NovelToon NovelToon
Tolong Nikahi Aku, Paman !

Tolong Nikahi Aku, Paman !

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:13.8k
Nilai: 5
Nama Author: Black moonlight

Shanna Viarsa Darmawan melakukan kesalahan besar dengan menyerahkan kehormatannya pada Rivan Andrea Wiratama. Kepercayaannya yang begitu besar setelah tiga tahun berpacaran berakhir dengan pengkhianatan. Rivan meninggalkannya begitu saja, memaksa Shanna menanggung segalanya seorang diri. Namun, di balik luka itu, takdir justru mempertemukannya dengan Damian Alexander Wiratama—paman Rivan, adik kandung dari ibu Rivan, Mega Wiratama.

Di tengah keputusasaan, Damian menjadi satu-satunya harapan Shanna untuk menyelamatkan hidupnya. Tapi apa yang akan ia temui? Uluran tangan, atau justru penolakan yang semakin menghancurkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black moonlight, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menunggu Keputusan

Shanna menarik napas panjang, berusaha mengumpulkan keberanian. Kata-kata yang akan keluar dari mulutnya terdengar gila, bahkan bagi dirinya sendiri.

"Tolong nikahi saya, Om."

Damian terdiam sejenak, seolah memastikan dirinya tidak salah dengar. Namun, hanya butuh beberapa detik sebelum tawa lepas meluncur dari bibirnya. Bukan tawa yang menghina, tapi lebih karena keterkejutan atas absurditas permintaan itu.

"Om!" suara Shanna bergetar, tersinggung oleh reaksinya. "Saya tidak bercanda. Tolong hentikan tawa itu."

Damian berusaha menahan diri, meskipun senyuman kecil masih tertinggal di wajahnya. "Maaf, Shanna. Tapi ini... ini benar-benar di luar nalar."

Shanna menggigit bibirnya, menahan air mata yang hampir jatuh. "Ya, saya paham ini berlebihan. Tapi kalau perlu, saya rela bersujud untuk membuktikan keseriusan saya."

Damian menghela napas panjang sebelum bangkit dari kursinya. Ia berjalan mendekati Shanna, menatapnya dengan sorot mata tajam yang sulit ditebak.

"Shanna," katanya, suaranya lebih tenang namun tetap dingin. "Belum ada dalam rencana hidup saya untuk menikahi siapa pun. Terlebih lagi, kamu."

Damian menarik kursi dan duduk berhadapan dengannya. Tangannya bertaut di atas meja, menatap gadis itu dengan intensitas yang tak tergoyahkan.

"Bayi dalam kandunganmu bukan anak saya. Jadi kenapa saya harus menikahimu?"

Shanna menelan ludah, jemarinya mengepal erat di pangkuannya. "Karena hanya Om yang bisa melawan Bu Mega. Hanya Om yang cukup kuat untuk menentang keluarga Wiratama."

Damian mendengus kecil, matanya menyipit. "Kamu pikir saya akan melawan keluarga saya sendiri demi kamu?"

Shanna menatapnya dengan penuh harap. "Mungkin tidak... tapi saya pikir Om akan melakukan hal yang benar."

Damian mengangkat alisnya, ekspresinya menunjukkan ketidakpercayaan. "Jadi menurutmu, menerima permintaan gilamu ini adalah hal yang benar? Kamu mencoba memperalat saya, Shanna."

"Saya tidak bermaksud begitu, Om." Suara Shanna mulai terdengar putus asa. "Saya benar-benar terdesak. Saya tidak bisa merelakan bayi ini." Jemarinya gemetar saat ia meraih perutnya, seolah melindungi kehidupan kecil yang tengah bertumbuh di dalamnya.

Damian mengusap wajahnya, lalu mengacak rambutnya dengan frustrasi. Ia tidak bisa menyangkal bahwa permintaan ini gila. Tapi ia juga tahu, Shanna tidak punya pilihan lain.

Namun, bagaimanapun juga...

"Saya mengerti keadaanmu, Shanna. Tapi saya tidak bisa membantu." Suara Damian terdengar tegas. "Mega dan Julian adalah keluarga saya. Saya harus mendukung keputusan mereka."

Damian bangkit dari kursinya, berjalan menuju jendela besar yang menghadap kota. Dari tempatnya berdiri, langit terlihat mulai memerah, tanda senja akan segera tiba. Ia menatap bayangan dirinya sendiri di kaca, sebelum menghela napas.

"Pulanglah, Shanna." Nada suaranya terdengar lebih pelan, tapi tetap tak bisa ditawar. "Merelakan bayimu adalah pilihan terbaik."

Shanna terdiam. Kata-kata itu terasa seperti vonis mati baginya.

Ini adalah kesempatan terakhirnya. Jika ia keluar dari ruangan ini, belum tentu ia akan selamat. Ia yakin, di luar sana, pengawal Bu Mega sudah siap menangkapnya.

Jadi, ia melakukan satu-satunya hal yang bisa ia lakukan.

Dengan cepat, Shanna bangkit dari sofa, lalu bersimpuh di depan Damian. Tangannya mencengkeram celana pria itu, tubuhnya bertumpu pada kedua lututnya.

"Om, saya mohon..." suaranya pecah dalam tangisan. "Saya akan lakukan apa pun yang Om minta. Saya akan menyerahkan seluruh hidup saya, saya akan membalasnya dengan segala yang saya miliki. Bahkan jika saya hanya akan menjadi budak berkedok istri... apa pun akan saya lakukan, asalkan Om menyelamatkan kami."

Tangisannya semakin keras, bahunya terguncang hebat. "Tolong berikan kesempatan bayi ini untuk lahir ke dunia, Om. Kalau dia sudah selamat, sekalipun Om meminta nyawa saya, saya akan menyerahkannya."

Damian terkesiap. Ia bukan orang yang mudah terpengaruh, tetapi melihat seorang gadis bersimpuh seperti ini, menangis tersedu-sedu, benar-benar membuatnya tak bisa berkata-kata.

Beberapa saat hening.

"Lepaskan, Shanna. Berdirilah," suara Damian terdengar lebih pelan, tetapi tetap tegas.

"Tidak, Om! Saya akan tetap bersimpuh di sini. Kalau perlu, saya bersujud di kaki Om sampai Om mau membantu saya."

"Jangan berlebihan, Shanna."

"Jika Om anggap ini berlebihan, coba bayangkan... satu langkah saja saya keluar dari ruangan ini, saya yakin pengawal Bu Mega sudah siap menangkap saya." Shanna mengangkat wajahnya yang basah oleh air mata. "Saya takut, Om. Ini satu-satunya kesempatan saya untuk bertahan."

Damian memejamkan mata sesaat. Ia bisa merasakan keputusasaan gadis itu, bisa melihat betapa ia benar-benar tidak punya pilihan.

Namun, menerima permintaannya?

Itu bukan sesuatu yang bisa diputuskan dalam sekejap.

"Kamu benar-benar membuatku terseret dalam permasalahan ini, Shanna."

Damian menatap gadis yang masih bersimpuh di hadapannya. Menghela napas panjang, ia mengulurkan tangan.

"Berdirilah. Saya akan memberikan jawaban jika kamu berdiri."

Shanna bangkit perlahan, tubuhnya terasa goyah karena emosi yang masih mengguncangnya.

"Saya tidak bisa memberikan keputusan sekarang. Ini bukan hal kecil yang bisa saya iyakan begitu saja," ujar Damian, suaranya lebih lembut tetapi tetap tegas. "Tapi sementara itu, saya akan membantumu. Saya akan membawamu ke apartemen. Tidak ada yang tahu tempat itu. Tinggallah di sana sampai saya memiliki jawaban."

Mata Shanna membulat, nyaris tak percaya. "Benarkah, Om?"

Damian mengangguk, meskipun di dalam hatinya ia sendiri masih diliputi keraguan. Menyembunyikan Shanna berarti ia menentang keluarganya. Ini akan menjadi rumit.

Tatapannya melirik jam tangan—pukul empat sore. Masih terlalu awal untuk pulang, tetapi situasi ini darurat. Tanpa ragu, ia segera menghubungi seseorang.

"Willy, ke ruanganku sekarang."

Hanya berselang tiga menit, pintu terbuka. Willy muncul dengan napas sedikit tersengal, jelas terburu-buru.

"Ya, Pak?" tanyanya sigap.

Damian menatapnya tajam. "Antarkan Shanna ke apartemenku. Pastikan dia aman. Jaga dia, bahkan jika harus mempertaruhkan nyawamu. Paham?"

Willy menelan ludah, tetapi langsung mengangguk mantap. "Paham, Pak."

Shanna masih berdiri di tempatnya, menatap Damian seolah ingin memastikan bahwa ini bukan mimpi.

Damian tidak menatapnya kembali. Ia hanya menoleh sedikit, memberi isyarat.

"Pergilah sekarang, sebelum saya berubah pikiran, Shanna," ujar Damian, nadanya tegas tetapi terdengar lelah.

"Mari, Nona. Bisa ikuti saya," ajak Willy dengan sopan.

Shanna menatap Damian sejenak, hatinya penuh rasa syukur. "Terima kasih, Om. Terima kasih banyak."

Damian tidak menjawab. Ia hanya memberi kode dengan anggukan kecil pada Willy agar segera membawa Shanna pergi. Kepalanya terasa berat, seolah akan meledak karena terlalu banyak hal yang harus dipikirkan.

Willy mengarahkan Shanna menuju lift khusus yang langsung menuju basement. Dengan cara ini, mereka bisa menghindari tatapan para karyawan dan memastikan Shanna tidak terlihat oleh siapa pun.

Begitu keluar dari lift, mereka langsung masuk ke dalam mobil yang sudah disiapkan. Willy duduk di kursi pengemudi dan tanpa membuang waktu, ia segera menyalakan mesin dan membawa mobil keluar dari area kantor Wiratama Grup.

Suasana di dalam mobil sempat hening sebelum akhirnya Shanna membuka suara. "Panggil saja aku Shanna, Pak Willy."

Willy melirik ke arah Shanna sekilas melalui kaca spion, lalu tersenyum tipis. "Kalau begitu, panggil aku Willy saja. Di luar kantor, kita bisa bicara santai, Shanna."

Shanna mengangguk pelan. "Kemana kita sekarang?"

"Masih di dalam kota, tapi tempatnya lebih private."

Shanna menggigit bibir, ragu-ragu sebelum bertanya lagi. "Aku aman, kan?"

Willy menatap jalan di depannya dengan tenang. "Selama kamu bersamaku, aku pastikan kamu aman. Kamu dengar sendiri instruksi Damian tadi, kan?"

Shanna mengangguk, lalu menatap Willy dengan rasa penasaran. "Kenapa kamu memanggilnya hanya dengan namanya? Damian, tanpa embel-embel ‘Pak’?"

Willy tersenyum samar. "Dia temanku. Kami satu kampus dulu."

Shanna mengangguk pelan, seolah baru memahami sesuatu. "Ah, begitu. Pantas saja kalian terlihat cukup akrab."

Willy tidak menanggapi lebih jauh, hanya fokus mengemudikan mobil dengan kecepatan stabil, membawa Shanna ke tempat yang dijanjikan.

1
Risma Waty
Nemu istilah kedokteran yg baru nih ..
Elza Febriati
Laaaa koq kesannya seperti damian yg keras nikahin dia, 😩 rada2 ngelunjak, semestinya banyak2 sadar diri,, dan mengambil hati damian,! Lucuuuuuu
Narata: Iyaaa ya damian duluan yang bucin wkwk karena damian udah suku duluan gasiii dari pas ketemu di kampus
total 1 replies
Dian Fitriana
update
Narata: ok kak jam 00 yaa
total 1 replies
Risma Waty
Kasihan juga sih dgn Rivan.. bukan keinginannya ninggalin Shanan. Dia dipaksa dan dibawa kabur bapaknya ke luar negeri. Rivan kan janji akan kembali menjemput Shanan. Semiga Damian ntar mengembalikan Shanan ke Rivan krn bagaimanapun anak yg dikandung Shanan adalah anaknya Rivan, otomatis cucunya Damian.
Narata: Iya sih kasihan .. Yang jahat di cerita ini adalah takdir mereka. hikss🥹
total 1 replies
Dian Fitriana
up LG thor
Dian Fitriana
update
fran
klu up yg bnyk dong .., krn klu kelamaan jd membosankan
Narata: hi kak fran, nanti author up jam 12 ya kak
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
Anto D Cotto
menarik
Narata
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!