NovelToon NovelToon
Di Gilir Keluarga Suami

Di Gilir Keluarga Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Cinta Paksa / Romansa / Pembantu / trauma masa lalu
Popularitas:8.5k
Nilai: 5
Nama Author: bryan.gibran

Namaku Refelin, Gadis 19 Tahun yang harus rela mengorbankan masa muda untuk menikah dengan anak majikan ibuku.

Tapi sayangnya, kisah kehidupan rumah tangga ku tak seindah yang ku bayangkan.
Semua pilu ku berawal dari pernikahan itu, Aku diperlakukan bagai piala bergilir, diperbuat seenaknya dan hanya dicari ketika sedang dibutuhkan saja. Aku tidak menyangka pernikahan ku dengan anak majikan ibuku itu akan menjadi momok menakutkan yang membuatku trauma seumur hidup.

Hancur sekali hidupku, Mampukah aku melewati semua beban ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bryan.gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18 : - Direnggut Rivano

"Kamu wangi sekali Elin"

Aldi menyambut ku dengan tatapan mesra saat aku melangkahkan kaki keluar dari kamar mandi. Tanpa aba-aba, dia meraih tanganku, kemudian menciumnya sambil mendesah lirih. Bulu roma ku serasa berdiri, tidak biasa dengan perlakuan seperti itu.

Perlahan Aldi menjalari pergelangan tanganku sampai kini dia berada di lenganku, Aldi mengelusnya lembut membuatku bergetar risih, tapi apalah daya, aku telah berjanji tidak akan membuat Aldi kecewa malam ini, aku membiarkan nya melepaskan hasrat yang sempat terbendung akibat penolakan dariku selama beberapa malam kebelakang.

"Kamu belum mandi" kataku, tiba-tiba Aldi menatapku sendu, tersenyum miring menyiratkan arti yang tidak dapat ku simpulkan lewat kata.

"Kamu berbaring diranjang yang penuh bunga itu, tunggu aku mandi sebentar, setelah itu kita nikmati malam ini" ucap Aldi dengan suara berat tepat dihadapanku, aku bisa merasakan hangat desah nafasnya menyapa wajahku.

Aku mengangguk, berjalan perlahan menaiki ranjang yang penuh dengan bunga mawar dan melati, harum bunga di kamar ini menggambarkan perasaan Aldi saat ini yang sedang berbunga-bunga.

Aldi melihat ku, memastikan apakah aku benar menuruti perkataan nya, kemudian dia berlalu kekamar mandi.

***

Aku tidak tau perasaan apa yang sedang berkecamuk didalam dada ku, aku telah ikhlas jika malam ini Aldi harus berhubungan denganku, tapi hatiku masih saja bimbang, bukan mengkhawatirkan tentang Aldi, tapi hanya saja aku tidak tau perasaan apa ini.

Aku duduk diatas ranjang mencoba menenangkan diri, menerka-nerka tentang rasa yang membelengguku, tapi semakin berusaha berpikir, semakin sulit aku untuk fokus.

"Ada apa dengan diri ku ini?" Ucap ku dalam hati. Jujur kali ini, bukan bulan madu dengan Aldi yang sedang aku takutkan, tapi sesuatu seperti gejolak yang hebat akan datang menerpaku, tidak biasa nya aku punya firasat seperti ini.

"Apa hanya trauma ku saja tentang kamar hotel ini?" Tanya ku lagi kepada diri sendiri, aku memandangi setiap sudut kamar hotel itu, kembali teringat pada kelakuan Pak Abra, dilantai didekat pintu kamar ini, aku pernah bersimpu dihadapannya, memohon agar diberi belas kasihan.

"Kenapa aku masih mengingat kejadian itu, sebaiknya aku buang jauh-jauh memori yang kelam itu" kata ku, mencoba kembali berpikir jernih dan merebahkan tubuhku diatas ranjang yang penuh dengan bunga ini, bersiap-siap jika Aldi telah selesai membasuh diri dari kamar mandi.

"Sayang!" Seru Aldi. Benar saja, tidak berselang lama setelah aku berbaring, Aldi keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk saja. Betapa aku tertegun dengan postur badannya yang lumayan bidang dan atletis, otot lengan nya juga berisi dan terlihat gagah. Aku tidak tau kalau Aldi memiliki tubuh se ideal ini, andai saja wajahnya tidak cacat, aku yakin, tidak sulit bagi Aldi untuk mendapatkan wanita, sekali lirik saja pasti para kaum hawa meleleh dengan pesonanya.

Berbeda dengan Pak Abra, ketika aku melihat nya hanya mengenakan handuk saja, perutnya tampak buncit dan otot-ototnya sudah kendor, aku memakluminya karena memang faktor usia, tapi untuk otak kotor nya, tidak mungkin bisa aku maklumi.

"Kenapa menatapku seperti itu, kamu terpesona melihat otot-otot ku?" goda Aldi, ternyata dia bisa mengerti dengan apa yang sedang aku pikirkan.

"Terpesona?, kamu terlalu percaya diri" kata ku, mengelak fakta yang baru saja dia ucapkan.

"Kamu bisa menyentuh otot lengan dan perut ku, tapi harus gantian. Kita buat malam ini menjadi malam yang paling romantis" kata Aldi sambil tersenyum lepas, entah kenapa aku deg-degan sekali, tapi aku berusaha terlihat tenang.

Aldi memantapkan langkah nya mendekat kearahku, mulai merangkak menaiki kasur seperti laba-laba yang hendak menerkam mangsanya. Sesekali aku terpejam tapi kemudian langsung membuka mata kembali, antara siap atau tidak, yang pasti debar jantung ku semakin terpompa kencang seperti genderang mau perang.

"Mungkin memang sudah saatnya, aku tidak bisa menghindar lagi. Ingat Elin, Aldi itu suamimu, dia berhak mendapatkan kebutuhan batin darimu" kata ku dalam hati.

***

Krukk.. krukk.. krukk..

"Sayang, kamu lapar?" Tanya Aldi, aksinya sedikit terganggu akibat suara gemuruh dsri dalam perut ku. Aku mengangguk malu, tersenyum kecil kearah Aldi.

"Astaga sayang, cacing diperut kamu kenapa gak bisa diajak kompromi sih?" Keluh Aldi, raut wajahnya berubah menjadi datar.

"Kalau mau diteruskan tidak apa-apa" pinta ku, entah kenapa tiba-tiba kalimat itu keluar begitu saja dari mulutku. Aldi seketika melihatku dengan tatapan membulat.

"Aku sudah melihat kesungguhan mu, aku yakin malam ini kamu tidak akan menghindar lagi. Jadi, aku tidak mau membiarkan ratu ku kelaparan dalam permainan ini, sebaiknya kita makan saja dulu" kata Aldi, dia tiba-tiba berubah menjadi manis begini, ada apa gerangan?, apa mungkin itu adalah sifat asli dari seorang Rifaldi Collin, meski kata-kata sederhana, tapi bagiku itu adalah rasa menghargai dan romantisme yang belum pernah aku dapatkan.

"Kamu mau makan apa?, biar aku belikan" tanya Aldi.

"Kenapa kita tidak makan bersama diluar?" Jawabku.

"Itu akan membuang-buang waktu, sebaiknya aku belikan saja dan kita makan disini, setelah itu kita lanjutkan permainan ini" ujar Aldi, karena dia yang meminta, aku hanya bisa menurutinya saja.

"Kalau begitu, aku ingin makan nasi goreng" kata ku.

"Jangan kemana-mana, aku akan segera kembali" kata Aldi, mencium tanganku sebelum turun dari ranjang. Dia pun keluar dari kamar hotel membawa kunci mobil dan dompetnya.

Saat Aldi pergi, aku senyum-senyum sendiri sambil mengelus lembut tanganku bekas ciuman Aldi.

"Apa mungkin aku mulai jatuh cinta pada Aldi?" Tanya ku dalam hati, rasanya tidak mungkin hatiku bisa luluh dalam sekejap, tapi aku harus jujur pada diri sendiri, aku senang saat diperlakukan Aldi romantis seperti tadi.

***

Krekk... terdengar suara pintu terbuka.

"Sayang, kamu udah datang" sambut ku, tapi betapa terkejutnya aku saat melihat seseorang yang masuk kekamar hotel ini bukan Aldi, tapi Rivano, adik ipar ku yang selalu membuatku jengkel.

"Va.. vano?"

Aku langsung beranjak dari kasur, rasa takutku semakin besar saat Vano mengunci pintu dan memegang kuncinya.

"Sayang?, oh, jadi kamu udah mulai sayang-sayangan sama Aldi?, lucu banget sih" kata Vano.

"Mau apa kamu?, dimana Aldi?" Gertak ku.

"Uhh, tenang dulu cantik, Aldi aman kok diluar sana, Tadi aku dengar dia sedang pergi mencari makanan ya? Ternyata aku tidak perlu repot-repot mencari cara agar membuat Aldi keluar dari kamar hotel ini, dia sudah keluar sendiri, haha" tawaan Vano membuatku semakin takut, bagaimana ini, apa yang Vano lakukan disini?.

"Wah, banyak sekali bunga-bunga disini, menambah gairah ku untuk mencumbu mu cantik" Vano semakin tidak terkendali.

"Pergi kamu?, kamu tidak takut Aldi tiba-tiba datang?" Tanya ku, mencoba membuat Vano cemas.

"Haha, Aldi gak bakalan datang, aku udah menyuruh orang untuk mengurusnya, tapi tenang saja, dia gak sampai celaka. Aku hanya mengulur waktunya sejenak, agar kita bisa leluasa menikmati malam ini" kata Vano, tanpa basa-basi dia membuka baju nya dan berbaring diatas kasur.

"Ah, empuk sekali ranjang ini, pasti nikmat sekali jika kamu menindihku dari atas" Vano menggila, kata-katanya semakin liar.

Saat dia berbaring, aku berlari kearah pintu dan berteriak minta tolong.

"Percuma kamu berteriak, tidak akan ada yang mendengarnya, kunci pintu juga ada ditanganku" Vano benar-benar sudah tidak waras.

"Vano, kamu gila ya?, aku ini kakak iparmu. Apa yang ingin kamu lakukan?, kamu masih sekolah, jangan macam-macam" aku menggertak nya lagi, dengan harapan dia akan menyerah dan pergi.

"Daripada aku jajan dengan wanita yang tidak kukenal diluar sana, lebih baik aku tidur dengan mu saja. Kalau kamu hamil, ada Aldi yang siap menjadi ayah untuk anak yang kamu kandung. Lagi pula umur kita tidak beda jauh, masih cocok dengan ku. Kamu tidak penasaran dengan keperkasaan seorang brondong tampan sepertiku?" Vano mengoceh panjang lebar, entah apa yang ada dipikiran nya sehingga tega ingin bersenggama dengan ku, jelas-jelas aku adalah kakak iparnya. Apa kata Aldi nanti jika mengetahui ada Rivano dikamar ini.

Jadi ini perasaan yang sempat mengganggu tadi?, pantas saja aku merasakan ada sesuatu yang berkecamuk dalam hati ku tapi bukan tentang Aldi. Inilah kenyataan nya, sekarang ada Rivano dikamar hotel yang seharusnya aku dan Aldi yang ada disini.

Setelah Pak Abra, terbitlah sang Rivano yang tidak kalah gila, dikamar yang sama, hanya hari yang berbeda.

Dimana Aldi?, aku berharap dia datang sebelum Rivano membuat segalanya menjadi rusak. Bagaimana ini?, aku sangat takut, tapi aku bingung harus bertindak bagaimana.

***

"Datang kesini atau kutarik paksa?" Kata Rivano. Aku belum menjawab tapi dia sudah beranjak dari kasur, berjalan tergesa dan langsung menarik tanganku, menghempas tubuhku jatuh ketempat tidur, aku sempat berontak, tapi ternyata tenaga Vano jauh lebih kuat dibandingkan Pak Abra.

Vano berhasil mengikat tangan ku, menyumpal mulutku dengan kain, aku hanya bisa menangis, keringatku mulai bercucuran berpadu dengan derai air mataku.

Tanpa berlama-lama Vano melepas semua pakaian nya, untuk pertama kalinya aku melihat dengan jelas pedang tempur seorang pria, tapi pria itu bukan suamiku.

"Hahahaha, bagaimana punyaku?, besar kan?" Vano benar-benar sudah berada dipuncak kegilaan nya. Aku menggelengkan kepala, tidak bisa membayangkan jika sampai Vano menghunus ku dengan senjatanya, aku benar-benar tidak siap.

"Langsung saja ya" kata Vano, dengan sigap dia mencengkram pinggang ku, membuatku kini dalam posisi membelakangi dia. Benar-benar diluar kemauan ku, Vano telah berhasil merenggut kesucian ku, dia sudah memasuki ruang ku dan terus mendorong senjatanya tanpa henti. Rintih tangisku semakin tidak bisa aku tahan, air mataku bercucuran bersama dengan perasaan kotor yang kini menyelimuti ku.

Tega sekali Rivano melakukan ini kepadaku, apa yang akan aku katakan pada Aldi nanti, saat aku mulai merasakan cinta darinya, saat itu pula ada orang lain yang datang tanpa diundang merenggut kebahagiaan ku.

"Ahh, enak kan sayang?" Desah Rivano. Terus memasuki ruangku.

"Didalam ya" kata Vano, mempercepat hentakan nya. Aku berontak, menggelengkan kepala dan berusaha menendang Vano agar menyudahi aksi gilanya, tapi sudah terlambat, Vano telah mengeluarkan semua kekejian nya didalam ku.

Saat dia sudah selesai, dia menghempas ku, aku terkulai lemah dan masih menangis, Vano buru-buru mengenakan kembali pakaian nya dan membuka ikatan tali ditanganku.

"Nikmat sekali, ini pertama kali aku melakukan kegiatan seperti ini. Lain kali kita lakukan lagi ya, oh iya, jangan mengadu kepada siapapun, karena kalau kamu mengadu, tidak akan ada yang percaya. Selamat, kamu hamil anakku, hahaha" kata Vano, kemudian berlalu dari kamar hotel meninggalkan aku sendiri yang masih dilanda rasa trauma.

Aku tidak menyangka, dari sekian banyak manusia dirumah Pak Abra yang ingin merenggut kehormatan ku, Rivano yang menjadi pemenang nya, dia berhasil membuat ku depresi.

Jika benar aku akan mengandung anak dari Rivano?, lantas bagaimana dengan Aldi, aku belum berhubungan dengan nya, dan pasti dia akan memintanya karena memang seharusnya malam ini hubungan itu terjadi. Aku kacau, aku bingung, aku gelisah.

1
bryan.gibran
Apa yang akan kalian lakukan jika berada di posisi Refelin?
Akbar Cahya Putra
Mantap banget, author! Jangan berhenti menulis ya!
Tōshirō Hitsugaya
cerita ini layak dijadikan best-seller, semangat terus!
bryan.gibran: thanks kak, ikuti terus update nya ya
total 1 replies
♞ ;3
Sama sekali tidak mengecewakan. Sebelumnya aku berpikir bakal biasa saja, ternyata sangat bagus!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!