Semua wanita pasti menginginkan suami yang bisa menjadi imam dalam rumah tangganya, dan sebaik-baiknya imam, adalah lelaki yang sholeh dan bertanggung jawab, namun apa jadinya? Jika lelaki yang menjadi takdir kita bukanlah imam yang kita harapkan.
Seperti Syahla adzkia, yang terpaksa menikah dengan Aditya gala askara, karena sebuah kesalahpahaman yang terjadi di Mesjid.
Akankah syahla bisa menerima gala sebagai imamnya? ataukah ia memilih berpisah, setelah tahu siapa sebenarnya gala?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saidah_noor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Syahga 18.
Gandi menelan salivanya, ia sendiri tak ada nyali untuk berhadapan dengan kakak tertua dari keluarganya. Matanya, wajahnya yang sangat mirip dengan sang ayah saat sedang marah membuatnya menciut.
Ia masih ingat bagaimana kakak sulungnya itu kala marah, ia juga bisa berkelahi sedang dirinya jatuh dari motor-pun kadang meringis kesakitan dan berlanjut kerumah sakit meski luka lecet saja.
Gandi berjalan mundur lalu bersembunyi dibelakang tubuh syahla, ia menarik-narik hijab wanita itu.
"Sorry, gue juga gak berani lawan bang gala. Dia kalo ngambek bisa bakar gedung stadion, gue sayang badan gue, Sa," bisik Gandi.
Syahla menelan salivanya, keringat dingin mulai bermunculan didahinya. Dengan tangan gemetar ia mengatupkan kedua telapak tangannya.
"Maafin a-ku, mas. A-aku lupa pin kuncinya ta-di," ujar Syahla tergagap menatap harap pada suaminya.
"Begitu, terus elo ikut dia." Gala menggelengkan kepalanya semakin tak paham jalan pikiran istrinya.
"Sekarang, elo pulang gandi. Jangan sampai gue patah-in tangan elo, gegara bawa kabur istri gue," titah Gala dengan penuh penekanan.
Namun, alih-alih gandi pergi menuruti ucapan kakaknya lelaki 18 tahun itu justru merasakan perutnya digelitik.
Tak salah dengarkah dia, istri. Syahla istrinya bang gala, itu tak mungkin menurut gandi.
Bibir yang diam ketakutan itu malah berubah menjadi senyum yang kemudian menjadi tawa.
"Bua hahahaha ... Sejak kapan bang gala punya istri? Jangan aneh-aneh lah bang kalo ngomong," ujar Gandi ditengah tawanya.
Gala dan syahla hanya menatap bingung lelaki remaja yang beranjak dewasa itu. Mungkin terdengar lucu jika seorang gala tahu-tahu sudah menikah, karena bagi mereka pria itu adalah orang yang anti pada setiap wanita.
"Gandi!" panggil Gala dengan suara tinggi.
Lagi kesalnya karena tak mendapati istrinya di rumah yang membawa kabur istrinya malah terbahak-bahak.
Kan, kesalnya nambah.
Gandi diam tak lagi tertawa, ia mulai serius mendengarkan ceramah ustad gala yang sedang mengamuk itu.
"Pulang sekarang!" usir Gala dengan cepat.
Lelaki itu menurut pada akhirnya, ia pergi meninggalkan apartemen milik sang kakak. Namun diperjalanan ia tetap saja cekikikan, baginya pengakuan kakaknya tadi benar-benar lelucon yang sangat lucu.
Kini hanya ada syahla dan gala di rumah bertingkat itu, keduanya sempat diam sejenak hingga gala memulai ucapannya dengan sebuah pertanyaan.
"Elo dari mana? Hah," tanya Gala.
Matanya tak sedikitpun beralih dari wajah istrinya yang sedari tadi hanya diam menundukkan kepalanya, tangannya saling meremat seolah tak ingin melihatnya barang sedetik-pun.
"Sasa," gertak Gala menangkup dagu syahla agar menatapnya.
Namun bola mata wanita itu celingukan, ia enggan menatapnya. Gala menghela nafas kasar, sesulit ini kah menyuruh istrinya diam dirumah.
Dagu syahla ia lepaskan, "Gue tak ada hubungan apapun dengan jena, kami saudara panti. Jadi jangan membuat gue khawatir lagi," ujarnya.
Namun bagi syahla, hal itu tak terlihat dimata jena, ia perempuan juga pasti tahu bagaimana seorang wanita jika mencintai pria.
"Terus kenapa mba jena bilang dia pacar kamu?" tanya Syahla penasaran.
Ia ingin tahu pendapat suaminya tentang jena, wanita itu, ia yakin menyukai suaminya lebih dari seorang saudara. Terlebih mereka saudara panti tentu tak ada hubungan darah sama sekali, pantas jika jena mengincar gala.
"Dia memang begitu, abaikan saja. Sekarang cepet masak, gue laper." Gala beranjak dari sana meninggalkan syahla yang masih dalam ribuan pertanyaan.
"Tidak, mba jena memang menyukainya," batin Syahla menatap punggung kokoh pria yang sudah menikahinya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sementara ditempat lain, jena menatap langit malam dibalik jendela apartemennya. Sangat gelap dan indah dibubuhi bintang berkelip tapi tak seindah hatinya yang tengah gundah.
Tangannya memegang kuat gelas yang berisi wine, sedangkan ingatannya melintas pada perkataan gala dimana lelaki itu menolak cintanya kembali. Seperti dulu dan seperti sebelumnya.
Flash back on ...
Saat mereka berada di mobil, jena memegang lengan gala dengan lembut. Ia rindu, sangat merindukan pria ini setelah berbulan-bulan ia pergi ke amerika untuk masalah pekerjaan.
Namun kali ini, hal yang tak biasa terjadi didalam sikap lelaki itu.
"Jangan lakukan hal ini lagi!" ujar Gala dengan suara tegasnya.
Jena meliriknya, kepala yang tadinya akan ia sandarkan pada bahu lelaki itu-pun tak sempat ia daratkan.
"Maksud elo, Ga?" tanya jena mengerutkan alisnya.
"Wanita yang di apartemen gue itu ... Syahla. Ia istri gue, gue gak ingin menutupinya dari elo. Cukup sampai disini elo mengaku-ngaku pacar gue, jena. Jangan lagi bersikap seperti seolah kita pacaran," ungkap Gala tanpa menoleh sedikit-pun pada wanita itu.
Ia menghentikan laju mobilnya, lalu memarkirkannya di pinggir jalan di depan sebuah cafe yang biasa mereka datangi.
Disana, dicafe itu adalah tempat yang memiliki kenangan indah bagi jena tetapi tidak bagi gala.
"Turun," titah Gala dengan dingin.
Jena melepaskan genggaman tangannya pada lengan lelaki itu, ia belum mencerna segalanya—semuanya begitu mendadak.
"Sejak kapan?" tanya Jena menatap wajah pria yang sudah lama berada didalam hatinya.
Matanya mulai berkaca-kaca, ucapan tadi serasa seperti sebuah batu yang menghantam dadanya—menyesakkan, mengejutkan tapi menggelikan—ia sangat mengenal gala.
Tak mungkin gala sudah menikah, baginya hanya ia sendiri yang bisa dekat dengan pria ini.
29 tahun mereka bersama, tumbuh dipanti lalu terpisah oleh jarak dan waktu tapi mereka masih sering bertemu, ia tahu seperti apa seorang gala.
"Itu tak benar bukan, elo pasti bercanda sekarang?" Jena yakin ini pasti akal-akalan lelaki itu agar dirinya tak lagi berharap padanya.
"Satu bulan lalu, kami menikah tanpa sengaja," jawab Gala singkat.
Jena mengangguk paham, "Tanpa sengaja, artinya kalian menikah tanpa cinta. Kalo begitu aku masih punya harapan."
Gala memgang stir mobilnya dengan kuat, harus dengan cara apa lagi ia membuat jena berhenti mengejarnya. Hatinya benar-benar menolak wanita yang ia anggap saudara itu.
Jena mengusap air mata yang menetes dipipinya, ia menatap lurus kedepan. Harapannya ingin seperti jalan lurus itu karena orang yang disampingnya belum pernah merasakan yang namanya cinta.
"Gue ingin lihat, apa dia menyukai seorang gala? Atau hanya sekedar memanfaatkan situasi saja agar ia bisa menjadi orang kaya," ujar Jena dengan nada yang kian meninggi namun masih terdengar wajar.
"Syahla gak tahu soal gue, jena," sergah Gala dengan cepat membuat mereka saling tatap.
"Yang dia tahu gue kerja kantoran dan anak panti, plis ... Jangan membuat masalah." Gala melirik jena dengan tajam seperti sebuah peringatan tanpa ucapan ia hanya ingin jena mundur.
Tatapan itu tatapan yang tak pernah jena lihat, tatapan yang menurutnya bukan gala. Seperti orang lain, entah ia berubah ataukah tak ingin dirinya mengejar cintanya lagi.
"Kita lihat saja, ga. Gue atau wanita itu yang harus pergi," ujar Jena dengan tegas dan penuh keyakinan.
Yakin bahwa ia bisa mengusir syahla dari sisi gala.
Jena keluar dari mobil mewah itu, menutup pintunya dengan kasar lalu berdiam diri disana hingga kendaraan roda empat itu menghilang dari pandangannya.
"Gue gak akan nyerah, ga. Gak akan," ucap Jena berjanji pada dirinya sendiri.
Flash back off ...
Prang
Jena melemparkan gelas yang ada ditangannya hingga pecahan beling itu tercecer asal, seperti duri yang menusuk-nusuk hati dan jiwanya air matanya menetes kembali penuh dengan keperihan.
Kedua tangannya mengepal kuat, dadanya kembang kempis menahan amarah yang mendadak.
Sudah lama ia menginginkan gala, tapi wanita itu tiba-tiba masuk kedalam hubungan mereka—mengacaukan segala harapannya, impiannya, dan perasaannya hancur oleh kehadirannya.
"Gak akan semudah itu, Ga. Gue gak akan berhenti sampai elo jadi milik gue," ujar Jena dengan mata yang memerah seakan menyalakan api pertempuran.
Pertempuran yang akan ia rencanakan tanpa diduga.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Keesokan harinya di waktu yang masih gelap, didalam kamar indah itu gala terbangun. Tangannya meraba-raba mencari sesuatu yang biasanya ia peluk namun terasa datar dan dingin, matanya terbuka ia menguceknya.
Ia lihat hanya ada dirinya diruangan itu, setiap sudut begitu sunyi tak terlihat pergerakkan sosok atau suara yang biasa ia dengar saat subuh.
"Kemana syahla," itu yang ada dalam pikirannya.
Ia bangun, meregangkan tangannya dan melihat jam dinding yang menampakkan angka 4, 30, waktu dimana istrinya bisanya melaksanakan ibadah.
Namun hari ini begitu sepi dan senyap, ia beranjak dari ranjang empuknya untuk mencari sosok itu.
Ia keluar dari kamarnya, tak terlihat didapur juga. Tapi saat hendak pergi dari ruang itu sayup-sayup ia mendengar suaranya yang merdu.
Didalam kamar kedua, kamar tamu yang biasanya dipakai gandi.
Ia membuka pintunya dan hatinya mulai terasa lega.
Ternyata istrinya diam-diam pindah kamar, itu yang ia lihat saat masuk kesana. Kasur yang berantakan seperti bekas pakai dan sosok itu sendiri tengah beribadah subuh.
Gala menyandarkan punggungnya pada tiang pintu, menunggu syahla menyelesaikan ibadahnya.
Lumayan lama, tapi akhirnya selesai juga.
"Ehem, sejak kapan istriku tidur disini?" suara Gala yang menyadarkan syahla bahwa ia tak sendirian.
Syahla menoleh kearah pintu.
"Oh, ya ampun. Kupikir setan," kejut Syahla memegang dadanya.
"Jangan pura-pura kaget," ujar Gala sambil berjalan mendekati syahla lalu duduk ditepi ranjang dimana wanita itu duduk bersila dibawah kasur.
"Ayo jawab! Kenapa pindah kesini?" tanya lelaki itu menumpukan kedua tangannya kebelakang dengan wajah mengarah pada istrinya.
Syahla merenggut, ia diam tak mau menjawab dan memilih mengacuhkannya.
"Sasa," panggil Gala lembut tapi masih terdengar menekan.
"Aku gak mau tidur sama mas, soalnya suka ngorok," jawab Syahla segera.
"Masa iya gue tidur ngorok, alesan. Bilang saja kangen gandi, ini kamar yang biasa gandi pake," tuduh Gala sebal menatap tiap sudut kamar tersebut.
Syahla melebarkan matanya terkejut, ia merasa mual karena bau alat tidurnya sangat berbeda seperti ... Ah, tak bisa ia jelaskan baunya seperti apa.
Itu juga yang membuatnya tak bisa tidur sampai ia harus menyemprotnya pakai pewangi pakaian, baru tahu kalo ini kamar yang biasa dipakai anak remaja beranjak dewasa itu.
"Gak jijik, dia suka gak pake baju kalo molor. Karena mudah berkeringat dan dia—" Gala berhenti melanjutkan ucapannya kala sasa segera menyela.
"Stop! Jangan membuat aku ji-jay, mas." Syahla bangkit dari duduknya merentangkan tangannya menghentikan ucapan suaminya yang menurutnya terdengar menjijikan.
Namun dengan isengnya Gala menarik tangannya itu, hingga tubuh sasa tertarik dan ambruk tepat diatas tubuh lelaki itu.
Kedua mata bertemu, saling memandang tanpa kedipan jantung mereka berbunyi saling bersahutan.
"Mas," panggil Sasa pelan.
Gala menempelkan jari tunjuknya pada bibir alami gadis itu, "Ssss, diamlah."
Tangannya merayap melepaskan tali mukena yang yang masih melekat dibadan syahla.
Ia menggulirkan badannya mengubah posisi dimana syahla sudah berada dalam kungkungannya sekarang.
"Sudah saatnya, kan. Kita bikin bayi," ucap Gala dengan suara merdu yang bahkan terdengar syahdu ditelinga syahla.
Wanita itu tersenyum lalu mengangguk pelan.
Puas rasanya gala mendapatkan feedback persetujuan dari syahla, ia mendekatkan bibirnya menuju benda kenyal berwarna pink alami itu.
Sangat menggairahkan, hingga ingin segera menyambarnya namun harus ia atur waktu dan jaraknya agar tak terlihat kasar dimata wanita itu.
Ia ingin sebuah kelembutan yang bisa memberikannya kesan lebih hangat, pelan tapi pasti.
Dekat, semakin dekat dan mulai terasa hangat kala ia memejamkan matanya tapi anehnya rasanya dingin dan aromanya ....
Lalu ...
rambut panjang trus laki.