tentang seorang anak yang lahir dari seorang ibu, yang ditinggalkan oleh sang suaminya sejak dari dalam kandungan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jordi Vandanu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dian Sudah Pergi.
Dika bergegas menuju ke ruangan Dian. Lengang!.
Tak ada tanda tanda kehadiran Dian disana.
Dika memeriksa semua ruangan. Jelita dan Putra mengikuti.
"apa Dian ada minta izinmu untuk tak masuk hari ini Put? " tanya Dika.
"tidak Dik, tak ada sama sekali. "
Dika merasakan firasat tak enak. Bergegas dia kembali ke ruang meeting.
"gimana Dik! " tanya Melati.
"gak ada ma, Dian gak ada di ruangannya, ruangannya kosong. " jawab Dika.
"bapak bapak silahkan keluar dulu, lain kali kita bahas kembali. " pinta Yogi. Semua menganggukan kepala, dan meninggalkan ruangan meeting. Dika mengacak rambutnya dengan kasar.
"kemana anak itu ya Tuhaan, kenapa bisa begini sih. " keluh Dika.
"jangan berprasangka buruk dulu Dik, kita lihat ke rumahnya, siapa tahu dia sakit atau gimana, hingga tak masuk kantor. " kata Yogi.
Semua tersentak. Benar juga.
"kita ke rumah Dian sekarang. " ajak Melati, jantungnya berdebar tak tenang. Dika dan Yudistira bergegas berdiri.
Semua larut dalam hening dalam mobil, ketika menuju rumah Dian. Satpam pun bergegas membukakan gerbang.
"maaf pak, apa Dian ada di rumahnya? " tanya Dika dari balik kemudi.
"mbak Dian sudah keluar pak, dari jam 6 tadi, bawa koper dan kunci dititip ke saya. " jawab satpam heran. Bos besar dan keluarganya datang mencari Dian.
"loh kemana ya pak? "
"nggak ada ngomong apa apa pak, beliau hanya berpesan, kalau saya mau makan siang, ambil saja dirumah, terlanjur masak banyak, tapi keburu pergi katanya, saya iyain tadi pak. "
"mana kunci rumahnya pak? "
Satpam mengulurkan.
Dika segera melajukan mobil ke rumah paling ujung. Rumah terlihat bersih.
Bergegas Melati, Dika dan Yudistira turun. Membuka pintu rumah. Hanya lampu teras yang masih hidup, dalam rumah tertata apik. Rice cooker masih tercolok, nampak lauk pun terletak di meja kecil samping tivi, dengan tudung saji transparan. Melati bergegas menuju kamar Dian. Membuka lemari. Kosong!
Melati terduduk lemas.
"ma! " seru Yudistira.
"Dian sudah pergi yah, Dian sudah pergi! " isak Melati histeris. Yudistira memeluk sang istri iba.
"bertahun tahun yah, berpuluh tahun kita hidup dalam rasa bersalah, sekarang ketika kita akan mencoba menebus rasa itu, Dian sudah pergi, dia tidak melakukan balas dendam, Ya Allah, kenapa nak? Kenapa kamu pergi lagi? Apa kamu akan membiarkan kami hidup dalam keterpurukan selamanya? " tangis Melati. Pedih dan sakit hati Dika melihat itu, tapi dia juga tak berdaya. Sakit hati pada Dian? Tapi Dian tak melakukan apa apa, tak ada kata kata tajam yang keluar, tak ada caci dan maki. Dian begitu pasrah dan terlihat patuh.
"kita bahkan tidak tahu kemana lagi akan mencarinya, kita hanya dikasih tahu kalau dia memang putriku, dan selesai sudah. Ya Allah, ampuni dosa hamba di masa lalu. " ucap Yudistira. Dika menghempaskan tubuh dikasur samping sang mama. Dan tak sengaja tangannya menyentuh sesuatu. Sebuah kertas di bawah bantal. Dika menarik kertas itu. ternyata sebuah surat.
Dika membuka surat itu dan membacanya. Melati dan Yudistira menoleh.
"baca yang keras Dik. " kata Melati.
Assalamualaikum ibu Melati, bapak Yudistira dan pak Dika.
Aku anakmu pak Yudistira.
Ketika ibuku terkulai lemas dalam dekapan saya, dan saya dipaksa untuk menjauh darinya, disitulah saya berada dititik paling bawah kehidupan, diusia saya yang baru 12 tahun. Ketika hanya segelintir orang yang mengantar kepergian ibu saya ke makam, sebab sebagian dari warga bersyukur karena penyebab 'bala' sudah tak ada. Dan setelahnya saya pun dikucilkan.
Hehe, indah bukan hidup saya selanjutnya? Padahal nyata nyata saya bukan anak haram.
Maafkan saya.
Saya pergi setelah meyakinkan diri, bahwa pak Yudistira adalah ayah kandung saya. Dan anda beserta keluarga pun mengakui tanpa ada keraguan, terimakasih untuk itu.
Dan hanya itu yang ingin saya ketahui, dan saya bersyukur anda dan keluarga hidup sangat baik baik saja.
Teruslah hidup dengan baik.
Wassalam.
Melati menjerit lebih keras. Dan lalu terkulai lemas. Pingsan.
"ma! Mama!! " teriak Dika panik. Yudistira menangkup wajah sang istri.
"ma! Kita kerumah sakit sekarang Dik. " seru Yudistira. Dika menggendong sang sama menuju mobil, Melati dibaringkan di bangku tengah, dalam pelukan sang suami.
Yudistira membaca surat dari Dian sekali lagi, lalu melipat dan memasukkan ke kantong celana.
"tolong telusuri bandara, stasiun dan terminal cari Dian sampai ketemu. " kata Dika pada Putra.
Yudistira tenggelam dalam diam.
"saya bersyukur anda dan keluarga hidup baik baik saja, teruslah hidup dengan baik. "
Isi surat Dian begitu menyedihkan hati Yudistira. Begitu melukai. Betapa dendam begitu kental dalam setiap kalimat.
"Ya Allah, andai dia tahu, gimana hidup kita selama ini. " gumam Yudistira lirih, tapi Dika mendengar. Ingin membenci Dian, tapi tak mampu dilakukannya, Dian punya alasan sendiri untuk membenci keluarganya.
Melati segera di pindahkan ke brangkar, detak sepatu perawat yang berlari memberi pertolongan memecah keheningan.
Dika dan sang ayah duduk di luar menunggu dengan jantung tak tenang.
Cukup lama Melati ditangani. Dan dokter keluar ruang penanganan.
"ibu hanya mengalami shock pak, ada hal yang mungkin menyebabkan beliau mendapat serangan mendadak, tolong bantu jaga emosi beliau agar tetap stabil, silahkan kalau mau menjenguk ibu " kata dokter, yang tentu saja kenal dengan keluarga konglomerat itu.
"terimakasih dokter. "
Dika dan Yudistira bergegas masuk. Nampak Melati terbaring, dengan nafas stabil, infus terpasang ditangan, dan selang oksigen terpasang.
"ma." sapa Yudistira.
"mama baik baik saja pa. Hanya kaget sedikit saja, tolong cari Dian sampai ketemu ya Dik, janji sama mama. " kata Melati. Dika mengangguk cepat.
"Yogi dan Putra sudah mengutus orang orang ke seluruh pelosok ma, termasuk bandara dan lainnya. " jawab Dika.
"Dian pasti sangat terluka yah, sangaaat menderita Ya Allah, ketika Diana hamil dia dihujat, sampai dia meninggalkan pun gelar jelek itu masih melekat. " tangis Melati pecah kembali. Dika dan Yudistira tak bisa melakukan apa apa, selain mengusap usap lengan Melati.
"kemana kamu nak? " bisik Yudistira.
Hp Dika berdering, dari Yogi. Dika permisi keluar mengangkat panggilan itu.
"gimana Gi? " tanya Dika to the poin.
"saya sedang di bandara, dan meminta bantuan Langit untuk mengecek semua penerbangan domestik dan luar negeri. Ada nama Yudisti Diandra Putri dalam penerbangan menuju Turki sekitar 2 jam yang lalu. " lapor Yogi.
"kamu yakin? "
"sangat yakin, semua datanya sama dengan yang kita punya. "
"itu Dian Gi, jadi Dian ke Turki? Ke tempat siapa dan sama siapa? " tanya Dika.
"ada pembelian tiket dari satu akun dengan 2 nama, Cica Aryani. " jelas Yogi detail. "Dan penerbangan hanya sampai bandara di Turki saja. "
Dika mengucapkan terimakasih lalu menutup telpon. Meski sudah tahu Dian kemana, tapi mencari 1 orang di negara orang?
Astaga!
Dika menggelengkan kepala pusing.
sepusing2nya mereka mencari plngan pake orang suruhan😂