NovelToon NovelToon
One Day With You

One Day With You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / One Night Stand / Playboy / Percintaan Konglomerat / Beda Usia / Diam-Diam Cinta
Popularitas:15.1k
Nilai: 5
Nama Author: IamLovelyvi

Baron adalah mimpi buruk di mata Evelyn sejak pertama kali mereka bertemu. Berharap tidak bertemu lagi dengan Baron, namun takdir berkata tidak. Bagaimana mungkin Evelyn tidak trauma, dengan mata kepalanya sendiri ia melihat Baron bercinta dengan pacarnya. Lalu bagaimana jadinya Evelyn malah terikat dengan Baron seumur hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IamLovelyvi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 18

Evelyn sedang bermain dengan boneka barbie nya yang merupakan hadiah ulang tahun dari teman-temannya. Saat asik bermain, seorang wanita muda menghampirinya, berlutut dan melayangkan senyum manis untuknya. "Evelyn sayang." sapa wanita cantik yang terlihat masih muda. Wanita itu mengenakan gaun press body sehingga lekuk badannya terbentuk dengan sempurna.

Mata bulat Evelyn menatap wanita itu tanda tanya, "Anda siapa?"

"Aku teman Papamu. Panggil saja aku Bibi. Aku diminta Papamu melihat keadaan Mamamu sekalian memberikan obat." ucap wanita itu tanpa membiarkan senyumnya surut.

"Mama ada di kamar sedang tidur." ucap Evelyn dengan polos.

"Ya sudah, Bibi pergi melihat Mamamu dulu."

Evelyn mengangguk seraya mendapat usapan lembut di kepalanya. Begitu wanita itu pergi Evelyn lanjut memainkan bonekanya. Tidak lama setelah itu, terdengar suara jeritan Mamanya membuat Evelyn terhenyak. Gadis berusia empat tahun itu berlari menuju kamar Mamanya. Dari celah pintu yang tidak tertutup rapat ia melihat wanita muda tadi mengintimidasi Mamanya. Membentak serta melontarkan kata-kata tidak pantas.

"Sebaiknya kau cepat mati agar aku tidak repot-repot mengotori tanganku menyingkirkanmu." Evelyn merekam kalimat wanita itu dengan jelas tanpa berani masuk untuk membela Mamanya dari wanita jahat itu.

"Ambil saja suamiku kalau itu yang kau mau. Tapi biarkan aku tetap hidup, aku masih punya Evelyn. Siapa yang menjaganya kalau aku tidak ada..." suara Mama Alea terbata-bata saat berucap. Wajah wanita itu terlihat pucat serta tubuhnya begitu kurus.

"Diamlah. Jangan mengaturku. Kau harus diberi pelajaran. Karena kau Charles mengabaikanku!" tangan wanita itu melayang dan mendarat dengan keras di pipi Mama Alea.

"Mama..." Evelyn tiba-tiba terbangun setelah memimpikan Mamanya. Gadis itu menyandarkan tubuhnya di dipan sambil mengambil air putih dari nakas samping tempat tidurnya. Ia menenggak air putih seolah sangat kehausan.

Setelah menenangkan diri, ia kembali teringat mimpinya barusan. Lagi-lagi ia memimpikan kejadian itu. Evelyn selalu bingung dibuatnya, karena mimpi itu selalu berakhir ketika wanita muda itu menampar mendiang Mamanya. Kejadian itu benar-benar terjadi. Evelyn masih empat tahun saat itu. Ia mengingat kejadian itu dengan jelas, akan tetapi wajah wanita itu hilang dari memorinya.

Siapa wanita itu sebenarnya. Kenapa ia begitu jahat kepada Mamanya. Pertanyaan itu selalu terlintas di kepalanya. Kenapa dia selalu memimpikan kejadian itu. Apakah Mama Alea tidak tenang di alam sana sehingga dia selalu memimpikan hal ini berulang kali?

Hari yang Evelyn lalui selama beberapa waktu ini sangat menyenangkan. Semua berkat Baron yang menepati janjinya. Pria itu benar-benar membuatnya senang dengan segala perbuatan pria itu.

Sebuah perkembangan yang maju ketika Evelyn sepenuhnya tidak lagi takut kepada Baron. Evelyn mulai bisa lebih santai tanpa harus menjaga jarak dengan pria itu. Setelah melakukan pendekatan lebih jauh, ternyata Baron memiliki sisi lain yang tidak dia ketahui. Dibalik sifatnya yang dingin rupanya pria itu bisa bersikap manis.

Saat Evelyn sedang bersantai di dalam kamarnya, suara ketukan dari pintu kamarnya terdengar.

"Evelyn, boleh aku masuk?" suara Baron terdengar.

"Iya." sahut Evelyn seraya berpindah ke sofa, yang awalnya ia sedang bergelung di atas tempat tidur.

Baron masuk ke dalam kamar. Pria itu terlihat tampan memakai celana santai berwarna navy berpadu dengan t-shirt hitam tipis sehingga ototnya terbentuk sempurna. Pria itu tidak lupa memberikan senyum manis kepadanya. Di tangannya terdapat sebuah kotak hitam dengan ikatan tali pita berwarna putih.

"Itu..." Evelyn menunjuk kotak itu dengan matanya. Kotak itu cukup besar membuat Evelyn penasaran akan isinya.

"Aku hampir lupa memberikan ini padamu." Baron memberikan kotak itu pada Evelyn.

"Apa ini?" Evelyn menimang-nimang kotak itu sambil menebak isinya.

"Bukalah. Aku yakin kau akan senang ketika melihatnya." Baron sangat yakin dengan hal itu.

Ia mengajak Evelyn duduk di sofa untuk membukanya. Gadis itu menarik pilinan pita dan membuka tutup kotak secara perlahan. Begitu melihat isinya, Evelyn menutup mulutnya dengan tangannya.

"Kak Baron." seru Evelyn tanpa melepas pandangannya dari isi kotak itu.

Tangannya dengan hati-hati mengambil isi kotak yang merupakan kotak musik miliknya yang sebelumnya telah hancur berkeping-keping kini dalam kondisi utuh dan bahkan terlihat baru.

Baron yang sudah menebak reaksi Evelyn ikut tersenyum. Evelyn terlonjak senang. "Aku merasa bersalah saat kau mengatakan bahwa kotak musik ini adalah peninggalan mendiang Mama Alea. Sebagai orang yang memiliki nasib sama, aku bisa merasakan kesedihanmu. Aku juga akan sedih dan marah ketika barang peninggalan Mamaku dirusak oleh orang. Maka dari itu, diam-diam aku mengambil kepingan kotak musik itu dan membawanya ke toko elektronik untuk diperbaiki." tutur Baron.

Evelyn terkesan akan perbuatan Baron. Hal itu membuatnya tertawa senang. "Padahal aku sudah melupakan hal itu."

"Mungkin kau lupa. Tapi aku akan didera perasaan bersalah jika tidak menebusnya." balas Baron.

"Apakah kau senang?"

Evelyn mengangguk "Tentu saja." tanpa sadar Evelyn merengkuh tangan Baron. Baron terkejut ketika mendapat sentuhan itu. Meski beberapa hari ini mereka sudah mulai dekat, ia belum pernah bersentuhan dengan intens dengan Evelyn.

Menyadari kekagetan Baron, Evelyn juga tersadar dan hendak menarik tangannya. Namun Baron tidak membiarkannya. Ia menahan tangan Evelyn agar tetap seperti semula. "Tidak usah dilepas." ucap Baron.

"Kenapa?" pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulutnya.

"Aku sangat senang ketika bicara dekatmu. Namun aku lebih senang saat kau menyentuhku tanpa takut lagi. Itu artinya kau tidak membatasi dirimu lagi. Tetaplah seperti ini untuk beberapa saat."

Wajah Evelyn merona mendengar hal itu. Ia mengakui tubuhnya telah terbiasa dengan kehadiran Baron.

Baron kini menautkan jemari mereka. Ia bisa merasakan Evelyn gugup saat ini. Dan itu sangat manis di mata Baron. "Aku tahu saat ini kau sedang gugup." ujar Baron.

"Tidak." sangkalnya yang mana membuat Baron terkekeh.

Ia mengangkat alisnya dengan seringaian licik di wajahnya, "Benarkah?" penuh selidik. Evelyn mengangguk yakin. "Lalu bagaimana jika aku menyentuhmu di sini." Baron sengaja meletakkan telapak tangannya di pipi Evelyn.

Gadis itu terlonjak kaget. "Lihat, kau terkejut." Baron tersenyum puas. Akan tetapi ia tidak melepaskan tangannya. Malah ia mengelus pipi mulus Evelyn yang sudah merah padam. Baron sangat menikmati reaksi Evelyn yang malu-malu terhadapnya. Sangat manis membuatnya ingin memeluknya dan menciumi pipinya. Tapi untuk sekarang dia harus menahan diri. Baron tidak mau memaksakan diri yang mana akan membuat Evelyn takut lagi dengannya.

"Kau sangat cantik dan senyummu sangat indah." tidak malu-malu pria itu mengatakan yang sesungguhnya.

Semakin lama wajah mereka semakin dekat. Mata mereka saling tertaut. "Bolehkah aku menciummu lagi?" pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut Baron tanpa tahu malu.

1
Km Manik
kak belum ada lanjutanya y
Km Manik
kak kok belum ada lanjutanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!