Sinopsis:
Lilia, seorang agen wanita hebat yang mati dalam ledakan saat menjalankan misinya, namun secara tidak sengaja masuk ke dunia novel sebagai tokoh wanita antagonis yang dibenci oleh semua warga desa. Dalam dunia baru ini, Lilia mendapatkan misi dari sistem jika ingin kembali ke dunia asalnya. Untuk membantunya menjalankan misi, sistem memberinya ruang ajaib.
Dengan menggunakan ruang ajaib dan pengetahuan di dunia modern, Lilia berusaha memperbaiki keadaan desa yang buruk dan menghadapi tantangan dari warga desa yang tidak menyukainya. Perlahan-lahan, perubahan Lilia membuatnya disukai oleh warga desa, dan suaminya mulai tertarik padanya.
Apakah Lilia dapat menyelesaikan semua misi dan kembali ke dunianya?
Ataukah dia akan tetap di dunia novel dan menemukan kebahagiaan yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 : Maukah Kau Menjadi Milikku?
Malam ini hujan kembali mengguyur desa dengan derasnya, membuat hawa desa menjadi dingin dan segar. Tampaknya musim kemarau sudah berlalu dan berganti menjadi musim penghujan, membawa kesejukan yang menyegarkan setelah panas yang panjang. Suara hujan yang terus-menerus jatuh di atap dan tanah menciptakan suasana yang tenang dan damai, membuat semua penduduk desa memilih untuk tetap berada di dalam rumah, menghabiskan waktu bersama keluarga tercinta.
Di dalam rumah mereka, Lilia dan Titan berdiri berdekatan di dekat jendela kamar. Titan memeluk Lilia dari belakang. Dia memeluk Lilia erat, merasakan kehangatan tubuhnya dan kelembutan rambutnya. Lilia meletakkan kepalanya di bahu Titan, merasa aman dan nyaman dalam pelukannya. Mereka saling menghangatkan diri satu sama lain sambil menonton hujan melalui jendela. Suara gemuruh petir sesekali terdengar, menambah kesan dramatis pada malam yang romantis ini.
"Kak Titan, sejak kapan kamu mencintaiku?" tanya Lilia, dengan suara lembut.
"Entahlah, mungkin sejak kecil," jawab Titan.
"Bohong, dulu kamu lebih dekat dengan Erli ketimbang aku. Kamu bilang aku perempuan paling jahil yang pernah ada," sahut Lilia, tidak percaya.
"Jika Erli masih hidup, dia pasti bersaksi kalau aku dekat dengannya hanya sekedar teman curhat. Dia yang paling tau kalau aku begitu mencintaimu. Sampai akhir hayatnya dia masih menyimpan rahasiaku. Kamu pikir kenapa aku mau ikut denganmu kabur dari panti asuhan? . . . Karena aku tidak mau jauh darimu," jelas Titan.
Lilia terdiam sejenak, dia ingat betul kalau yang membawa Titan dan Erli kabur dari panti asuhan adalah dirinya. Kematian Erli, hilangnya Titan, menjadi pukulan berat bagi Lilia dahulu, dia menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi, karena semua bermula dari dirinya yang mengajak Titan dan Erli kabur.
"Putri Wakil Presiden wajahnya mirip sekali dengan Erli," ucap Lilia.
"Aku sadar. Tapi dia hanyalah karakter buku," jawab Titan. "Lilia, berhentilah merasa bersalah pada kami. Semua yang terjadi adalah musibah, kita sedang sial saja terlibat dengan kelompok mafia jahat," lanjut Titan.
"Dari mana Kak Titan tau kalau selama ini aku merasa bersalah?"
"Aku mengerti dirimu. Di dunia ini yang tau kamu hanya aku," jawab Titan dengan serius. "Kita lupakan masa lalu, kamu ... mau kan jadi milikku?" pinta Titan dengan lembut, tanpa paksaan.
Lilia berbalik, dia menatap mata Titan lebih dalam. Apa yang keluar dari mulut Titan malam ini membuat hati Lilia senang. Entah kenapa, perkataan itu seperti perkataan yang dia nanti-nanti selama ini. Tidak ada alasan bagi Lilia menolak. Dia dan Titan sudah mengenal sejak lama, sudah melalui suka suka bersama, di dunia ini maupun di dunia sana. Lilia pun mengangguk.
Titan tersenyum puas, meski Lilia tidak berkata apapun, anggukan Lilia menjawab segalanya. Dan Titan langsung menggendong Lilia di tangannya, membawanya naik ke atas ranjang.
Titan membaringkan Lilia dengan pelan. Membelai rambutnya, mencium setiap inci wajahnya. Sentuhan lembut Titan membuat Lilia nyaman, jantungnya berdebar kencang. Titan membuka pakaiannya, melemparkannya ke sembarang tempat. Setelah itu, bagai serigala yang haus darah, Titan langsung melumatt bibir Lilia dengan penuh gairah. Keduanya saling beradu dengan penuh cinta.
Dalam keheningan malam yang hanya diisi oleh suara hujan, Titan dan Lilia merasa bahwa mereka berada di dunia mereka sendiri, sebuah dunia yang penuh cinta dan kehangatan. Mereka menikmati setiap momen bersama, merasakan kebahagiaan yang tidak terhingga dalam pelukan satu sama lain. Malam itu, di bawah guyuran hujan yang deras, cinta mereka semakin menguat, menghangatkan hati dan jiwa mereka berdua.
Waktu pun tanpa sadar telah berganti pagi. Jalanan desa tampak licin akibat guyuran hujan semalaman. Dua insan yang tadi malam diliputi gairah, masih tidur di balik selimut.
Bu Ayu sedang menyapu di halaman rumah, saat melihat ke samping rumah, tidak sengaja Bu Ayu melihat jendela kamar Lilia dan suaminya terbuka. "Astaga Lilia, Pandu, kok jendela kamar mereka terbuka. Apa jendela itu semalaman tidak di tutup?" Bu Ayu berjalan ke samping rumah, ingin menutup jendela itu.
Saat hendak menutup jendela, tidak sengaja Bu Ayu melihat Lilia dan Titan berpelukan di balik selimut. Pakaian mereka berserakan di lantai. Mata Bu Ayu langsung membulat. "Astaga," ucap Bu Ayu, terkejut. Dengan cepat, tapi pelan, Bu Ayu langsung menutup jendela itu.
"Untung aku yang lihat, coba kalau orang lain," ucap Bu Ayu, lagi.
Namun, sesaat kemudian Bu Ayu langsung tersenyum, baru menyadari kalau hubungan Lilia dan suaminya sudah berkembang romantis, seperti suami istri sungguhan. "Akhirnya ... Tidak lama lagi aku bakal punya cucu," kata Bu Ayu, senang bukan main.
"Bu Ayu ... Bu Ayu ..." panggil Bu Ira dan Pak Johan.
"Ada apa Bu Ira, Pak Johan? Kok pagi-pagi datang kemari?" tanya Bu Ayu.
"Tadi malam hujan lebat, saya lihat di sawah di samping rumah saya banyak sekali udang lobster merangkak. Suami saya langsung menangkapnya. Karena Nak Lilia dan Nak Pandu sudah menyelematkan suami saya, saya ingin mengadakan syukuran hari ini dengan hidangan udang lobster. Tapi saya tidak pandai memasaknya, makanya kami kemari ingin minta resep rahasia Lilia, supaya udang lobster kami enak. Pokoknya satu kampung kami undang untuk merasakan udang lobster," jelas Bu Ira.
"Iya Bu Ayu, apa Nak Lilia dan Nak Pandu sudah bangun? Kami ingin bertanya pada mereka," ucap Pak Johan, juga.
"Nanti saja ya, anak dan menantu saya masih belum bangun, mereka sangat lelah, karena baru pulang ke rumah kemaren sore," jawab Bu Ayu. "Nanti kalau mereka bangun baru saya sampaikan," sambung Bu Ayu.
"Pak Johan dan Bu Ira kok datang di waktu yang tidak tepat. Anak dan menantuku kan sedang fokus membuat cucu untukku," ucap Bu Ayu dalam hati, sedikit kesal, karena kedatangan Bu Ira dan Pak Johan di waktu yang tidak tepat.
"Iya Bu Ayu, jangan lupa di sampaikan ya," pinta Bu Ira, lagi.
"Iya, Bu, siap," jawab Bu Ayu. Bu Ira dan suaminya pun pulang.
"Akhirnya mereka pulang. Sebaiknya aku buat sop sayur hijau untuk menyuburkan kandungan Lilia. Sop kacang-kacangan untuk Pandu, supaya perkasa." Bu Ayu tersenyum girang, dia pun masuk ke rumah, dan langsung ke dapur.