Zefanya Alessandra merupakan salah satu mahasiswi di Kota Malang. Setiap harinya ia selalu bermimpi buruk dalam tidurnya. Menangisi seseorang yang tak pernah ia temui. Biantara Wisam dosen tampan pengganti yang berada dalam mimpinya. Mimpi mereka seperti terkoneksi satu sama lain. Keduanya memiliki mimpi yang saling berkaitan. Obat penenang adalah satu-satunya cara agar mereka mampu tidur dengan tenang. Anehnya, setiap kali mereka berinteraksi mimpi buruk itu bak hilang ditelan malam.
Hingga sampai saat masa mengabdinya usai, Bian harus kembali ke luar negeri untuk menyelesaikan studinya dan juga merintis bisnis. Saat keberangkatan, pesawat yang diduga ditumpangi Bian kecelakaan hingga menyebabkan semua awak tewas. Semenjak hari itu Zefanya selalu bergantung pada obat penenang untuk bisa hidup normal. Mimpi kecelakaan pesawat itu selalu hadir dalam tidurnya.
Akankah harapan Zefanya untuk tetap bertemu Bian akan terwujud? Ataukah semua harapannya hanya sebatas mimpi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Harti R3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perseteruan
Kemarin di lapangan basket.
Hari ini tim basket kampus melakoni pertandingan final dalam lomba antar kampus. Tadinya Felicia ingin mengajak Zizi menonton pertandingan bersama, ternyata hari ini dia absen. Akhirnya ia pergi bersama Rossa, Jordy dan Nathan.
Saat pertandingan akan dimulai, seperti biasa Felicia memberi sebotol minuman kepada Angga. Saat hendak memberi botol minuman tiba-tiba salah satu anggota cheersleader menabraknya hingga Felicia hampir terjatuh. Untung saja ia masih bisa mengontrol tubuhnya, hanya botolnya saja yang terjatuh.
“Oops sorry.” Ucap Sherly, anggota tim cheersleader kampus sebelah.
Felicia lalu mengambil botolnya yang terjatuh. Langkahnya dihentikan kembali oleh Sherly.
“Tunggu-tunggu. Loe pacarnya Angga kan?”
“Pertandingannya udah mau mulai yaa, sorry gue mau anter minum dulu.”
“Loe pikir Angga secinta itu sama loe? Gue cinta pertamanya Angga, jadi jangan sepenuhnya loe berharap.”
“Oh cinta pertama, Angga cerita kok. Cinta pertama yang diam-diam selingkuh sama temennya kan?”
Plakkk! Sherly reflek menampar pipi Felice.
“Jaga mulut loe! Gue gak bakal biarin loe memiliki Angga sepenuhnya.”
“Loe yang harusnya ngaca, jangan lagi mengemis rasa sama orang yang loe khianati.”
Sherly mengangkat tangan hendak menampar Felicia lagi. Tapi ada seseorang yang menahan tangannya.
“Jangan malu-maluin kampus kita. Ayo!” Dimas, kapten tim basket kampus sebelah. “Sorry.” Lanjutnya melihat ke arah Felice dan menarik Sherly ke lapangan.
“Kamu gapapa?” tanya Angga berlari menghampiri Felice di pinggir lapangan. Memeriksa wajah Felice, memastikan tak ada luka selain panas karena tamparan Sherly. “pasti sakit.”
“It’s ok. Pertandingan udah mau mulai tuh, aku ke atas dulu.”
“Bilang ke aku kalo ada apa-apa, hmm?”
Felicia mengangguk dan memberi isyarat agar Angga segera masuk ke lapangan. Dia pun segera naik bergabung kembali bersama teman-temannya. Tak sedikit pasang mata yang menatap tajam kepadanya. Tak luput juga perbincangan terdengar di telinga Felicia karena kejadian tadi.
“Fel, loe gapapa?” tanya Rossa khawatir.
“Perih tau.” Felicia memeluk Rossa yang duduk di sebelahnya. Air matanya tak terasa menetes begitu saja merasakan perih di pipinya.
“Berani banget tu cewek nampar orang di lapangan, kondisi rame pula.” Ucap Jordy geram.
“Mereka belum tau Angga kali, tunggu aja tim mereka bakal dibabat habis biar tau rasa.” Kata Nathan.
***
Kuliah pagi di hari Kamis. Setelah kemarin absen, Zizi berangkat lebih awal dari biasanya. Saat sampai di pelataran kampus dan memarkirkan motornya tiba-tiba suara Nathan mengalihkan perhatiannya.
“Zi...” Panggil Nathan.
“Hey, kenapa Nath?” Melepas helm dan meletakkannya di motor.
“Felice ada ngechat loe gak?”
“Engga tuh, dari kemarin gue gak chattingan sama dia. Ada masalah?”
“Ceritanya panjang. Nanti di kelas aja.”
Nathan mengajak Zizi masuk ke kelas. Ternyata sudah setengah kelas terisi. Hari ini ada kuliah bersama jadi kelas mendadak ramai dari biasanya.
“Felice belum dateng ya?” tanya Zizi.
“Gak tau, belum keliatan. Kemarin loe gak berangkat kemana Zi?” tanya Jordy
“Nganterin bapak, ibu sama kakak gue ke bandara. Pulang semua.”
“Kasihan banget sebatang kara.” Celetuk Jordy yang tentu saja mendapat side eyes dari Zizi.
“Loe tau gak? Felice kemarin ditampar sama cheersleader kampus sebelah.” Sahut Rossa.
“Serius? Kok bisa gitu sih? Ada masalah apa emang sama Felice?” tanya Zizi penasaran.
Tiba-tiba Felicia muncul dari arah pintu dengan tergesa-gesa. Berjalan sedikit cepat menuju Zizi yang melambaikan tangan.
“Kenapa loe?” tanya Jordy.
“Sssttt dosennya dateng, untung aja duluan gue.” Ia meneguk air minum yang dibawanya.
“Pagi temen-temen semua.” Sapa Pak Mike.
“Pagi paaak.” Jawab mahasiswa serempak.
***
“Jaga sikap loe! Hubungan gue sama loe udah lama selesai. Jadi jangan ganggu hidup gue lagi.” Ucap Angga. “Satu lagi, jangan coba-coba buat nyentuh Felicia.”
“Angga, gue bisa perbaiki diri gue dan lebih baik dari cewek itu. Please, kita mulai lagi dari awal.”
Angga meninggalkan lapangan basket mengabaikan Sherly yang sedang berbicara padanya. Sherly adalah mantan pacar Angga. Mereka putus karena Sherly diam-diam menjalin hubungan dengan Zey sahabatnya.
***
Selesai kelas Zizi dan teman-temannya bergegas ke resto untuk istirahat dan mengisi perut. Menceritakan kejadian kemarin kepada Zizi. Menyantap makanan sembari mengobrol di bawah rindangnya pohon yang menaungi mereka.
Byurrr! Segelas jus dingin mmembasahi wajah dan pakaian Felicia. Sherly yang tiba-tiba datang menyiram segelas jus ke arah Felicia.
“Putusin Angga atau loe bakal tau akibatnya.”
“Hah apa yang loe lakuin?”
“Itu adalah balasan karena loe udah ngerebut Angga.”
“Jangan membuat kerusuhan di sini.” Ucap Zizi dingin.
“Gue gak omong sama loe.” Kata Sherly
“Jelas-jelas loe berdiri di deket gue, dan gue merasa terganggu. Apa gue salah?”
Tangan Sherly hendak mengambil gelas di meja, namun ia kalah cepat dengan tangan Zizi.
“Gak perlu repot, gue bisa ambil sendiri.”
Zizi berdiri dan menghadap ke arah Sherly. Ia mengangkat gelas di tangannya dan menumpahkan isinya di kepala Sherly.
“Ya! Loe gila?” teriak Sherly.
“Menurut loe? So, enyahlah dari sini sebelum gue beneran gila denger loe ngomong.”
Kali ini bukan hanya bicaranya yang dingin, tapi Zizi juga memberi tatapan mematikan pada Sherly. Sherly yang basah dan berbau jus Strawberry itu pergi meninggalkan mereka dengan geram.
“Lari ngibrit gak tuh!” teriak Jordy.
“Tunggu bentar, gue ada baju ganti di mobil Fel.” Kata Rossa
“Cewek gila!” umpat Felicia
“Harusnya kemarin loe di lapangan Zi, loe tampar balik tuh nenek lampir.” Ucap Jordy
“Bikin pusing ngurusin orang kaya gitu.” Jawab Zizi mengambil air mineral di rak resto.
Dari atas sana Bian terheran-heran melihat tindakan Zizi. Tersenyum seraya menggelengkan kepala. Bagaimana bisa dia melakukan dengan berani? Darimana dia belajar keberanian seperti itu? Satu kata, keren. Jarang-jarang ada cewe yang segarang itu. Monolognya dalam hati. Ia mengeluarkan ponsel dan mengirimkan pesan pada Zizi.
[Kamu ternyata preman kampus juga ya?]
Ting! Notifikasi whatsapp masuk di layar ponsel Zizi.
[Kamu ternyata preman kampus juga ya?]
Zizi mengerjapkan kedua matanya ketika membaca pesan dari Bian. Ia lalu melihat ke lantai dua dimana Bian berdiri. Ia kembali mengerjapkan kedua matanya tatkala bersitatap dengan Bian. Lalu memilih mengendikkan kedua bahunya dan duduk kembali bersama teman-temannya.
Sial! Kenapa juga Pak Bian harus liat sih. Hancur reputasi baik gue di depan dia. Duh!
Monolognya dalam hati.
Kemudian Rossa kembali dengan membawa baju ganti untuk Felicia.
“Ganti dulu gih, masih ada waktu sebelum kelas.”
“Thanks ya Rossa yang baik hati.” Hendak memeluk Rossa
“Gak! Sana-sana ganti dulu.” Rossa menghindar dari tempatnya.
Setelahnya mereka memasuki kelas untuk mengikuti perkuliahan selanjutnya.