Damar, seorang pemimpin di sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang Fasion dan Mode. Dia tidak bisa tidur dengan tenang ketika melihat nama seorang wanita yang ditugaskan sebagai perwakilan dari perusahaan luar negeri.
Thasya Wilona Adimerta, nama yang sama persis dengan mantan istrinya yang telah dia ceraikan dua tahun silam. Mereka harus berpisah dengan alasan yang tidak bisa Damar terima.
Tapi, setelah Damar tahu apa yang terjadi beberapa tahun lalu sebelum perceraian mereka, dia bertekat untuk memperbaiki hubungan mereka kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Butterfly93_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27. TIDAK MENYANGKA
“Ke mana dia pergi? apakah kamu sudah mengetahui siapa yang dia temui?”
“Ya, dia akan bertemu dengan presdir dari. Arizone Company.”
“Waah, ternyata masih ada orang yang bisa meminjamkan uang ke pada Ryan ya? Sepertinya orang itu memiliki koneksi dengan nyonya keluarga Adimerta” ujar Nathan yang selama ini sudah menyelidiki gerak-gerik Ryan secara diam-diam.
Selama ini ternyata anak dari bos mantan mendiang ayahnya itu sepertinya melakukan pencucian uang. “Melihat kondisi perusahaan yang dia kelola setelah Pak Arya masuk penjara, sepertinya kondisi keuangannya semakin memburuk. Langkah ini sepertinya langkah terakhir yang akan dia lakukan.”
“Baiklah, aku akan segera datang ke sana. Aku sendiri yang akan bertemu langsung dengan direktur dari perusahaan Gold Star itu” kata Nathan memutar mobilnya ke arah lain menuju tempat dia mana dia akan bertemu dengan orang yang barusan mereka bahas.
“Aku sudah bekerja keras selama satu tahun ini demi menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi dua tahun yang lalu. Aku tidak yakin ayah yang sangat loyal kepada keluarga Adimerta bun*h diri. Aku tidak percaya dengan posisi ayah yang sebagai kepala sekretaris Star Corp dengan mudahnya mengakhiri hidupnya sendiri.”
“Aku harus mengungkap kebenaran di balik kasus dua tahun yang lalu. Aku pastikan mendapatkan siapa dalang dari peristiwa itu” Nathan bertekat dan tidak akan menyia-nyiakan kerja kerasnya bahkan dia meninggalkan cita-cita demi membersihkan nama baik mendiang ayahnya.
Ternyata direktur dari Arizone itu adalah Pak Saka rekan bisnisnya dan sekaligus yang selalu mengajak Damar untuk makan bersama di setiap ada kesempatan. Makan berama dan sekaligus juga hanya sebatas pertemuan biasa saja, tidak lebih dari itu yang seperti kebanyakan orang bilang kalau mereka punya hubungan khusus.
Dan saat Nathan sedang mengobrol dengan Pak Saka, tenyata Damar juga saat itu datang untuk menemuinya.
“Saya tidak tahu kalau Pak Saka ada janji temu dengan rekan bapak” ujar Damar ketika dia melihat Nathan ada di sana.
“Silahkan duduk pak CEO. Sebenarnya ini bukan janji temu. Kebetulan saja orang yang janjian dengan saya belum datang. Jadi, kami berdua ngobrol sebentar” ujar Pak Saka menunjuk Nathan dan orang yang dimaksud belum datang itu adalah Ryan.
“Silahkan kalian berkenalan. Akan lebih baik jika kita punya teman dan relasi yang banyak” lanjut Pak Saka.
“Dia…” Nathan kaget akan bertemu dengan Damar di sana.
Sedangkan Damar yang tidak mau berbasi-basi langsung saja. “Saya sudah tahu orang ini. Kami sudah pernah bertemu sebelumnya kan Pak Nathan?”
Mendengar hal itu Pak Saka juga sedikit kaget jika kedua orang yang ada di hadapannya itu, mereka sudah saling kenal.
“Bagaimana kabar anda, Pak Damar?” sapa Nathan menjaga kesopanan.
“Kalian berdua sudah kenal?” tanya Pak Saka memastikan.
Nathan dan Damar saling membalas tatapan tajam mereka. Sepertinya ada maksud dari perang tatap menatap mereka itu.
“Belum lama ini kami bertemu di departemen store milik Pak Damar. Waktu itu ada sesuatu yang terjadi di sana, jadi kami tidak sengaja bertemu” ujar Nathan dengan tatapan tajamnya.
“Apakah Pak Damar juga ikut campur dengan masalah di lapangan? Para stafnya ke mana semua?” tanya Pak Saka heran sambil menatap Damar. Tidak mungkin seorang CEO sampai turun tangan menyelesaikan masalah yang ada di lapangan.
“Bukan masalah yang besar. Hanya kecelakaan kecil saja. Cuma, saya sangat terkejut saya tidak menyangka seorang CEO bisa sangat tertarik dengan masalah dari perusahaan rekan bisnisnya di masa lalu” jawab Nathan tersenyum smirk.
“Emmm… Dari pada membicarakan saya, bagaimana Pak Saka mengenal orang ini?” tanya Damar yang sepertinya sangat alergi menyebut nama Nathan.
“Dulu kami pernah bekerjasama. Sebenarnya dulu Nathan ini seorang dokter ahli bedah dan ketika saya sedang menjalani sebuah operasi, kebetulan dia yang menangani. Hidup mati ku dulu ada di tangannya. Dan sampai sekarang aku baik-baik saja.”
“Aku berpikir dia akan menjadi dokter yang hebat di bidang dokter bedah. Sayang sekali dia ternyata dia sudah berhenti jadi dokter” kata Pak Saka sambil menepuk bahu Nathan.
Damar yang tidak menduga kalau dulunya Nathan seorang dokter hanya menatap pria yang dimaksud itu saja. Damar jadi agak sedikit curiga apa maksud Nathan meninggalkan profesinya itu dan beralih ke dunia bisnis sekarang.
“Sudah kuduga, pasti ada yang tidak beres di sama ini laki” batin Damar.
“Sepertinya orang yang akan saya temui sudah datang. Kalau begitu saya pamit undur diri” kata Nathan sambil melihat jam tangannya.
“Oh ya?” ujar Pak Saka sedikit kaget mendengar Nathan akan pergi.
“Senang bertemu lagi dengan anda. Semoga kita bisa bertemu lagi di lain waktu” ujar Nathan sebelum pergi.
Kemudian dia keluar dari dalam ruangan itu. Tetapi saat dia sudah di parkiran, dia tidak menyangka jika Damar juga mengikutinya dari belakang.
“Pak Damar juga sepertinya mau pulang juga?” tanya Nathan yang sudah berdiri di samping mobilnya.
“Ternyata lebih cepat dari yang saya pikirkan. Apakah anda akan pulang sekarang atau masih ada orang yang akan anda temui?” ujar Damar entah apa maksud dari pertanyaan nya itu.
“Ah, satu lagi. Katanya dulu anda seorang dokter, kan? Apa tujuan anda kembali mendekati Pak Saka sekarang?”
Bukannya menjawab, Nathan malah melempar pertanyaan balik. “Kenapa anda juga menanyakan hal itu? Ah, apa anda takut mendekati Pak Saka? Aku dengar Pak Damar calon menantu Pak Saka, ya?”
Damar sangat kesal mendengar pertanyaan itu. “Sebenarnya pria tua itu menjual namaku sampai ke mana, sih” batin Damar ingin sekali marah.
“Itu hanya pikiran anda dan omongan orang yang tidak bertanggungjawab saja. Tidak ada sama sekali hubungannya dengan saya” Jawab Damar meluruskan.
“Benarkah? Sepertinya itu hubungan yang sangat menarik, ya. Ah, karena itu sepertinya bukan urusan saya, jadi saya tidak mau mengurusi masalah pribadi seseorang” ujar Nathan mengakhiri pembahasan yang tidak penting baginya.
Dan kemudian dia melanjutkan ingin mejelaskan lebih jelas lagi kenapa dia bisa kenal dengan Pak Saka.
“Pak Damar, kamu sudah lama berkelut di dunia bisnis. Pasti anda tahu dengan jelas jika perusahaan Arizone milik Pak Saka bukan dia yang mendirikannya. Melainkan perusahaan hasil akusisi dari pihak lain. Tetapi pada saat proses akusisi itu Brand Arizone, para karyawan dipaksa untuk menaikkan penjualan mereka”
“Dan pada masa itu ada karyawan yang bun*h diri karena harus menanggung banyak tumpukan hutang. Saya diam-diam menyelidiki kasus itu.”
“Jadi, anda berhenti jadi dokter hanya untuk menyelidiki kasus itu?”
“Tidak. Saya berhenti jadi dokter karena alasan pribadi.” Nathan membuka pintu mobilnya untuk mengambil sebuah map file dari sana.
Tanpa sengaja Damar melihat bantal leher dan syal yang sama dengan produk yang akan dibagikan oleh store Beauty Fashion secara gratis kepada costumer mereka. Damar sangat mengenal barang itu karena dia sendiri sudah melihatnya waktu membantu Thasya beberapa hari yang lalu.
Tapi, Damar berusaha tidak terpengaruh dengan barang itu kenapa bisa ada di sana.
“Lalu…?” tanya Damar ingin tahu lebih lanjut lagi.
“Sepertinya anda orang yang tidak sabaran, ya. Kebetulan sekali ada yang saya tanyakan kepada Pak Damar” kata Nathan sambil mengeluarkan sebuah berkas dari dalam map file yang sudah di tangannya.
“Menanyakan apa?”
Tapi, sebelum dia mengeluarkan berkas dari dalam map file itu, ponsel Nathan berdering.
“Ah, maaf sebentar” kata Nathan untuk terlebih dahulu dia menjawab yang meneleponnya.
“Iya, jawab saja.”
“Iya, halo Thasya?” Sekilas Nathan melirik ke arah Damar yang terlihat kesal ketika dia menyebut nama Thasya.
“Tidak perlu, sya. Besok akan aku jemput jam lima sore di depan store tempat kamu kerja.”
Damar sama sekali tidak bisa mengatur ekspresinya. Mendengar nama yang tidak asing baginya. Dan dipanggil dengan lembut berulang kali oleh mulut pria lain membuat hati Damar panas dingin.
*baiknya jika ada cerita yg sebelumnya, dan yg terjadi saat itu, diberikan tanda/notif "flash back" atau jeda spasi paragraf gtu..
Jadi biar gak bingung bacanya kecampur-campur mencerna mana yg kisah yg lalu.. dan mana kisah yg terjadi saat itu juga 🙏🙏🙏