Setahun Untuk Mencintaimu

Tiba di kediaman mewah keluarga William, Cakra dengan susah payah hendak membawa masuk istrinya yang masih berada di bawah pengaruh alkohol.

Yubie masih saja mengoceh tidak jelas, ada kalanya ia mengatakan bahwa Cakra adalah seorang driver cabul yang ingin memperkosanya. Tapi kemudian, Yubie juga menyebut Cakra sebagai pangeran berkuda putihnya.

"Turunkan aku! Aku bisa jalan sendiri!" Yubie berontak ketika Cakra menggendongnya. Karena kesal , akhirnya Cakra menurunkan istrinya. Terserah Yubie, mau bagimana caranya ia menaiki anak tangga dalam keadaan mabuk itu.

"Kau penipu!" kecam Yubie dengan menunjuk wajah Cakra. Ia berbalik dan mulai melangkah tak tentu arah. Cakra bisa melihat netra Yubie yang sayu hampir menutup. Ia yakin, istrinya itu sudah akan lebih dulu tumbang sebelum berhasil mencapai anak tangga pertama.

Namun, sesuatu yang sama sekali tidak terduga malah terjadi.

Bugh!

"Aaawww!" Yubie meringis kesakitan dengan mengusap keningnya. Ia menabrak keras sekat kaca ruangan yang sudah menghalangi jalannya.

"Kurang ajar! Kenapa kau berdiri di sini, hah?!" marah Yubie pada benda mati itu. "Menyingkir dari hadapanku!" ucap Yubie lagi, mengira dinding kaca itu memiliki kaki dan bisa begitu saja menyingkir dari hadapannya.

Merasa jika jalannya masih terhalang, Yubie dengan susah payah mendorong dinding kaca, matanya yang merah karena alkohol menatap ke depan dengan kebingungan.

Cakra menggelengkan kepala, melihat Yubie yang mabuk berat dengan segala halusinasi absurdnya. Pria itu pun akhirnya mengambil langkah, mendekat pada Yubie dan meraih pinggang istrinya. Tubuh Yubie yang ramping, berontak dalam pelukannya, membuat Cakra harus berusaha keras untuk menahannya.

"Dari mana kalian?"

Usaha Cakra yang ingin membawa Yubie kembali terhenti. Ia menatap Kanny, suami dari adik iparnya kini berdiri di hadapannya dengan tatapan aneh. Cakra bisa melihat kilatan amarah dan benci dari netra pria yang sudah beristri itu padanya.

"Kau mengajaknya minum?!" tanya Kanny tajam penuh kecemburuan pada Cakra saat melihat kondisi Yubie.

Cakra tak berniat menjawab, ia tetap diam, hingga tiba-tiba Yubie berbalik menghadapnya seraya meracau semakin tidak jelas.

"Hubby, gendong. Aku lelah." Yubie merangkul leher suaminya erat dengan wajah yang ia sembunyikan di ceruk leher pria itu. Matanya sesekali menutup, menunjukkan bahwa ia masih berada di bawah pengaruh alkohol.

Sesaat Cakra tidak bereaksi, ia membiarkan saja tubuh tegapnya ditempeli sang istri yang tengah mabuk berat, dan ia fokus pada tatapan Kanny yang kian berkilat.

"Kau mabuk, Yubie! Kau tidak mengenalinya!" Kanny bersuara dingin, terus memandang Cakra dengan tatapan tidak menyenangkan. Ia ingin mendekat dan mengambil alih Yubie dari tangan Cakra dan membantu wanita itu untuk masuk ke kamar.

"By?" Yubie menatap Cakra, dan untuk sesaat, Cakra bisa menangkap kilatan kesadaran di mata istrinya. "Aku mau berenang di bulan. Ayo!" Yubie kembali mengoceh tidak jelas, ia kian mengeratkan lingkaran tangannya dan nyaris berjinjit.

Cakra dengan cepat menahan tubuh istrinya sebelum jatuh. Ia langsung menggendong Yubie dan dengan begitu saja melewati keberadaan Kanny.

Tatapan Kanny semakin membara, tangannya terkepal erat, tidak bisa terima saat melihat Cakra membawa Yubie menuju lantai dua, dan menghilang, masuk ke dalam kamar mereka.

"Kau tetap milikku, Yubie. Semua ini hanya sementara!" geram Kanny dengan matanya yang memerah karena menahan amarah. Ia berbalik dan meninggalkan ruangan itu.

Sementara Cakra, yang sudah masuk ke dalam kamar, langsung meletakkan Yubie di atas tempat tidur mereka. Wanita itu masih mengeluarkan lenguhan kecil, tapi matanya sudah menutup rapat, menandakan Yubie mulai terlelap.

Dengan tetap berdiri di tempatnya, pandangan Cakra sama sekali tidak beralih. Dalam cahaya remang kamar, ia terus memperhatikan wajah cantik istrinya. Menelisik secara keseluruhan, setiap detail, dari alis yang lurus, hidung yang mancung, hingga bibir yang lembut.

Cakra tidak sadar bahwa ia telah menatap Yubie selama beberapa menit, tanpa berkedip. Seperti terhipnotis oleh kecantikan Yubie, dan tidak bisa melepaskan diri dari pesonanya.

Ketika Yubie sedikit bergerak mencari posisi nyaman, barulah Cakra kembali tersadar. Ia menarik napas dalam-dalam dan segera beranjak melepaskan jaket hitam serta kaosnya. Pria itu naik ke atas tempat tidur. Cakra mematikan salah satu lampu tidur dan hanya membiarkan satu lampu tidur lainnya yang menyala sebelum memejamkan mata.

Merasakan hening kian menyelimuti, Yubie yang awalnya menutup mata pun kini perlahan membukanya. Ia melirik ke sisi kanan, memperhatikan Cakra yang sudah terlelap. Yubie menghela napas pelan, ia merutuk dalam hati seraya mengusap keningnya yang masih berdenyut akibat benturan tadi.

"Tidak waras!" umpatnya dalam hati.

Yubie seketika tersadar dari pengaruh alkohol karena menabrak kaca tadi. Tidak ingin merasa malu karena insiden konyol itu, Yubie pun memilih untuk tetap berpura-pura mabuk di hadapan suaminya.

Namun, Yubie sama sekali tidak menyangka akan kehadiran Kanny di sana. Memaksa ia juga harus bersikap manja pada suaminya sampai bergelayut di leher pria itu. Astaga!

"Cakra tahunya kau sedang mabuk, Bie!" gumam Yubie menekan lebih kepada dirinya sendiri. Berusaha untuk tetap menganggap bahwa apa yang tadi ia lalui masihlah dalam pengaruh alkohol, dan berharap Cakra tidak menyadari bahwa ia sebenarnya sudah sadar.

Yubie kembali menutup mata, ia mencoba untuk tidur dan melupakan segala kejadian memalukan hari ini. Tanpa Yubie tahu, Cakra di sebelahnya malah tersenyum tipis.

"Ternyata kau menjadikanku tameng," batin Cakra dengan sudut bibir yang tertarik.