NovelToon NovelToon
Gadis Incaran Mafia Iblis

Gadis Incaran Mafia Iblis

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Beda Dunia / Diam-Diam Cinta
Popularitas:37.4k
Nilai: 5
Nama Author: linda huang

Wallace Huang, dikenal sebagai Mafia Iblis yang tanpa memberi ampun kepada musuh atau orang yang telah menyinggungnya. Celine Lin, yang diam-diam telah mencintai Wallace selama beberapa tahun. Namun ia tidak pernah mengungkapnya.

Persahabatannya dengan Mark Huang, yang adalah keponakan Wallace, membuatnya bertemu kembali dengan pria yang dia cintai setelah lima tahun berlalu. Akan tetapi, Wallace tidak mengenal gadis itu sama sekali.

Wallace yang membenci Celina akibat kejadian yang menimpa Mark sehingga berniat membunuh gadis malang tersebut.

Namun, karena sebuah alasan Wallace menikahi Celine. pernikahan tersebut membuat Celine semakin menderita dan terjebak semakin dalam akibat ulah pihak keluarga suaminya.

Akankah Wallace mencintai Celine yang telah menyimpan perasaan selama lima tahun?

Berada di antara pihak keluarga besar dan istri, Siapa yang akan menjadi pilihan Wallace?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31

"Baiklah… aku setuju. Tuan telah menyelamatkanku dan membiarkanku tinggal di sini… Aku setuju… tanpa permintaan apa pun," jawabnya sambil menahan getar di suaranya.

Ia menarik napas dalam sebelum menatap Wallace dengan tatapan polos dan jujur. "Dan… aku hanya ingin tahu… berapa lama batas waktunya?" tanyanya pelan, seolah pertanyaan itu adalah hal wajar bagi gadis sepertinya.

Wallace terdiam. Matanya menatap gadis di hadapannya dengan tatapan tajam bercampur getir. Hatinya menegang mendengar pertanyaan yang sama sekali tidak ia duga.

"Apakah gadis ini… mengira kalau aku menikahinya hanya demi kakek? Apakah dia tidak tahu… ini memang pilihanku…?" batin Wallace sambil menahan napasnya yang tiba-tiba terasa berat.

"Aku… belum memikirkannya," jawab Wallace akhirnya dengan suara pelan. Tatapannya menatap lurus ke mata Celine, seolah ingin menembus hatinya. "Setelah tiba waktunya… aku akan memberitahumu."

"Baiklah… kalau begitu," jawab Celine sambil menunduk pelan. Ia menarik napas dalam, berusaha menenangkan dadanya yang sesak. "Tuan… apakah aku bisa mengajukan satu permintaan saja?" tanyanya hati-hati, menatap pria itu dengan tatapan penuh harap.

Wallace menatap gadis itu dengan alis terangkat. "Katakan saja…," jawabnya datar.

Celine menatap matanya dengan sorot penuh ketulusan dan kesepian. "Andaikan… kalau suatu hari nanti… Tuan menemukan belahan jiwa Tuan… tolong… beritahu aku lebih dulu… agar aku bisa mencari tempat untuk pindah," ucapnya pelan. Suaranya bergetar menahan emosi yang menyesakkan dadanya. "Aku tidak akan membuat keributan… tenang saja. Aku sadar diri… dan akan menjaga jarak…"

Wallace menatap mata gadis itu dalam diam. Dadanya terasa seperti ditusuk ribuan jarum. "Apakah gadis ini… benar-benar tidak pernah percaya diri karena semua kejadian yang menimpanya…? Seperti kata dokter?"

Ia menahan napas panjang, menatap gadis di hadapannya dengan tatapan lembut bercampur amarah pada dirinya sendiri.

"Tuan…?" seru Celine pelan, melihat pria itu hanya diam menatapnya dengan sorot mata yang sulit ia artikan.

Wallace menghela napas pelan dan menegakkan tubuhnya. Suaranya terdengar dalam dan tegas, "Tidak akan ada hari itu…," ucapnya pelan. Matanya menatap gadis itu dengan tatapan dalam. "Bersiaplah… kita akan ke rumah Kakek malam ini."

Tanpa menunggu jawaban, Wallace berbalik dan melangkah keluar dari kamar, meninggalkan Celine yang hanya bisa menatap punggungnya dengan perasaan campur aduk.

Celine menunduk pelan, menatap giok hijau hijau yang menggantung di lehernya. Jemarinya menggenggam giok itu erat, seolah benda kecil itu adalah sumber kekuatan satu-satunya.

Wajahnya yang cantik tampak sayu di bawah cahaya lampu kamar yang redup.

"Sebelum pergi… aku harus membalas budi kebaikan Tuan Huang… Walaupun harus menikah… hanya di atas kertas…"

Ia menutup matanya erat-erat, menenangkan hatinya yang terasa sesak oleh kenyataan pahit yang harus ia jalani. Ini bukan mimpi. Aku akan menikah… dengan pria yang bahkan tidak mencintaiku…

Malam hari.

Sebuah mobil hitam berlogo naga berhenti perlahan di depan gerbang utama kediaman tua itu. Gerbang besar dengan ukiran naga emas terbuka otomatis, menyambut kedatangan sang pewaris keluarga Huang.

Dari dalam mobil, Wallace keluar dengan setelan jas hitam tegas, menampilkan kharisma dinginnya yang menakutkan siapa pun yang memandang. Di sampingnya, Celine turun dengan hati-hati, mengenakan gaun putih lembut selutut, dipadukan dengan cardigan tipis krem.

Beberapa saat kemudian.

Wallace berjalan mendampingi Celine melewati koridor panjang Manor Naga Hitam. Suasana malam itu sunyi, hanya terdengar langkah sepatu mereka menapaki lantai batu abu gelap. Lampion merah di sepanjang lorong memancarkan cahaya redup, menimbulkan bayangan naga dari ukiran pilar ke dinding, seolah puluhan naga hitam mengawasi mereka.

Celine menatap sekeliling dengan perasaan campur aduk. Manor Naga Hitam… Hei Long Manor… Begitulah tulisan papan nama besar di gerbang masuk. Tempat itu adalah kebanggaan keluarga Huang sekaligus simbol kekuasaan mereka. ‘Hei Long’ melambangkan naga hitam – raja para makhluk mistis Tiongkok, penanda otoritas tertinggi, misteri, dan dominasi tanpa tanding.

Sesampainya di ruangan pribadi kakek, terlihat beberapa pengawal berjaga di depan pintu kayu hitam berornamen naga emas. Di dalam, Ronald sudah menunggu dengan wajah kesal.

Wallace menuntun Celine masuk dan menatap kakeknya dengan penuh hormat. "Kakek, ini adalah Celine, calon istriku. Dia akan menjadi bagian dari keluarga kita," ucap Wallace tegas tanpa ragu.

Kakek Huang menoleh, menatap gadis itu dengan sorot mata bijak dan senyum tipis yang menenangkan.

"Namamu Celine?" tanya kakek Huang dengan suara ramah namun berwibawa.

"Iya, Kakek. Senang bertemu dengan Anda," jawab Celine sambil menunduk hormat, suaranya lembut dan penuh sopan santun.

Kakek Huang mengangguk pelan. Matanya menatap gadis itu seolah menilai ketulusannya. "Cantik… dan sangat serasi dengan Wallace," ujarnya dengan senyum yang semakin dalam. "Celine, kelak kau akan menjadi bagian keluarga ini. Kami akan mengadakan pesta besar untuk pernikahan kalian berdua. Kakek ingin memperkenalkanmu kepada semua saudara kita."

Celine tersenyum tipis mendengar ucapan pria tua itu, meski hatinya masih bergetar menahan cemas dan bingung.

Wallace menoleh ke arahnya dan menatap lembut. "Celine, aku akan meminta asisten rumah tangga menemanimu jalan-jalan. Aku ingin bicara dengan Kakek sebentar. Setelah itu aku akan mencarimu," ucap Wallace.

"Baiklah… aku bisa sendiri, tidak apa-apa," jawab Celine dengan suara pelan.

Celine menunduk sopan pada Kakek Huang sebelum perlahan melangkah keluar ruangan. Begitu pintu tertutup, ruangan itu kembali hening dan terasa menekan. Ronald menatap putranya dengan tatapan kesal, wajahnya memerah menahan emosi.

"Menikahi seorang wanita yang tidak jelas asal-usulnya… apakah dia layak?" ketus Ronald sinis.

Wallace menatap ayahnya dengan dingin. "Bagaimana dengan Sully? Dia asalnya dari club malam. Dan lebih memalukan lagi, dia membawakan anak liar tanpa ayah yang jelas, dan kau malah mengakuinya sebagai anakmu," balas Wallace tanpa ampun.

"Sudah!" suara kakek Huang menggema, menghentikan perdebatan itu. Matanya menatap Ronald dengan tajam. "Kejadian hari ini sudah aku dengar. Ayah dan anak sedang berseteru. Kalau sampai musuh kita tahu, bukankah sama saja kalian memberi mereka kesempatan untuk menyerang kita?"

Ronald menunduk, rahangnya mengeras menahan malu.

"Ronald, hari ini kau melakukan kesalahan besar. Membawa anak buahmu, menimbulkan keributan, dan bahkan menyeret paksa Celine ke club malam. Apakah kau masih tidak mengaku salah?" tanya Kakek Huang, suaranya tenang namun menekan, menandakan kekecewaan mendalam.

"Aku akui kesalahanku, Tapi, ini adalah dua hal yang berbeda. Mengenai pernikahan tidak bisa sembarangan. Apa lagi pihak wanita tidak jelas sama sekali," jawab Ronald.

"Dia lebih baik dan bersih dari istri dan anak tirimu, Lantas, tidak jelas dari sisi mana?" tanya Wallace.

1
Isnanun
gpp Celine namanya juga gak tau
Bu Kus
haha lucu sekali celine
Reni Anjarwani
lanjut thor
Akai Kakazain
🤭celine2, gmna toh.....smngat thor
Reni Anjarwani
lanjut doubel up thor
Wapik Basit
sangat baik,dan seru
partini
aisss foto yg bikin sakit hati,,tapi si babang ga sadar ,,aihhhh menjengkelkan sekali masa ga sadar tuh dompet sekarang tempat nya di mana dasar mafia bengek no good so dam
yuning
kapan bahagiamu Celine
Akai Kakazain
aduhhh celin kmna ya....thor up nya doble dong,, chyo!
Bu Kus
lanjut
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
yuning
Wallace hebat
partini
selamat ga masuk sembarang lobang
Bu Kus
lanjut lg dong thro makasih
Reni Anjarwani
semoga celin mau menolong wallace
Isnanun
Nico niat baik mu brlum tentu baik sama orang lain
yuning
hanya Celine
Naufal Affiq
tuan nico yang terhormat,hubungin aja celine,suruh celine datang ke hotel,jangan kau bawa wanita malam untuk tuan wellace
Febriana Merryanti
gimana Nico karna ulah mu... siap² Wallace menghukum mu
Bu Kus
Nico cari masalah aja sama sih bos sih nik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!