di meja saya, se-ka-rang!"

Seperti biasa, yang duduk paling depan bertugas mengumpulkan.

"Mana hp-mu, Si? Cepet sini, keburu ngamuk tuh." Vio merebut benda pipih di tangan temannya lalu menyerahkan pada siswa yang masih berdiri di dekat mereka.

Tanpa diminta, Alana sudah meletakkan ponselnya di ujung meja. Dengan tenang, dia mulai mengerjakan soal demi soal yang diberikan guru tanpa kesulitan. Dia termasuk salah satu murid berprestasi di SMA Bhayangkara ini. Sejak awal masuk, Alana sudah menjadi buah bibir di kalangan guru bahkan sesama murid karena nilainya yang cukup memuaskan.

Detik demi detik berlalu, suara peringatan dari guru mulai terdengar santer di telinga.

"Tiga menit lagi harus dikumpulkan. Kalau tidak, akan Ibu beri nilai nol."

Seisi kelas mulai ribut, terlebih Sisi dan Vio yang melirik ke belakang, berharap Alana akan memberi contekan.

Dengan anggun, gadis itu berdiri dan berjalan melewati meja kedua temannya.

"Makanya belajar." Alana tersenyum kecil dan melenggang ke meja guru diiringi senyuman kecut dari sahabatnya.

"Waktu habis, cepat kumpulkan. Ibu hitung mundur ya, 3 ... 2 ... "

Suasana kelas semakin kacau, terlebih barisan cowok yang mayoritas tak pernah belajar dan lebih mementingkan penampilan.

"Apaan ngitung dari tiga, pelit amat sih." Rio mengumpat pelan dengan keringat di kening. Tangannya gerak cepat menulis jawaban hasil mengarang, entahlah memang sepertinya sudah tradisi turun temurun jika pelajaran Matematika adalah ilmu pasti yang terkadang menjadi momok paling menakutkan di sekolah.

"Waktu habis. Oke, semua sudah mengumpulkan ya, Ibu harap nilai kalian lebih baik dari pertemuan kita sebelumnya. Untuk kali ini ... "

Suara ketukan membuat guru dan seisi kelas menatap ke arah pintu yang tertutup. Bu Ines, si guru Matematika itu beranjak membukakan pintu lalu mempersilahkan masuk.

Ruang kelas yang tenang, kembali riuh oleh suara penghuninya yang saling bersahutan.

"Tuh kan, Sisi emang paling bener kalau ngasih info." Vio hanya mengacungkan ibu jarinya dengan senyum getir.

"Baik anak-anak, kelas kalian kedatangan teman baru ... perkenalkan namamu, Nak," ucapnya lembut pada seorang siswa yang terlihat berdiri santai dengan seragam yang berbeda.

Dia mengangguk lalu sedikit melangkah maju, mengedarkan pandangannya lalu menyebut identitas dengan percaya diri.

"Halo semua, kenalin namaku Manggala Putra, kalian bisa panggil aku Gala. Aku pindahan dari SMA Mahardika dan mohon kerja samanya. Terima kasih."

Seisi kelas mulai ribut, terlebih para siswi yang kagum melihat penampilan anak baru yang cukup keren dengan wajah ganteng dan hidungnya yang mancung.

"Semua tenang. Baik Gala, kamu boleh duduk di ... " Bu Ines mengedarkan pandangannya lalu menunjuk ke barisan paling belakang.

"Nah, kamu duduk di samping Alana ya."

Mendengar itu, Alana segera berdiri.

"Maaf, Bu. Ini sudah ada yang nempatin."

"Vi, mundur sini, cepet." Kaki Alana berhasil menggoyangkan kursi Vio yang duduk tepat di depannya.

"Nggak ada protes-protesan. Gala, kamu duduk di sana ya. Kita akan lanjutkan materi."

Dengan kesal, Alana tak sedikit pun menoleh saat teman barunya duduk dan mengajak berkenalan. Berbeda dengan Sisi yang berulang kali menoleh ke belakang lalu mengulurkan tangan, dengan centil dia menyebutkan namanya.

"Hehe, maaf ya." Vio tersenyum simpul lalu menarik Sisi agar kembali menghadap ke depan.

Pelajaran kembali berlangsung tanpa ada keributan lain hingga bel tanda istirahat berdering.

Alana dengan cepat berdiri dan pergi begitu saja, membuat Sisi dan Vio buru-buru mengejar.

"Na ... tungguin!" Namun Alana tetap melangkah keluar kelas tanpa sedikit pun menoleh.

"Lah, ke mana tu orang? Bentar doang udah ngilang aja." Sisi dan Vio celingukan di depan kelas mencari sosok temannya yang kini entah di mana.

"Kantin, ya kita ke kantin coba. Mungkin dia lagi kelaperan jadi buru-buru." Sisi menarik tangan Vio ke arah kantin.

Sementara itu di lain tempat, tepatnya di aula yang sepi, Alana duduk seorang diri dengan tangan menggenggam erat sebuah botol minum.

Wajahnya memerah tanda tengah menahan amarah yang siap meledak kapan pun. Ponsel di sampingnya bergetar menampilkan sebuah nama, namun gadis itu tetap pada posisinya dan kembali mengatur napas meredakan gejolak emosi di dada.

Sisi menggeleng setelah mencoba berulang kali menghubungi Alana namun tak ada hasil. Dia dan Vio kembali mengedarkan pandangan ke penjuru kantin berharap sahabatnya ada di antara pengunjung kantin yang saling berdesakan.

"Ah, bodo amat. Aku laper nih, mau makan apa, Vi?" Sisi menepuk lengan Vio yang masih menggenggam ponsel, mereka menuju salah satu pedagang lalu ikut mengantri di sana.

Di dalam kelas, Gala hanya duduk sambil memainkan ponsel di tangan. Beberapa siswa menatap lalu mengajaknya kenalan.

"Hai, Bro. Kenalin gue Rio, ini Adit sama Juna." Mereka saling berjabat tangan. Tak butuh waktu lama, keakraban langsung muncul membuat obrolan mereka semakin santai.

"Bro, lo kudu ati-ati sama Alana, dia tuh singa di kelas kita. Pokoknya tu cewek 'senggol bacok' deh." Rio memberikan wejangan pada teman barunya, mengingat Alana tak seperti cewek kebanyakan yang akan luluh oleh tampang.

Gala hanya mengangguk tapi senyum tipis menghiasi sudut bibirnya.

Se-mengerikan apa tu cewek?

Batin Gala dengan wajah penasaran.

*

Terpopuler

Comments

Dwalkii

Dwalkii

Wah, keren banget, Kak! Aku yang biasanya nggak baca genre seperti ini justru menikmati banget novel Kakak. Kata-katanya rapi, alurnya mengalir natural, nggak terasa buru-buru. Pokoknya aku bener-bener menikmati baca Bab 1 ini! 😊

seperti nya alana dan gala ini, yang jadi pusat cerita/Proud/

2025-06-17

1

✍️⃞⃟𝑹𝑨 Mama Mia 💃

✍️⃞⃟𝑹𝑨 Mama Mia 💃

dari permulaan ok.
bahkan jauh lebih baik dari saat aku menulis pertama kali.
semangat. pembaca akan berdatangan pada akhirnya

2025-06-15

1

Nadin Alina

Nadin Alina

Halo kak, salam kenal kak🤗

2025-05-31

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 | Anak baru
2 Bab 2 | Singa betina
3 Bab 3 | Tragedi toilet sekolah
4 Bab 4 | Aula dan trauma
5 Bab 5 | Janji semu
6 Bab 6 | Kabar tak terduga
7 Bab 7 | Liontin hati
8 Bab 8 | Gala dan Galih
9 Bab 9 | Sepucuk surat
10 Bab 10 | Pertemuan pertama
11 Bab 11 | Si pengamat
12 Bab 12 | Barang bukti
13 Bab 13 | Dies natalis
14 Bab 14 | Taman kota
15 Bab 15 | Pelukan hangat
16 Bab 16 | Ma, are you okay?
17 Bab 17 | Rahasia lama
18 Bab 18 | Patah
19 Bab 19 | Suasana baru
20 Bab 20 | Puisi
21 Bab 21 | Joging
22 Bab 22 | Saran Gila
23 Bab 23 | Kopdar
24 Bab 24 | Ungkapan hati
25 Bab 25 | Makhluk ajaib
26 Bab 26 | Dia kembali datang
27 Bab 27 | Trending topik
28 Bab 28 | Angkringan
29 Bab 29 | Dilema
30 Bab 30 | Kota gudeg
31 Bab 31 | Nostalgia
32 Bab 32 | Dia dan rasa
33 Bab 33 | Papa
34 Bab 34 | Kurir
35 Bab 35 | Buket bunga
36 Bab 36 | Sugar baby
37 Bab 37 | Persaingan ketat
38 Bab 38 | Dalang kegaduhan
39 Bab 39 | Berdua di aula
40 Bab 40 | Masa depan?
41 Bab 41 | Rits kafe
42 Bab 42 | Pernikahan
43 Bab 43 | Hasil akhir
44 Bab 44 | Teman kecil
45 Bab 45 | Menguak masa lalu
46 Bab 46 | Maba
47 Bab 47 | Ayana
48 Bab 48 | Kota hujan
49 Bab 49 | Tika
50 Bab 50 | Besti
51 Bab 51 | Taman hiburan
52 Bab 52 | Kumala
53 Bab 53 | Surat cinta untuk Alana
54 Bab 54 | Kakak tingkat
55 Bab 55 | Mawar merah
56 Bab 56 | Cincin dan hati
57 Bab 57 | Calon mantu
58 Bab 58 | Yes, I do
59 Bab 59 | Hujan
60 Bab 60 | Pulang
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Bab 1 | Anak baru
2
Bab 2 | Singa betina
3
Bab 3 | Tragedi toilet sekolah
4
Bab 4 | Aula dan trauma
5
Bab 5 | Janji semu
6
Bab 6 | Kabar tak terduga
7
Bab 7 | Liontin hati
8
Bab 8 | Gala dan Galih
9
Bab 9 | Sepucuk surat
10
Bab 10 | Pertemuan pertama
11
Bab 11 | Si pengamat
12
Bab 12 | Barang bukti
13
Bab 13 | Dies natalis
14
Bab 14 | Taman kota
15
Bab 15 | Pelukan hangat
16
Bab 16 | Ma, are you okay?
17
Bab 17 | Rahasia lama
18
Bab 18 | Patah
19
Bab 19 | Suasana baru
20
Bab 20 | Puisi
21
Bab 21 | Joging
22
Bab 22 | Saran Gila
23
Bab 23 | Kopdar
24
Bab 24 | Ungkapan hati
25
Bab 25 | Makhluk ajaib
26
Bab 26 | Dia kembali datang
27
Bab 27 | Trending topik
28
Bab 28 | Angkringan
29
Bab 29 | Dilema
30
Bab 30 | Kota gudeg
31
Bab 31 | Nostalgia
32
Bab 32 | Dia dan rasa
33
Bab 33 | Papa
34
Bab 34 | Kurir
35
Bab 35 | Buket bunga
36
Bab 36 | Sugar baby
37
Bab 37 | Persaingan ketat
38
Bab 38 | Dalang kegaduhan
39
Bab 39 | Berdua di aula
40
Bab 40 | Masa depan?
41
Bab 41 | Rits kafe
42
Bab 42 | Pernikahan
43
Bab 43 | Hasil akhir
44
Bab 44 | Teman kecil
45
Bab 45 | Menguak masa lalu
46
Bab 46 | Maba
47
Bab 47 | Ayana
48
Bab 48 | Kota hujan
49
Bab 49 | Tika
50
Bab 50 | Besti
51
Bab 51 | Taman hiburan
52
Bab 52 | Kumala
53
Bab 53 | Surat cinta untuk Alana
54
Bab 54 | Kakak tingkat
55
Bab 55 | Mawar merah
56
Bab 56 | Cincin dan hati
57
Bab 57 | Calon mantu
58
Bab 58 | Yes, I do
59
Bab 59 | Hujan
60
Bab 60 | Pulang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!