NovelToon NovelToon
The Stoicisme

The Stoicisme

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Berbaikan
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Wahyudi0596

Shiratsuka mendecak, lalu membaca salah satu bagian esai yang ditulis Naruto dengan suara pelan tetapi jelas:

"Manusia yang mengejar kebahagiaan adalah manusia yang mengejar fatamorgana. Mereka berlari tanpa arah, berharap menemukan oase yang mereka ciptakan sendiri. Namun, ketika sampai di sana, mereka menyadari bahwa mereka hanya haus, bukan karena kurangnya air, tetapi karena terlalu banyak berharap."

Dia menurunkan kertas itu, menatap Naruto dengan mata tajam. "Jujur saja, kau benar-benar percaya ini?"

Naruto akhirnya berbicara, suaranya datar namun tidak terkesan defensif. "Ya. Kebahagiaan hanyalah efek samping dari bagaimana kita menjalani hidup, bukan sesuatu yang harus kita kejar secara membabi buta."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyudi0596, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 2

Beberapa hari telah berlalu sejak Naruto bergabung dengan Klub Relawan. Awalnya, kehadirannya membawa sedikit kegelisahan, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi anggota klub lainnya. Tapi seiring waktu, semuanya mulai terasa… natural.

Kehadiran Naruto tidak terlalu mencolok, tapi juga tidak menghilang begitu saja. Dia mengamati, memahami ritme yang ada di dalam ruangan itu, lalu menyesuaikan diri tanpa kehilangan dirinya sendiri.

Hening yang tenang.

Terkadang dipecah oleh suara Yuigahama yang ceria, bercanda dengan Yukino meskipun sering kali yang ia dapatkan hanya balasan datar.

Hikigaya, seperti biasa, tenggelam dalam bukunya.

Naruto menyukai suasana ini. Tidak ada tekanan untuk berbicara jika dia tidak ingin, tapi juga tidak ada ketegangan yang membebani.

Namun, ketenangan itu terusik ketika suara ketukan terdengar dari luar pintu. Semua kepala langsung menoleh ke sumber suara.

Naruto mengamati ekspresi masing-masing orang di ruangan itu. Yukino tetap tenang seperti biasa, Hachiman hanya melirik sekilas sebelum kembali membaca bukunya, sementara Yuigahama sedikit menegang—tapi juga tampak penasaran.

Yukino akhirnya yang pertama berbicara. "Masuk."

Pintu terbuka perlahan, dan seorang gadis dengan ekspresi ragu melangkah masuk. Rambutnya diikat ekor kuda, dan dia memegang map di tangannya—terlihat jelas bahwa dia datang ke sini bukan tanpa alasan.

"E-eto… aku ingin meminta bantuan dari Klub Relawan."

Matanya sedikit berkedip, menatap satu per satu orang di dalam ruangan, sebelum akhirnya jatuh pada Yukino.

Naruto memperhatikan. Bukan hanya permintaan itu yang menarik perhatiannya, tapi juga ekspresi si gadis—ada sedikit keraguan, tapi juga keinginan yang kuat untuk menyelesaikan sesuatu.

Quest pertama sejak dia bergabung dengan klub akhirnya dimulai.

Yukino menatap gadis yang baru saja masuk dengan ekspresi datarnya yang biasa. Tak ada perubahan dalam nada suaranya saat dia langsung mengklarifikasi, "Sebelum kami bisa membantu, kami perlu memahami situasinya dengan jelas. Bisa jelaskan apa masalah yang sedang kau hadapi?"

Gadis itu tampak sedikit ragu, tapi kemudian menarik napas dan mengangguk.

"Namaku Hayasaka Aoi, aku dari kelas 2-B."

Matanya beralih ke map yang dibawanya, seolah mencari keberanian dari dalam sana sebelum akhirnya dia melanjutkan.

"Aku… belakangan ini menerima beberapa ancaman dari seseorang yang tidak kukenal. Awalnya hanya pesan di loker, tapi sekarang mulai ada pesan di ponselku, bahkan di media sosial. Aku tidak tahu siapa yang mengirimnya, tapi kata-kata mereka semakin kasar dan menyeramkan. Aku tidak bisa melaporkannya ke guru karena… tidak ada bukti kuat. Jadi aku datang ke sini."

Ruangan kembali hening sejenak.

Naruto menyipitkan mata, menyerap informasi yang baru saja diucapkan. Yuigahama menoleh ke arah Yukino dengan ekspresi khawatir, sementara Hikigaya hanya menghela napas kecil, seolah sudah menduga sesuatu seperti ini akan terjadi.

"Apakah ada pola dalam pesan-pesan itu?" Naruto akhirnya angkat bicara.

Hayasaka sedikit terkejut dengan pertanyaannya, tapi kemudian menggeleng. "Tidak ada pola yang jelas, tapi… mereka sepertinya tahu ke mana aku pergi setiap hari. Itu yang membuatku takut."

Kali ini, bahkan Hachiman mengangkat alisnya sedikit. "Stalker, huh? Itu merepotkan."

Yukino menyandarkan tubuhnya ke kursinya, tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya menatap Hayasaka lagi.

"Kami akan menyelidiki ini. Tapi sebelum itu, kami perlu tahu apakah ada seseorang yang mencurigakan di sekitarmu—seseorang yang mungkin memiliki dendam padamu, atau mungkin terlalu terobsesi denganmu."

Hayasaka menggigit bibirnya. "Aku… tidak yakin. Tapi aku memang menolak pengakuan seseorang belum lama ini. Mungkinkah itu ada hubungannya?"

Naruto dan Hikigaya saling bertukar pandang sekilas.

"Mungkin."

Kasus ini tampak lebih rumit dari yang terlihat di permukaan.

Tapi inilah yang dimaksud dengan ujian, bukan? Sebuah tantangan yang akan menguji apakah prinsip yang dipegang Naruto benar-benar bisa diterapkan dalam kehidupan nyata.

"A-ah! Aku baru sadar, Hayasaka-san itu sekelas sama aku dan Hikki!"

Yuigahama mengangkat tangannya seakan baru menemukan sesuatu yang mengejutkan. Wajahnya dipenuhi ekspresi kaget dan sedikit malu karena baru menyadarinya sekarang.

Yukino menoleh ke arahnya dan langsung mencibir, "Tentu saja. Kalau Hikigaya memiliki sedikit kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya, mungkin dia juga akan sadar lebih cepat."

Hikigaya menghela napas dalam, lalu menatap Yuigahama dengan ekspresi lelah. "Aku tidak punya kewajiban untuk mengingat semua orang di kelasku. Aku hanya perlu tahu siapa yang tidak akan merepotkanku."

Yukino hanya mendengus kecil, sementara Yuigahama menggembungkan pipinya, merasa tidak puas dengan jawaban Hachiman.

Naruto, di sisi lain, tetap diam. Dia hanya duduk di tempatnya, matanya memperhatikan interaksi ketiganya tanpa ekspresi yang jelas. Dia lebih tertarik melihat bagaimana mereka mulai berspekulasi tentang kemungkinan tersangka.

Hachiman menyandarkan tubuhnya ke kursinya, ekspresinya malas seperti biasa. "Kalau dia sekelas denganku, aku bisa mengamati siapa saja yang mencurigakan. Tapi tetap saja, ini lebih terdengar seperti kasus seorang stalker yang pintar menyembunyikan jejak."

Yukino mengangguk, "Itu kemungkinan terbesar untuk saat ini. Tapi sebelum kita mengambil kesimpulan lebih jauh, kita perlu melihat bukti yang lebih konkret."

Hayasaka mengangguk, membuka mapnya dan memperlihatkan beberapa kertas berisi cetakan pesan ancaman yang ia terima.

Naruto akhirnya angkat suara, "Kalau pelakunya benar-benar sekelas denganmu, maka kemungkinan besar dia akan menunjukkan sesuatu dalam ekspresi atau tindakannya. Kita hanya perlu memancingnya."

Yukino dan Hachiman menoleh ke arah Naruto, terdiam sejenak sebelum akhirnya Yukino menyipitkan matanya. "Jadi, kau ingin menguji bagaimana orang-orang di sekitarnya bereaksi?"

Naruto mengangguk. "Kita bisa melihat siapa yang bereaksi berlebihan atau justru terlalu tenang. Biasanya, orang yang bersalah akan menunjukkan sesuatu tanpa mereka sadari."

Yuigahama bertepuk tangan kecil. "Wah! Naruto, kamu kayak detektif gitu!"

Hikigaya mendengus kecil. "Atau dia cuma sok dramatis saja."

Naruto tidak menanggapi komentar itu. Matanya tetap tertuju pada Hayasaka yang masih terlihat cemas.

"Untuk saat ini, kita perlu strategi. Sesuatu yang bisa membuat pelakunya keluar dari bayang-bayangnya," ujar Naruto.

Yukino melipat tangannya dan berpikir sejenak sebelum akhirnya berkata, "Baiklah. Kita akan mulai dari pengamatan di kelas. Jika ada yang menunjukkan perilaku mencurigakan, kita akan mempersempit daftar tersangka."

Hayasaka menatap mereka dengan campuran perasaan khawatir dan lega. Akhirnya, ada seseorang yang mau membantunya.

Naruto menerima map dari Hayasaka dengan ekspresi tenang, matanya meneliti isinya sekilas sebelum menutupnya kembali.

"Biar aku yang pegang ini."

Yukino meliriknya sebentar sebelum mengalihkan perhatiannya kembali pada Hachiman dan Yuigahama. "Karena Hayasaka-san berasal dari kelas 2-B, tugas pengamatan di kelasnya akan lebih efektif jika dilakukan oleh orang yang juga berasal dari sana."

Hachiman menghela napas panjang, tampak enggan terlibat lebih jauh. "Jadi aku dipaksa ikut, huh?"

Yuigahama, yang berdiri di sebelahnya, tersenyum canggung. "Yaah, setidaknya kita bisa membantu Hayasaka-san."

1
Tessar Wahyudi
Semoga bisa teruss update rutin, gak apa-apa satu hari satu chapter yang penting Istiqomah. semangat terus.
Eka Junaidi
saya baca ada yang janggal, seperti ada yang kurang. coba di koreksi lagi di chapter terakhir
Nekofied「ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ」
untung bukan sayaka 🗿
Tessar Wahyudi: ah nanti terjawab seiring cerita berjalan
Nekofied「ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ」: walaupun masih bingung 🗿 mc nya renkarnasi atau bukan
total 3 replies
Eka Junaidi
Masih dipantau, semoga gak macet seperti karya lainnya. atau semoga semuanya bakal di lanjutkan lagi.
Eka Junaidi
Itu sinar matahari pagi atau sore, kok dia akhir Naruto menemukan dokumen Yamato hanya dalam waktu satu jam setengah. jika Naruto Dateng pagi jam setengah enam, setidaknya waktu baru menunjukkan pukul tujuh pagi. jadi itu adalah typo.
Eka Junaidi
mantap, semangat nulisnya bro
anggita
like👍pertama... 👆iklan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!