Karena bosan dengan kehidupan yang dijalani selama ini, Rania gadis cantik berusia 25 tahun yang telah menyelesaikan s2 di luar negeri ingin mencoba hal baru dengan menjadi seorang OB di sebuah perusahaan besar.
Tapi siapa sangka anak dari pemilik perusahaan tersebut justru menginginkan Rania untuk menjadi pengasuhnya.
Sedangkan Raka duda berusia 40 tahun ,CEO sekaligus ayah dari 3 orang anak yang belum move on dari sang mantan istri yang meninggal pasca melahirkan anak ke 3 nya.
Bagaimana perjalanan Rania dalam menghadapi tantangan yang dibuatnya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ibu Cantik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan tidak terduga
Di rasa tangisan Rania sudah mereda,Raka melepaskan pelukannya. Raka menghapus sisa air mata Rania,"sudah jangan nangis,tuh Zian ikutan nangis." Rania menganggukkan kepala sambil mengusap ingus. Raka yang melihat hanya terkekeh karena ulah Rania yang tidak ada jaim-jaimnya.
Raka mengeluarkan saputangannya,"pake ini jangan di usap di baju,jorok." Rania menerima sapu tangan
Srokkkk
"Makasih ya pak bos atas kepekaannya."
"Saya bawakan makan siang,mari kita makan bersama." Raka menata makanan yang di bawanya.
"Harusnya pak bos ga perlu repot - repot bawa makan segala." Ucapan dan perilaku Rania sangat berbanding balik dengan kenyataan,dia langsung mengambil ayam goreng yang disediakan.
Zian yang melihat perilaku lucu Rania langsung tertawa, sedangkan Raka hanya menggelengkan kepalanya karena seperti melihat tingkah laku putra keduanya.
Rania makan dengan tergesa-gesa karena sudah lama dia tidak merasakan makanan enak, hingga,
uhuk uhuk
Rania tersedak,Raka langsung menyodorkan sebotol air mineral sambil menepuk punggung Rania,"tidak perlu tergesa-gesa,tidak ada yang mau menggambil makananmu, kalau masih kurang nanti saya belikan lagi yang banyak."
Rania menggelengkan kepalanya ,"hah,tidak ,bukan begitu pak,saya hanya merasa senang karena makan enak." Rania berkata sambil menunjukkan senyum Pepsodent.
"Tante Rania suka ayam goreng ya,Zian juga suka, karena kita sama-sama suka jadi sekarang kita besti." entah dari mana Zian mendapatkan kosakata kekinian itu.
Rania tertawa mendengar ucapan Zian,"iya ya Zian sekarang kita besti,papi di ajak ga?." Rania bermaksud menggoda Raka.
Raka menatap Rania dan Zian secara bersamaan untuk memastikan jawaban putranya.
"Papi ga di ajak soalnya udah tua,kata kak Leon orang tua ga asik." Raka melototkan matanya mendengar pernyataan putranya, bagaimana bisa Leon mengajarkan konotasi aneh kepada adiknya yang masih kecil sepertinya Raka harus memberikan sedikit kejutan untuk putra keduanya.
Rania yang mendengar ucapan Zian langsung melesakkan tawanya." HAHAHA,Zian kamu lucu banget sih." Karena keasikan ketawa Rania lupa bahwa lukanya belum sepenuhnya kering hingga jahitannya mengeluarkan darah.
"Aduh perut ku,sakit." Rania merintih sambil memegang perutnya yang terasa sakit.
Raka yang melihat itu langsung mengecek perut Rania.
"Mana yang sakit, astaga Rania sepertinya lukanya mengeluarkan darah,ayo kita pergi ke rumah sakit." Rania terkejut karena tiba-tiba Raka menggendongnya.
"Eh pak bos,ga perlu digendong saya bisa jalan sendiri, turunkan saya pak."
"Jangan banyak bicara, nanti darahnya semakin keluar banyak."
Rania hanya bisa pasrah, sedangkan Zian merasa bersalah karena membuat Rania tertawa.
"Zian kamu duduk dibelakang sama Tante Rania ya." Raka memerintah Zian untuk menjaga Rania di kursi belakang, sedangkan Raka mengemudikan mobilnya menuju ke rumah sakit.
"Tante maafin Zian ya, gara-gara Zian Tante sakit lagi,huaaaaa." tangisan yang dari tadi di tahan oleh Zian akhir pecah juga.
Rania panik melihat Zian yang menangis,"Zian Tante Rania ga kenapa-kenapa ini terjadi karena lukanya belum kering,jadi Zian ga perlu merasa bersalah,kata Zian kan Tante Rania kuat,nihh buktinya Tante Rania udah ga ngerasa sakit lagi." Rania berkata demikian agar Zian merasa tenang,tapi wajahnya yang pucat tidak dapat membohongi Raka.
Sesampainya di rumah sakit Raka kembali menggendong Rania,kali ini Rania tidak menolak karena menolak pun rasanya percuma. Raka berjalan menuju UGD. Perawat yang melihat Raka menggendong Rania langsung sigap membawa bangkar.
"Silahkan di pindahkan di sini pak." Ucap perawat tersebut.
"Tolong berikan perawatan yang terbaik untuk dia." Raka berkata sambil menatap Rania yang semakin terlihat pucat.
"Baik pak silahkan mengisi administrasi terlebih dahulu."
Raka berlalu menuju loket administrasi sambil menggandeng Zian.
"Papi Tante Rania baik-baik saja kan?." Zian kembali memastikan keadaan Rania.
Raka menoleh dan berhenti berjalan dia mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Zian,"Zian tadi kan sudah dengar kalau Tante Rania gapapa,jadi jangan sedih,oke boy." Raka mengelus rambut Zian dan kembali berjalan.
Di lain tempat ada seseorang yang menatap Raka dengan pandangan marah. Seseorang yang dari awal melihat Raka datang dengan menggendong Rania sampai berada di meja administrasi, orang itu mengepalkan tangannya dengan kuat untuk melampiaskan amarahnya.