NovelToon NovelToon
Di Tepi Senja

Di Tepi Senja

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Anggi Febriani

Kebanyakan orang-orang berpikir bahwa tidak ada cinta yang akan bertahan, apalagi di usia remaja, dan aku juga sependapat dengan mereka. Namun, dia membuktikan bahwa cinta itu benar-benar ada, bahkan anak remaja sekalipun bisa mendapatkan cinta yang akan menjadi pasangan hidupnya. Semua itu tergantung siapa orangnya.

Dari pengalaman ini aku juga banyak belajar tentang cinta. Cinta itu memang menyakitkan, tapi di balik semua itu pasti ada jalannya. Dia selalu mengajari ku banyak hal, yang paling aku ingat dia pernah mengatakan "rasa suka tidak harus dibalas dengan rasa suka." Dia lelaki yang dewasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggi Febriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 18

Menceritakan kejadian kemarin kepada mama juga tidak mengubah keadaan. Aku merasa lega bercerita kepada mama, hanya saja mama ikut membuatku kesal. Kemarin mama mengatakan bahwa mama dan papa tahu kalau Kevin menyukaiku dan mereka diam-diam mendukung Kevin. Pantas saja selama ini aku selalu dikasih izin keluar jika pergi bersama Kevin.

Aku tidak membenci Kevin, keadaan sekarang ini membuat hubungan kami menjadi canggung. Biasanya kami selalu duduk bersama dan bertukar cerita. Hari ini aku sedang tidak mood sebangku dengan Kevin. Aku pindah ke bangku Kezia dan menyuruh teman sebangku Kezia duduk dengan Kevin. Mungkin seharusnya aku tidak melakukan ini, kami menjadi pusat perhatian kelas, tapi apa boleh buat aku agak segan dekat dengan Kevin.

Kezia memaksaku untuk menceritakan apa yang sedang terjadi. Aku pun menjawab bahwa kami tidak memiliki masalah, aku hanya ingin menjaga jarak dari Kevin. Penjelasan ku itu belum membuat Kezia puas, dia sama sekali tidak percaya dengan temannya ini, dia masih saja bertanya kepada Kevin. Jika dia memang tidak percaya denganku, bukankah lebih baik dia bertanya kepada Kevin dari awal?

"Tarasya bisakah kita bicara sebentar?" Lagi-lagi Kevin mendatangiku. Bukannya aku mau menolak dia, hanya saja aku merasa tidak enak jika seperti ini. Seharusnya hubungan kami baik-baik saja jika dia tidak mengungkapkan perasaannya saat itu.

Aku mengangguk pelan menjawab pertanyaan Kevin. Kezia yang mulanya duduk di sampingku, kini pergi menjauh dari kami. Kursi di sebelahku akhirnya kosong untuk beberapa saat, lalu diisi lagi oleh pria tampan bermata empat.

"Maaf sebelumnya sudah buat kamu merasa tidak nyaman. Untuk yang kemarin kamu bisa lupakan kok, anggap saja aku sedang bercanda. Di mata kamu aku selalu bercanda, kan? Aku tidak akan marah jika kamu memang menganggap hal itu candaan, asalkan kita bisa dekat kayak dulu lagi dan asalkan kamu tidak selalu menghindar dariku, aku rasa itu sudah cukup."

"Bukannya aku menghindari kamu, Kevin. Aku bingung harus bagaimana ketika berada di dekatmu. Sekarang kita ini sudah membawa perasaan, tidak mungkin kan aku bersikap tidak layak di depan kamu?"

"Kamu cukup jadi diri kamu sendiri saja. Jika kamu tidak menjadi diri kamu sendiri saat bersama dengan orang yang kamu sukai atau pacar kamu, apa kamu merasa tidak aneh? Kamu harus menjadi diri kamu yang lain ketika berada di dekat mereka. Kamu tidak bebas melakukan perbuatan kamu seperti biasanya. Kamu harus selalu kelihatan anggun, kamu harus selalu tersenyum, selalu lembut ketika ngomong, selalu menurut, apa kamu suka yang seperti itu? Bertahun-tahun bersama aku kenal kamu dengan baik Tar, kamu tidak cocok menjadi diri kamu yang lain, kamu bisa bersikap seperti biasa kepadaku. Jadilah dirimu sendiri, jangan mengubahnya karena seseorang mempunyai rasa suka kepadamu, dan kamu jangan mengubah diri kamu sendiri demi orang yang kamu suka. Jika dia benar-benar menginginkan kamu, dia akan menerima diri kamu yang sebenarnya."

"Tapi bukankah mereka akan muak dengan diri kita yang sebenarnya? Kebanyakan orang berpura-pura baik agar dia disenangi, kebanyakan orang tidak menjadi dirinya sendiri agar dia disukai oleh banyak orang. Dan kebalikannya? Orang-orang yang menjadi dirinya sendiri biasanya akan dijauhi, kan?"

"Ya, tapi tidak semua orang begitu. Kita hidup memang membutuhkan orang lain, tapi apakah kita 100% tidak bisa tanpa mereka? Kita bisa melakukannya tanpa mereka, kan? Di dunia ini kita harus menjadi diri kita sendiri, siapa yang suka dia pasti datang dan siapa yang tidak suka dia pasti menjauh. Kita hidup bukan berdasarkan penilaian orang."

"Lalu bagaimana dengan orang yang bergantung pada temannya, maksudku yang tidak bisa mengerjakan tugas sendirian?"

"Sebenarnya dia bisa mengerjakannya sendirian, semua orang di dunia ini bisa, niatnya saja yang belum terkumpul. Kalaupun dia bergantung pada orang lain, itu terserah dia, tapi lebih baiknya jika dia tidak bergantung pada orang lain. Mengapa? Tidak semua orang mau membantu kita, terkadang kita yang membantu ini akan bosan, kan? Aku mengatakan ini karena aku begitu. Kamu lihat juga, kan? Teman-teman kita yang selalu bertanya setelah guru menjelaskan, apa kamu tidak kesal? Mereka bisa mendengarkan dengan baik terlebih dahulu, lalu bermain. Dari dulu aku tidak terlalu suka jika ada yang bergantung kepadaku, mereka bisa, sifatnya saja yang malas."

"Tapi bukankah mereka akan membenci kamu jika kamu seperti itu?"

"Benci, pasti benci. Namun, aku tidak hidup dari kebencian itu, aku hidup dari kerja keras ku sendiri. Seperti yang ku katakan tadi, kita hidup memang membutuhkan orang lain, tapi tidak harus 100% bersama dengan orang itu."

"Ya kamu benar, sebenarnya kita bisa melakukannya sendirian, kita saja terkadang yang tidak sadar."

"Ngomong-ngomong topik pembahasan kita udah lari. Kamu jangan menghindar lagi ya, Tar? Jika kamu merasa tidak nyaman, katakan saja langsung kepadaku."

Anggukan ku membuat Kevin kembali tersenyum. Dia mengambil tas sekolahku dan memindahkannya ke meja kami. Teman-teman sekelas ku langsung bertanya apa yang terjadi di antara kami, untungnya ibu Seli datang tepat waktu, kami tidak perlu memberitahu mereka.

Pelajaran hari ini cukup membosankan, aku sangat mengantuk ketika guru-guru menerangkan pelajaran. Semua yang mereka terangkan hari ini hanya teori, setelah itu mencatat. Untung saja tidak ada sesi tanya-jawab, aku bisa melamun agar aku tidak tertidur di kelas.

...***...

Mata yang ingin tertutup ini, terbuka kembali ketika mendengar bel pulang. Aku dengan semangat merapikan buku-buku ku dan menunggu aba-aba guru untuk keluar dari kelas. Jam sudah menunjukkan pukul 14.00, aku sudah lapar dan ingin memakan masakan mama.

"Oke anak-anak sampai di sini saja pertemuan kita. Selamat siang," ucap guru kemudian keluar dari kelas.

"Siang ibu," sebagian siswa menjawab.

Aku dengan sangat senang pergi keluar kelas. Aku berjalan dengan cepat, perut kecilku sudah meminta makan. Kali ini aku tidak sanggup menunggu Kezia, biarlah dia pulang dengan temannya yang lain.

"Tarasya." Suara itu membuatku mengalihkan pandangan ku ke dia.

"Ada apa?" tanya ku sambil berjalan secepat mungkin.

"Aku antar kamu."

"Tidak usah, aku bisa sendiri. Aku akan merepotkan kamu nanti."

"Sudahlah, biar cepat," ucap Kevin.

Aku pikir kami akan pulang dengan mobil, ternyata tidak. Hari ini Kevin membawa motor. Tumben. Tapi bagus sih, aku semakin cepat sampai di rumah.

"Pegangan ya."

Pegangan kemana? Peluk? Tidak mungkin. Aku sudah gila jika aku memeluk dia. Pegang pundak saja aman juga, kan? Sepertinya Kevin tidak keberatan aku memegang pundaknya, ya sudah lanjutkan saja.

Kevin mengarahkan kaca spion kanan dan kiri ke arah ku. Dia sengaja melakukannya, sungguh membuatku malu dan kesal. Aku jadi tidak pede melihat ke depan, aku terpaksa menunduk menutupi wajah ku.

Hanya beberapa menit akhirnya aku sampai di rumah. Kevin tidak berkunjung hari ini, katanya dia ada urusan dengan keluarganya. Lagipula bagus juga, aku tidak perlu membagi laukku dengan dia.

"Mama aku pulang!"

"Kenapa Kevin tidak mampir?"

"Katanya ada urusan keluarga hari ini, ma," jawabku sambil membuat makan siang ku.

"Katanya kemarin ada yang mengungkapkan perasaan, kok hari ini bisa akrab? Apa jangan-jangan?"

"Ma, kami tidak pacaran, kami berbaikan karena tadi Kevin membujuk aku. Udah deh ma, aku mau makan dulu."

Mama tertawa (entah dari segi mananya yang lucu).

1
Shoot2Kill
Ceritanya luar biasa, author semangat terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!