NovelToon NovelToon
The Second Wife

The Second Wife

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Poligami / Cinta setelah menikah
Popularitas:13.2k
Nilai: 5
Nama Author: Gilva Afnida

Pergi dari rumah keluarga paman yang selama ini telah membesarkannya adalah satu-satunya tindakan yang Kanaya pilih untuk membuat dirinya tetap waras.

Selain karena fakta mengejutkan tentang asal usul dirinya yang sebenarnya, Kanaya juga terus menerus didesak untuk menerima tawaran Vania untuk menjadi adik madunya.

Desakan itu membuat Kanaya tak dapat berpikir jernih hingga akhirnya dia menerima tawaran Vania dan menjadi istri kedua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gilva Afnida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Seperti yang didengar oleh Kanaya kemarin, akhirnya Vania telah sampai di rumah pukul sepuluh pagi ditemani oleh Helga, Toni, Tania dan tentu saja Adnan. Rumah Adnan yang tadinya sepi mendadak menjadi rame karena suara bincang-bincang di ruang tamu. Sedang Adnan terlihat fokus pada laptop meski dirinya ikut duduk di antara sofa tamu.

"Kemana Naya, Van?" tanya Toni setelah sedari tadi memperhatikan sekitaran rumah.

Helga yang mendengar pun mencebikkan mulutnya, merasa tak senang dengan pertanyaan suaminya.

"Ada kok, Pa. Mungkin dia masih tidur di kamarnya," ujar Vania.

"Anak gadis kok jam segini masih aja tidur. Harusnya dia tuh beres-beres rumah atau masak, bisa memposisikan dirilah di rumah ini. Dia ini kan istilahnya cuma numpang, mana gak ada penyambutan untuk kamu yang baru saja pulang dari rumah sakit. Eh, malah enak-enakan seperti nyonya yang punya rumah," ujar Helga bersungut-sungut.

Adnan yang mendengarnya pun sedikit merasa risih akan omelan mama mertuanya. Dulu saat Kanaya masih menjadi gadis yang asing baginya, dia selalu cuek akan apa yang dibicarakan mama mertua perihal Kanaya. Namun karena sekarang Kanaya itu menjadi tanggung jawabnya, dia merasa tak terima akan hinaan tentang Kanaya. Seolah jika Helga menjelekkan Kanaya, itu berarti juga tengah menjelekkan dirinya.

"Mungkin habis kecapekan, Ma. Kemarin nemenin mama aku pas lagi mampir ke sini sampai larut malam." Adnan tetap fokus menatap laptopnya agar tak terlalu kentara membela Kanaya.

"Mama kamu mampir ke sini? Kenapa gak bilang ya? Padahal kan kalau ketemu, mau mama bikinkan kue klepon. Dulu katanya kepengen coba." Suara Helga terdengar lebih ramah dan sedikit mendayu-dayu.

"Cuma sebentar kok ke sininya, Ma."

"Kok kamu gak cerita soal mama yang ditemenin Naya, Yang?" tanya Vania dengan berbisik. Pasalnya, selama ini ibu mertuanya itu enggan untuk beramah-tamah dengannya. Seolah, ibu mertuanya itu memang tidak menyukai dirinya. Kemarin saat menjenguk dirinya saja, waktunya begitu singkat. Terhitung sepuluh menit saja mama mertuanya datang berkunjung.

"Lupa karena banyak kerjaan. Soalnya kemarin kan mama ke sini tadinya karena kepengen ketemu aku tapi akunya harus nemenin kamu sambil ngerjain tugas kantor di laptop, jadi lupa deh mau bicarain soal itu ke kamu."

"Memangnya mama suka sama Kanaya? Bukannya agak susah klop dengan orang lain?"

"Yah, kayaknya sih karena terpaksa. Gak ada orang pas lagi main ke sini, cuma ada Kanaya." Adnan menjawab pertanyaan Vania sekenanya. Dia tahu, jika mamanya memang tidak memiliki hubungan yang akrab dengan Vania. Jadi dia tak mau memperkeruh suasana dengan menceritakan yang sebenarnya.

Sejujurnya, Adnan pun merasa bingung karena sang mama terlihat lebih nyaman saat bersama Kanaya dibanding dengan Vania. Padahal jika memandang soal fisik, Vania jauh lebih cantik.

"Oh, begitu." Meskipun Vania telah mendapatkan jawabannya dari Adnan, dia tetap merasa gelisah dan kecewa karena sepertinya Kanaya yang merupakan orang asing lebih mampu menggaet hati ibu mertuanya.

Dari balik pintu kamar, Kanaya dapat mendengar dengan jelas percakapan orang-orang yang tengah berbincang-bincang di ruang tamu. Dia menghela napas pendek, merasa tak sanggup jika harus kembali berhadapan dengan Toni yang kini dia ketahui sebagai ayah kandungnya. Dia merasa muak saja jika harus berhadapan dengan Toni sekarang. Dia masih memerlukan waktu untuk mengakui kenyataan tersebut.

Tak jauh dari pintu kamarnya, dia mendengar suara orang yang tengah bersuara. Kanaya kembali merapatkan telinga di pintu kamarnya.

"Iya, aku lagi di rumah mbakku nih."

Kanaya mengenali suara tersebut seperti suara Tania. Dia membuka pintu kamarnya sedikit untuk melihat Tania yang ternyata tengah berdiri membelakangi arahnya sambil menggenggam ponsel yang ditempel di telinga. Fix, Tania sedang mengobrol dengan seseorang lewat ponsel.

"Iyalah, pokoknya aku pepet terus Mas Adnan nanti. Gila dia ganteng banget sih hari ini."

Kedua mata Kanaya terbelalak lebar, dia bahkan menutup mulutnya yang setengah terbuka. Meski Tania bersuara dengan berbisik, namun Kanaya masih dapat mendengar ucapan Tania dengan jelas.

"Haha, Soalnya pesona laki yang udah punya istri tuh malah semakin terlihat lebih hot tahu enggak?"

Terdengar langkah Tania mendekati taman belakang rumah yang mana memang bersebelahan dengan kamar Kanaya. Sesekali Tania melihat ke arah belakang untuk mengecek tiada seseorang di belakangnya. Hal itu membuat Kanaya langsung menutup pintunya rapat, takut ketahuan jika dia menguping pembicaraan Tania.

"Serius lo?" Rupanya Tania mengencangkan suara yang berada di ponsel dengan volume yang keras. Hingga Kanaya juga dapat mendengar suara si pemanggil dengan jelas.

"Iya, laki yang udah beristri kan otomatis lebih berpengalaman di atas ranjang. Aku udah nyobain pria yang seumuran, belum berpengalaman. Mainnya gak seru woy, masih kaku gitu, mana cepet keluar lagi."

Napas Kanaya seperti terhenti sesaat karena terkejut luar biasa mendengar pernyataan Tania yang seolah dia adalah wanita dewasa yang memiliki segudang pengalaman soal ranjang. Padahal, Tania ini adalah remaja berusia delapan belas tahun. Seharusnya dia masih menikmati masa putih abu-abunya tanpa tercemari pemikiran tentang hubungan seks.

"Wiih, udah banyak laki dong yang udah lo rasain. Kenapa dulu lo gak ngajuin diri aja jadi adik madu, malah si babu tuh yang jadi adik madu."

"Hah... kalau aja mbakku dulu lebih pilih aku buat dijadiin istri kedua, aku pasti udah bakalan main gituan tiap hari sama Mas Adnan. Sialan emang, malah cewek gak tahu diri itu yang dijadiin istri kedua. Keenakan dia lah nanti."

Sungguh Kanaya merasa geram mendengar ucapan adik sepupunya yang sangat tidak pantas. Dia harus memberi sedikit balasan pada Tania yang sedari dulu selalu mengganggunya. Apalagi, ucapannya tadi terdengar sangat keterlaluan.

"Iya, An*ir. Gue jadi ikut kesel karenanya."

"Emm, kamu punya ide gak buat aku supaya bisa ngegaet Mas Adnan?" tanya Tania.

"Ada. Gue punya ide top buat lo."

"Eh, apa woy? Kasih tahu ke aku dong. Tapi jangan pake main dukun segala ya! Aku takut sama yang begituan."

"Haha, enggaklah. Kamu kasih aja ramuan ke minumannya Mas Adnan. Nanti di jamin dia bakalan mintanya ke kamu."

"Minuman perangsang maksudmu? Lah, aku kan gak nginep di sini nanti."

"Yaelah, ya buat alasan lah biar lo bisa nginep di situ nanti."

"Kan dia punya istri, gak mungkin lah dia mintanya ke aku nanti."

"Kucing mana yang kalau disodorin ikan asin gak bakalan tergoda? Kayak gitu cara lo buat merayu, menyerahkan diri secara sukarela."

"Eh, bagus juga ya idemu."

"Tania!" Terdengar suara Helga memanggilnya dari kejauhan.

"Eh, sebentar ya. Mamaku dah manggil tuh, nanti kita lanjut ngobrol lagi. Bye."

1
Muhammad Malvien Laksmana
Luar biasa
Muhammad Malvien Laksmana
Biasa
Endah Windiarti
Luar biasa
Jessica
ceritanya bagus penulisan nya juga tertata g bikin jenuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!