Dikira Pembantu, Ternyata Istri Mafia

Nabilla melirik suaminya usai melakukan ziarah di makam kedua orangtuanya. Wajah tampan Amran terlihat begitu tenang saat membawa mobilnya.

"Mas. Apakah kamu yakin mau isi acara pernikahan putrinya pak Hamis besok?" tanya Nabilla dengan hati ketar ketir.

"Mengapa kamu bahas lagi hal yang sama Nabilla. Kita lihat saja tanggal mainnya besok!" ucap Amran penuh percaya diri.

"Tapi besok itu acaranya ditonton oleh warga sekampung lho, bahkan tetangga kampung sebelah akan datang karena acaranya itu putrinya pak RT. Lagi pula yang datang itu para kyai dari beberapa pondok pesantren yang berasal dari berbagai kabupaten yang ada di kota Surabaya. Tolong jangan nekat mas. Pikirkan lagi tawaran pak RT!" jelas Nabilla cemas.

"Apakah kamu percaya denganku, Nabilla?" tanya Amran.

"Insya Allah aku percaya padamu mas. Tapi tidak untuk hal yang sangat serius seperti ini," sahut Nabilla.

"Emang yakin kalau kalangan orang sepertimu itu yang selalu menjunjung tinggi moral dengan ilmu yang tinggi dijamin masuk surga? dan seperti aku yang terlihat bajingan dengan ibadah kami yang tak terlihat akan berada di neraka? emang surga dan neraka itu milik siapa Nabilla?" tanya Amran.

"Milik Allah, mas," ujar Nabilla.

"Kita masuk surga itu apakah berdasarkan amal ibadah kita?" tanya Amran.

"Tidak mas. Kata Allah pada hambaNya yaitu masuklah ke surgaKu dengan rahmatKu." Nabilla mengulangi lagi satu firman Allah.

"Jadi, kesimpulannya kalau surga itu adalah hak prerogatif Allah. Dia akan memasukkan hamba yang dikehendaki- Nya ke dalam surgaNya," imbuh Amran.

Nabilla tidak ingin berdebat lagi. Ia sudah pasrah akan sikap Amran yang akan membuatnya malu besok. Nabilla dan Amran mampir ke salah satu kedai makanan untuk mengisi perut mereka karena belum sempat sarapan. Nabilla sudah meminta kerabat Ibunya yang sudah berusia paruh baya untuk memasak makan siang di rumahnya selama mereka berlibur di kampung itu.

Keesokan harinya, Nabilla mempersiapkan pakaian untuk suaminya yang saat ini sudah membersihkan tubuhnya." Mas mau pakai baju Koko atau mau pakai baju batik?" tanya Nabilla.

"Baju Koko saja. Mas kan mau jadi Qori hari ini," ucap Amran tetap terlihat tenang.

Nabilla hanya bisa menarik nafas untuk membebaskan kegelisahan hatinya. Ia terus saja berdoa pada Allah agar Allah memberikan keajaiban pada suaminya hari ini. Suaminya yang mau baca Alquran tapi, dianya terus-menerus merasa ada bongkahan batu yang menindih dadanya saat ini.

Keduanya berangkat di tempat acara pernikahan. Kiyai haji Rahmat yang pernah menjadi wali nikah Nabilla menyambut kedatangan mereka Nabilla dan suaminya itu. Dia sangat senang Nabilla bisa hadir dengan suaminya Amran di acara pernikahan putri pak RT itu. Setelah berbasa-basi sesaat dengan pak kyai, tidak lama kemudian acara pernikahan itu di mulai. Sebagai MC acara yang dibawakan salah satu pemuda pengurus karang taruna di kampung itu.

Nabilla melirik lagi suaminya yang tetap fokus mendengarkan perkataan MC saat membacakan susunan acara. Dengan begitu Amran bisa mempersiapkan dirinya untuk membaca Alqur'an sebelum masuk ke acara inti yaitu pengucapan ijab qobul berlangsung.

"Kepada saudara Mohammad Amran Abdullah kami undang untuk membacakan Al-Qur'an surah An-nisa ayat 22-27. Kepadanya waktu dan tempat kami persilahkan!" ucap MC acara tersebut.

Amran bergegas bangkit menuju tempat yang sudah disiapkan oleh panitia acara. Mikrofon di arahkan ke mulutnya sesuai dengan jarak yang dibutuhkan. Amran menarik nafas dalam sambil bermunajat kepada Allah untuk memudahkan lisannya membaca ayat-ayat Allah tersebut.

Semua mata menatap penuh kekaguman pada sosok suaminya Nabilla itu. Tampan, tajir dan kesan terakhir apa lagi yang akan disandingkan pada Amran usai ia membaca Alquran. Para gadis muda terhipnotis dengan pesona Amran yang tidak bisa membuat mata mereka beralih. Setiap yang hadir memberikan apresiasi mereka sendiri pada si mafia tersebut. Nabilla membaca doa untuk suaminya saat Amran ingin mengucapkan ta'auz terlebih dahulu.

"Ya Allah, lancarkan lisan suamiku dan mudahkanlah urusannya hari ini," batin Nabilla sambil menatap wajah Amran dengan jantungnya tidak lagi berirama sesuai detakannya.

Saat membaca basmalah saja, suara Amran begitu merdu dan langsung menyentuh hati semua orang. Suara Amran benar-benar indah. Mengalahkan Qori internasional yang pernah Nabilla tonton dan dengar. Suaranya dari setiap ayat yang dibacakan Amran membuat Nabilla ingin berlari memeluk suaminya karena ia tidak lagi melihat Amran yang berwajah datar dan bermulut petasan.

Tapi, sosok Amran hari ini tidak ubahnya jelmaan malaikat yang sedang melantunkan ayat-ayat suci itu mampu menggetarkan hati dan jiwa setiap orang yang hadir di acara itu. Tidak ada yang berani bicara. Hanya ada kekaguman dan mata mereka terus terpana pada ketampanan Amran.

"Masya Allah mas Amran. Apakah itu benar suamiku, ya Allah?" batin Nabilla sambil terisak. Amran pintar mempermainkan emosional para undangan pernikahan tersebut. Suara merdu itu mengulang lagi setiap ayat terakhir untuk disambungkan ke ayat berikutnya.

Hingga bacaan terakhir ayat dilantunkan oleh Amran ditutup dengan ucapan penutup. Selanjutnya seorang gadis membacakan terjemahannya dan Amran memberikan salam dan turun dari panggung itu menuju tempat bapak-bapak yang menyalami dan memeluknya karena takjub pada suara dan bacaan Alquran Amran yang sangat fasih, termasuk kiyai haji Rahmat pemimpin pesantren di mana ayah kandung Nabilla mengabdikan hidupnya di pesantren tersebut.

"Masya Allah nak Amran. Hari ini telinga kami di manjakan oleh lantunan suaramu yang merdu yang langsung menyentuh ke dalam sanubari kami semua yang hadir di tempat ini.

Andaikan almarhum ayah mertuamu masih hidup, dia pasti sangat bangga padamu karena memiliki menantu hebat sepertimu," ucap kyai haji Rahmat.

"Terimakasih kyai untuk apresiasinya," ucap Amran lalu mengobrol biasa dengan kyai Rahmat.

Sementara itu acara ijab qobul segera di mulai. Setelah mendengarkan dan menyaksikan sahnya pernikahan itu, Nabilla sudah tidak sabar ingin memeluk suaminya. Nabilla mengirim pesan singkat pada suaminya dan Amran membuka pesan itu.

"Mas. Aku mau pulang. Nabilla merasa tidak enak badan," tulis Nabilla bohong karena suaminya tidak menghampirinya sementara para wanita yang hadir di situ menatap wajah suaminya seakan ingin menelan Amran bulat-bulat.

Amran segera pamit pulang pada bapak-bapak yang ada dekat dengannya. Amran menghampiri istrinya dan menggandeng tangan istrinya menuju mobil mereka. Sebagian gadis-gadis yang merupakan teman sebaya Nabilla sangat iri dengan pasangan romantis itu. Wajah Amran yang kembali datar membuat mereka tidak berani menggoda Nabilla.

Setibanya di mobil Nabilla langsung menghamburkan tubuhnya ke dalam pelukan suaminya. Ia menangis sejadi-jadinya membuat Amran bingung sendiri.

"Sayang kamu sakit apa?" tanya Amran panik.

"Aku minta maaf mas karena meragukan kemampuan mas dalam dunia agama. Maafkan aku. Aku menilai dengan apa yang aku lihat selama ini. Aku kagum karena mas pintar menyembunyikan kehebatan mas padaku yang tidak Nabilla ketahui," ucap Nabilla makin meraung.

"Aku tidak marah sayang. Dulu aku juga berpikir buruk padamu. Tapi sejalannya waktu aku baru tahu kamu hebat secara akademik selain mengusai ilmu agama," ucap Amran.

"Selama ini, saat aku masih gadis yang aku inginkan punya suami yang Sholeh setidaknya mengusai ilmu agama agar bisa menjadi imam sholat aku dan anak-anakku. Saat itu aku melihat penampilan mas yang amburadul dan hidup bergelimang harta membuat kesan aku pada mas yaitu tidak mungkin mas Amran menyentuh yang namanya Al-Qur'an," ucap Nabilla di sela tangisnya.

"Jadi sekarang impian kamu sudah terwujudkan, sayang? Kalau selama ini aku suka pamer' dengan kehidupan dunia mungkin bagiku wajar Nabilla. Tapi memamerkan ilmu agama itu yang membuat aku takut ibadahku itu akan menjerumuskan aku ke dalam neraka jahanam. Dengan amal baik kita masuk surga dengan amal yang sama bisa membawa kita pada sikap yang sombong merasa paling suci dan paling benar. Itu yang aku takutkan Nabilla dan pada akhirnya neraka adalah tempat kita kembali," gumam Amran lirih.

Nabilla makin merasa kerdil di hadapan suaminya karena dia merasa ucapan suaminya tertuju pada dirinya yang terlihat sok paling pintar dalam segi agama bahkan mengajari Amran doa ini itu. Menyuruh Amran belajar fiqih ini itu. Nggak tahunya Amran lulusan Gontor dari tingkat SMP hingga SMA.