NovelToon NovelToon
Rojali Dan Ratih

Rojali Dan Ratih

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Ilmu Kanuragan
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

"kamu pembawa sial tidak pantas menikah dengan anakku" ucap Romlah
"aku sudah mempersiapkan pernikahan ini selama 5 tahun, Bagaimana dengan kluargaku" jawab Ratih
"tenang saja Ratih aku sudah mempersiapkan jodohmu" ucap Narti
dan kemudian munculah seorang pria berambut gondrong seperti orang gila
"diakan orang gila yang suka aku kasih makan, masa aku harus menikah dengan dia" jawab Ratih kesal
dan tanpa Ratih tahu kalau Rojali adalah pendekar no 1 di gunung Galunggung

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RR 6

Malam itu, dua insan yang sebelumnya hanyalah orang asing berhimpit di kamar sempit bercahaya lampu 5 watt, dinding kayu tipis menggemakan detak jantung mereka yang memadu harap.

Rojali memulai dengan kelembutan tak terduga, membuka baju ratih satu persatu dengan lembut, menyentuh setiap inci tubuh Ratih bagaikan pusaka yang paling berharga. Setiap sentuhan membuat desiran ditubuh Ratih, membuat Ratih merinding.

Selama hampir lima jam, Rojali bermain dengan tubuh Ratih, Rojali adalah pendekar nomer satu di Galunggung untuk tenaga tentu saja dia berkalilipat dari manusia biasa.

Ratih awalnya pasif hanya membiarkan setiap sentuhan dari suaminya bagaikan air yang mengalir, namun lama kelamaan Ratih yang awalnya malu-malu malah mengambil kendali, bahkan dia mengikuti Rojali yang menyusuri tiap inci tubuhnya, Ratih melakukan hal yang sama pada Rojali.

"Ternyata istriku pembelajar yang baik" ucap Rojali dalam hati.

Namun selepas tiga putaran panjang, Ratih terbaring ngos-ngosan, paru-parunya mencari oksigen serupa pendaki di puncak; sementara di mata Rojali masih berkobar api enggan padam redup.

Sendi Ratih berderit, semacam irama kecapi, tetapi di sana ia temukan harmoni: sakitnya menggeser diri menjadi kesadaran nikmat bahwa cintanya telah menemukan pelabuhan sah untuk selamanya.

Rojali adalah pendekar yang selalu memegang kendali pertempuran dan termasuk pertempuran malam ini yang berada di arena ranjang yang sempurna, Rojali mengganti jurus: kadang lembut, kadang mendesak, mencipta gelombang rasa yang memecah, lalu menyatu kembali di dada Ratih berdegup sepanjang malam.

Suara ranjang dan desahan tertahan rapat. Rojali, tak main-main, memanggil Formasi Tameng Karuhun malam itu. Kubah aura kuning membungkus kamar, menolak gangguan makhluk dan manusia. Hanya pendekar dengan tenaga Halimun Rasa bisa menembusnya. Malam pertama harus sempurna—begitu cara Rojali menjaga rasa dan rahasia.

“Bagaimana, Sayang?” bisiknya, mengusap keringat di pelipis Ratih sambil memberi cium kilat pada dahi yang masih memanas sebagai tanda syukur atas keberanian malam ini.

“Sakit,” Ratih meringis, tetapi jemarinya justru menelusuri dada kokoh suaminya, mencoba membaca ritme jantung yang bergema keras bagai genderang perang di savana ketika fajar belum menyingkap langit.

“Maaf, aku sulit mengendalikan diri,” Rojali mengaku, menunduk penuh penyesalan, kedua bahu tegap itu tiba-tiba terasa ringan karena rasa bersalah yang menyelinap tanpa aba-aba ke relung.

Ratih menarik napas putus-putus, lalu memeluknya, pipi menempel pada dada hangat, “Sakit… tapi enak,” bisiknya, mengekalkan paradoks yang membuat matanya berbinar meski masih berembun oleh syukur tak terucap.

“Apa kau menyesal, Ratih?” tanya Rojali, suaranya serak, sebutir ketakutan terselip di ujung nada yang tadinya tegap seperti ombak menabrak tebing karang saat senja.

“Iya… aku menyesal,” jawab Ratih, membuat alis Rojali terangkat sebelum ia melanjutkan, “menyesal kenapa tidak menikah denganmu sejak dulu, Sayang.” Senyumnya menari nakal di sudut bibir merekah.

Rojali tergelak tertahan, menepuk ujung hidung Ratih, lalu membelai rambutnya yang terurai; cahaya lilin memantul menjadikan wajah istrinya tampak laut hangat selepas badai berkilau lembut.

Tanpa sengaja, Rojali menyalurkan energi batinnya pada Ratih. Tubuhnya bergetar halus, napasnya menyatu dalam irama gaib. Di relung hati, ia sadar: Ratih kini memancarkan aura baru—karisma halimun yang bisa membuat dunia menoleh, terpikat oleh pesona yang belum pernah ada sebelumnya.

"Hidup mu habis ini akan berubah Ratih, dan aku harus cari metode agar kamu juga jadi pendekar tenaga batin" gumam Rojali dalam hati.

“Kenapa, Bang, tampak bingung?” Ratih bertanya, ujung jarinya menggambar lingkaran santai di lengan Rojali, mengusir apa pun yang masih melintas di benaknya saat malam kian larut.

“Abang… ingin lagi,” akunya polos, pipi sedikit memerah meski ruangan remang; ia heran pada raganya sendiri yang belum puas, seperti kuda jantan menunggu aba-aba lomba baru dimulai tadi.

Ratih terkekeh, menepuk pipi suaminya dengan manja. “Enam kali, Bang—manusia atau banteng?” ujarnya, lalu menariknya ke pelukan, menyerahkan diri pada ronde ketujuh yang mengetuk sabar pintu fajar di luar.

Subuh tiba, Ratih masih terjaga dalam lelah luar biasa—tiga ronde bertambah jadi sepuluh. Rojali duduk bersila, menstabilkan energi yang membludak. “Gila bener… tahu begini aku nikah dari dulu, tak perlu tapa brata segala,” gumamnya sambil terkekeh, puas tapi setengah tak percaya.

Rojali bangun lebih awal dari biasanya. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh sudut rumah, melihat Ratih masih terlelap dalam kelelahan yang luar biasa. Ada senyum kecil di wajahnya, tapi juga rasa bersalah yang menyelinap.

"Sepertinya pagi ini istriku bakal kena omel ibunya. Maafkan aku, Sayang... kamu terlalu mempesona, bikin aku ketagihan," gumam Rojali lirih.

Ia segera menuju dapur. Dengan kecepatan luar biasa, ia mulai menyapu lantai, mengepel, mencuci piring, lalu lanjut mencuci tumpukan pakaian. Semua pekerjaan yang setiap hari dilakukan Ratih tanpa keluh, tanpa pamrih. Padahal Ratih, si anak yang disisihkan oleh keluarganya, justru menjadi tulang punggung rumah tangga mereka.

Usai mencuci, Rojali menyiapkan sarapan. Persediaan bahan makanan melimpah karena seminggu lagi adik iparnya, Sinta dan Bagas, akan menikah. Dan tentu saja, semua itu dibeli dari uang tabungan Ratih.

Dengan cekatan dan hati-hati, Rojali memasak. Setiap gerakan tangannya seakan menjadi bentuk penebusan—ia ingin membalas sedikit dari cinta dan kerja keras istrinya. Di pagi itu, Rojali tak lagi merasa seperti pendekar, tapi seorang suami yang belajar menjadi manusia.

“Ratih!” teriak Narti, suaranya menggema sampai ke atap.

Ratih terperanjat, sadar dirinya masih tanpa busana di balik selimut.

“Astaga, aku kesiangan! Ke mana Bang Rojali? Kenapa tidak membangunkanku?” desisnya panik.

Ia meraih daster tipis, menyelimutkan tubuh. Anehnya, meski semalam nyaris “dihajar” habis-habisan, sendi-sendi yang semula ngilu kini terasa ringan, seolah ada aliran tenaga segar berputar di setiap nadi.

Begitu membuka pintu, ia disambut bentakan.

“Dasar pemalas! Sudah siang, rumah masih berantakan. Awas kalau sarapan belum siap!” omel Narti, kedua tangan bersedekap.

Namun dalam hati, perempuan itu tertegun. Kenapa wajah anak ini terlihat bercahaya? Cantiknya lain sekali, gumamnya diam-diam.

Karman, duduk di kursi roda, tergopoh mendekat. “Ada apa, Bu?”

“Ini menantumu! Suaminya pengangguran, jadi dia harus tetap kerja melayani kita!” sahut Narti ketus.

“Sudahlah,” balas Karman lembut, “biarkan mereka menikmati masa pengantin.”

“Diam, Pak! Aku tidak mau tugas rumah terbengkalai!”

Sebelum pertengkaran memuncak, suara laki-laki terdengar dari dapur.

“Sudah, sudah, jangan ramai. Aku sudah masak; ayo sarapan. Rumah pun sudah beres, coba sentuh lantai—tak ada debu,” kata Rojali sambil menenteng saputala basah.

Ratih memandang sekeliling. Setiap permukaan bersih mengilap, piring menumpuk rapi, pakaian tergantung di jemuran.

“Benar-benar sudah bersih,” bisiknya kagum.

Di rak piring, setiap gelas tersusun menurut warna; sabunnya bahkan masih menyisakan busa wangi jeruk nipis. Ember bekas pel telah dikeringkan dan digantung, kain lap ditata rapi di belakang pintu. Ratih belum pernah melihat rumah setertata ini semenjak ia menetap di sana, dan keteraturan itu menimbulkan rasa aman aneh di dadanya. Ia berjanji akan membalas kebaikan itu, secepat mungkin. Suatu hari nanti pasti.

Narti mengendus, setengah tak percaya.

“Abang yang kerjakan semua?” tanya Ratih, campur bangga dan sungkan.

Rojali tersenyum, lalu menegakkan punggung. “Iya, tadi subuh aku bangun. Kupikir kau butuh istirahat. Lagipula energi di tubuhku masih melimpah—sayang kalau tidak kupakai membersihkan rumah.”

Ia menatap istrinya lembut, menyadari aura keemasan halus yang kini menyelubungi Ratih. Tanpa sengaja, tenaga batinnya memang mengalir ke perempuan itu, memoles pesonanya.

Karman tertawa pelan. “Lihat, Bu. Menantu kita bukan gembel, dia lelaki baik, mau bantu kerja rumah.”

Narti mendengus tajam. “Percuma! Lelaki itu harus berkuasa dan punya banyak uang, bukan cuma ngepel!”

“Santai, Bu. Nanti aku kasih gunung emas ke Ratih,” jawab Rojali percaya diri.

“Cukup jadi lelaki baik dan setia, itu sudah lebih dari cukup,” sahut Karman. “Jangan jadi pengecut yang tak punya pendirian.”

Narti menajamkan tatapan. “Kamu nyindir Bagas, ya?”

“Sudah, Bu. Tak baik ribut pagi-pagi,” ucap Rojali menengahi.

“Ayo kita makan, sarapan sudah siap. Biar perut tenang, hati pun ikut tenang,” lanjutnya sambil tersenyum.

Ratih hanya diam, tapi hatinya hangat oleh pembelaan itu.

1
Purnama Pasedu
kerenkan ratih
saljutantaloe
lagi up nya thor
Ninik
kupikir lsg double up gitu biar gregetnya emosinya lsg dapet
Ibrahim Efendi
lanjutkan!!! 😍😍😍
Ranti Calvin
👍
Purnama Pasedu
salah itu
Purnama Pasedu
sok si kamu sardi
Ibrahim Efendi
makin seru!! 😍😍
Purnama Pasedu
pada pamer,tapi jelek
Purnama Pasedu
nah loh
Ninik
edaaannn....kehidupan macam apa ini
saljutantaloe
nah loh pusing si Narti jdinya
ditagih hutang siapin Paramex lah hehe
saljutantaloe
nah gtu dong ratih lawan jgn diem aja skrg kan udh ada bg jali yg sllu siap membela mu
up lg thor masih kurang ini
Purnama Pasedu
telak menghantam hati
Purnama Pasedu
jurus apa lagi rojali
Purnama Pasedu
tapi kosong ucapannya
Purnama Pasedu
kayak pendekar ya
saljutantaloe
widih bg jali sakti bener dah
bg jali bg jali orangnya bikin happy
Sri Rahayu
mantap thor..
sehat selalu
saljutantaloe
seru thor ceritanya up banyak" thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!