Ai To Fukushū (Love And Revenge)

MABUK

Pyarrr!! Sebuah bantingan keras botol wiski hingga berserakan dimana-mana. Sota si pria tua yang mengetahui bahwa asistennya sudah dibunuh, tentu saja pria itu marah besar. Tak ada satupun yang bisa membawa bodyguard Koji.

“Tuan Sota! Dia berhasil kabur saat penyerangan.” Ucap salah satu anak buah Sota yang melihat keberadaan pria dengan kemeja tak karuan akibat pertarungannya dengan Akira, namun beruntungnya dia bisa kabur lebih cepat.

“Biarkan dia masuk.” Perintah Sota dengan suara seraknya.

Tak berselang lama, pria itu dibiarkan masuk hingga berlutut dihadapan Sota yang kini berdiri dengan dua tangannya di belakang. Pria itu mulai berbalik menatap tajam dan tegas ke anak buahnya yang masih berlutut Engan peluh membasahinya.

“Maaf tuan Sota, kami gagal. Tapi aku membawakan sebuah berita, anda bisa bertanya langsung kepada tuan Shi karena hanya dia yang tahu.” Jelas pria itu terdengar serius.

Tentu saja Sota berkerut alis mendengar nama Shi Angelou di bawa-bawa? Kenapa?

“Shi?” gumam Sota masih tak tahu. Pria itu segera pergi dari ruangan khas ala rumah Jepang tradisional, namun sangat mewah dan besar.

Kepergian Sota segera diikuti oleh beberapa anak buahnya yang lain termasuk pria tadi. Entah mereka mau pergi kemana, yang pasti itu urusan pribadi.

...***...

Memakai pakaian santai, kaos putih berlengan panjang serta celana training putih membuat Akira nampak lebih nyaman. Wanita itu memutuskan berjalan-jalan di luar kamar, dia tak bisa tidur dan jika tidur pikiran serta hatinya selalu tak tenang mengingat kematian adiknya yang masih dia rindukan.

-‘Apa yang kau lakukan di sana Izumi?’ batin Akira yang selalu bertanya-tanya apakah adiknya tenang di sana. Wanita cantik dengan rambut tergelung itu berhenti di sebuah ruangan perapian.

Akira terpukau melihat banyaknya foto keluarga Koji yang juga entah ada dimana mereka, namun yang pasti pria itu hanyalah anak tunggal.

Kini Akira mengamatinya, sebuah pigura foto yang besar terpapar di dinding— seorang wanita dengan rambut panjangnya, bahkan milik Akira kalah panjang, sedangkan pria di sampingnya memiliki rambut pirang yang sama seperti bosnya.

“Sangat cantik!” gumam Akira saat melihat wajah wanita yang ada di foto tersebut. Rambut panjangnya sama sekali tak membuat Akira merasa aneh karena rambut adalah mahkota bagi wanita.

Tak tinggal diam di sana, Akira kini sampai di sebuah taman yang sama, yang begitu indah hingga langkahnya membawanya pergi ke sana dan betapa terkejutnya dia saat melihat sebuah Gazebo putih berdiri kokoh di tengah halaman. “Gazebo di tengah taman?!" Akira merasa tak percaya ada rumah seindah itu.

“Benar-benar luar biasa!” kagum Akira untuk pertama kalinya dia melihat sebuah Gazebo yang cukup indah bak negeri Barbie.

Siapapun yang melihatnya maka dia akan melangkah ke sana, seperti Akira. Wanita itu melangkah ke arah Gazebo dimana jalanan nya tersusun rapi dengan di kedua sisi masuknya terdapat lampu berdiri yang sangat cantik, ada sofa putih panjang yang melengkung mengikuti dinding Gazebo, serta ada perapian di sana. Benar-benar indah.

“Dia memiliki selera yang bagus." Gumam Akira membicarakan soal selera bosnya, Koji!

Sambil tersenyum tipis, wanita itu juga dapat melihat keindahan langit malam namun semuanya sirna ketika— “Siapa yang menyuruhmu kesini?”

Suara bariton yang khas, mengangetkan Akira hingga wanita itu segera berbalik menatap kehadiran pria berparas bak dewa Yunani dengan rambut pirang, kaos hitam serta celana hitam dengan sabuk hitamnya.

“Maafkan aku Tuan Koji. Aku melihat keindahan Gazebo ini dan itu menarik perhatianku dan— ”

“Selama ini tidak ada yang berani menginjakkan kakinya di Gazebo ini. Akan aku maafkan karena kau masih baru di sini, lain kali jangan injakan kaki mu di sini.” Ujar pria angkuh itu hingga berpaling dari Akira.

“Baik Tuan Koji.” Setelah mengatakannya, Akira segera pergi dari sana. Sementara Koji masih tetap di tempat tersebut, memasukkan kedua tangannya ke saku celana, hingga menoleh sekilas ke arah kepergian Akira.

Tidak ada seorang pun yang berani menginjakkan kaki mereka di Gazebo itu. Tidak ada kecuali keluarga Koji sendiri yang sudah lama meninggal, juga kekasihnya yang merupakan calon istrinya yang kini juga sudah meninggal.

Tempat tersebut biasa digunakan untuk bersantai dengan keluarga, namun kini sudah tidak ada lagi.

“Dia sungguh pria angkuh,.” Gerutu Akira, jujur saja bahwa dia memang tak suka dengan sikap dan sifat Koji.

Wanita itu terpaksa harus kembali ke kamarnya, namun Akira sama sekali tidak bisa tidur. Meski dia mencoba berbagi cara agar bisa tidur, itu sama sekali tak berhasil. Hingga lewat tengah malam.

.

.

.

Tok! Tok! Tok! Kedua mata Akira terbuka lebar saat dia mendengar ketukan yang cukup keras dan jelas. “Ssshhh— padahal hampir saja tertidur.” Kesal wanita itu menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Rambutnya yang panjang kini tergerai dengan poni, wanita itu melangkah turun dari ranjangnya dan membuka pintu kamar sampai seseorang langsung terhuyung ke depan hingga Akira dengan segera menangkap tubuh sosok pria berkaos hitam saat ini.

“Tuan—” tak sempat berbicara, Akira kewalahan saat harus menahan tubuh pria itu. Aroma alkohol yang sangat menyengat di hidungnya membuat Akira yakin bahwa Koji meminum terlalu banyak. Sangat banyak, jika tidak dia tidak akan teler seperti saat ini.

“Aku... Aku kehabisan botol minuman, ambilkan satu lagi untukku.” Lirih Koji yang masih berada di pelukan Akira.

Kedua matanya sayu, telinganya juga memerah.

“Anda sudah sangat teler Tuan Koji, aku akan mengantarmu.” Jawab Akira hendak melepas pelukan itu dan meraih tangan kekar bosnya namun Koji malah menolaknya hingga mendorong tubuh Akira dan membawanya terlentang diatas kasur.

Tentu saja wanita itu terkejut saat kini bosnya sendiri berada di atasnya, menatap lekat wajahnya yang nampak tegang.

“Who are you?” tanya Koji dalam bahasa Inggris. Tak salah lagi karena Koji cukup pintar menguasai 5 bahasa asing.

Mendengar hal itu, Akira bertambah tegang. “Akira!" jawab wanita itu sekedar menjawabnya saja. Koji menatapnya dengan mata birunya, sembari terkekeh kecil ia menggeleng.

“Bukan, bukan. Kau wanita yang sama. Tidak percaya hm?” perkataan Koji melantur tak karuan hingga tanpa aba-aba pria itu langsung mendaratkan ciuman ke bibir bodyguard nya itu hingga membuat Akira mendelik terkejut akan kelakuan bosnya.

Hendak menyerangnya, namun kedua tangan kekar Koji langsung mencengkram kuat pergelangan tangan Akira juga menahan kedua kakinya yang kini tertindih oleh kaki Koji.

Ciuman yang bertukar menjadi lumatan di bibir Akira. Koji merasakan kekenyalan pada bibir tersebut, rasanya sangat sama seperti serangan ciuman dari seorang mata-mata waktu itu.