NovelToon NovelToon
Guru Dingin Itu Adalah Ayahku

Guru Dingin Itu Adalah Ayahku

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari dari Pernikahan / Konflik etika / Anak Kembar / Anak Yatim Piatu / Romansa / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:12.4k
Nilai: 5
Nama Author: Gywnee

"Untuk sementara waktu menyamarlah jadi guru disana, entah kenapa aku merasa orang itu juga berada di sekolah itu." Ucap seorang pria 35 tahun, dia bernama Leon, dia adalah ketua kepolisian.
"Tenang saja Axel, tidak ada yang mengenalimu aku akan mengganti identitasmu. Namamu akan aku ubah menjadi Gavin Alexander." Jelas Leon sambil menyentuh pundak Axel, lalu Axel menatap Leon dengan tatapan dinginnya.

"Tujuanku bersembunyi dari orang-orang, kenapa malah menyuruhku jadi guru disana?" Tanya Axel dengan kesal.
Leon menatap Axel dengan kesal, "Aku tidak mau membicarakan ini tapi putra dan putrimu sekolah disana, apa kau tidak takut jika terjadi sesutu dengan mereka?" Tanya Leon.
"Ini saatnya kau bekerja sebagai polisi sungguhan bukan polisi bayangan lagi Axel." Ucap Leon sambil tersenyum.

Axel hanya diam, dia sebenarnya lebih memikirkan tentang kedua anaknya daripada orang itu.

"Leon, apa kau tahu siapa nama anak-anakku?" Tanyaa Axel dengan raut wajahnya yang sedih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gywnee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 02

Supermarket.

Vyan mendorong troli belanjanya sedangkan Keara yang memilih sayur-sayurannya dan Vina hanya diam ikut mamanya saja.

"Mama aku enggak mau sayur, itu coklat aja enak." Ucap Vina.

"Kamu harus makan dengan seimbang dong," Jawab Keara lalu dia mengambil beberapa buah-buahan juga.

Vina mendengus dengan kesal. Lalu Keara melihat wanita-wanita seumurannya yang sedang belanja bersama, mereka terlihat habis pulang kerja, dan mereka terlihat asik membicarakan pekerjaan. Keara merasa sedih setiap kali melihat orang seperti mereka, dia merasa minder dengan mereka tapi dia tetap berusaha biasa saja agar anak-anaknya tidak tahu tentang itu. Tapi tetap saja Vyan tahu, dia leboh peka daripada Vina.

"Mama, mama mau ke rumah paman Ivan sendirian saja? kita bisa pulang sendiri kok lagian enggak terlalu jauh juga dari rumah." Ucap Vyan.

"Ya jangan, ini sudah malam loh." Jawab Keara.

"Enggak apa-apa, kan aku cowok aku bisa jaga diri sama jaga ni anak. Sekali-kali mama juga harus menghabiskan waktu mama dengan teman-teman mama kan," Jawab Vyan sambil tersenyum kecil. Vina mengangguk setuju karena sebenarnya dia malas keluar dia hanya ingin rebahan di kamar sambil baca novel.

Keara tertegun dengan ucapan putranya itu, dia senang karena mereka berdua itu sangatlah pengertian ke dirinya.

"Mama nanti pulang cepat kok," Ucap Keara.

"Tidak usah terburu-buru ma, nikmati aja waktu mama." Jawab Vyan. Vina menganggukka kepalanya dengan setuju.

Keara tersenyum ke mereka berdua.

Setelah selesai belanja, mereka berdua pulang naik taksi sedangkan Keara dia pergi ke rumah Ivan.

"Keara lama banget deh," Ucap Hera, dia adalah teman dekat Keara selain Ivan juga. Mereka sekarang sedang berkumpul di rumah Ivan karena mereka memang sering kumpul bersama.

"Maaf tadi stock buah ku habis jadi aku belanja dulu," Jawab Keara lalu dia duduk.

"Lho mana anak-anak mu enggak diajak ya?" Tanya Ivan dengan heran.

"Mereka pulang duluan," Jawab Keara.

Ivan menganggukkan kepalanya dengan mengerti.

"Wah gila ya aku ada pasien menyebalkan tadi, kan aku mau periksa anaknya tapi anaknya nangis lah malah aku di marahin katanya aku buat anaknya nangis gimana sih harusnya kan ditenangin dulu ya kan anaknya," Ucap Hera dengan kesal, dia adalah dokter anak tapi sifat tidak sabarnya itu sering menjadi kendala dalam pekerjaannya.

"Makanya belajarlah jadi orang sabar." Sahut Ivan dengan kesal.

"Heh udah sabar tauk, mau sabar berapa kali lagi," Sahut Hera dengan kesal.

Keara tersenyum mendengarnya.

"Aku tadi kedatangan anak-anak yang bolos sekolah mereka ketahuan orang tua mereka masing-masing dan akhirnya ribut deh di kedaiku," Ucap Keara dengan kesal.

"Emang ya umur-umur segitu bandel anak-anak tu," Jawab Hera dengan kesal.

Keara menganggukkan kepalanya dengan setuju.

"Makanlah, tadi aku udah buat ini khusus untuk 2 sahabat ku." Ucap Ivan sambil tersenyum lalu dia menyodorkan kue buatannya.

"Apa iya ini buatanmu sendiri, kok enggak meyakinkan banget." Tanya Keara sambil memperhatikan kue itu.

"100% enggak yakin sih kalau aku," Jawab Hera.

Ivan mendengus kesal, "Iya ini buatan mamaku, napa sih enggak percaya banget." Jawab Ivan dengan kesal lalu dia memakan kuenya sendiri.

Mereka berdua terkekeh.

"Iya...iya tuan muda," Jawab Hera lalu dia memakan kuenya dan Keara ikut memakannya.

"Jangan panggil itu kenapa sih, enggak di sini di kantor tuan muda tuan muda mulu," Ucap Ivan dengan kesal.

"Kau ini kan emang anak konglomerat jadi ya wajar saja lah," Jawab Keara sambil mengunyah.

"Ya enggak gitu juga, Axel pasti juga risih kalau di panggil itu." Ucap Ivan sambil mengunyah. Mereka berdua langsung menoleh ke Ivan saat Ivan mengucap nama itu.

"Ma.maaf mak.maksudku.." Ivan bingung harus menjelaskan apa dia lupa kalau Keara pasti sedih saat mendengar nama itu muncul.

"Kenapa minta maaf," Jawab Keara sambil tersenyum.

Hera menghela nafas dengan kesal, "Keara sampai kapan kau akan menunggu dia," Tanya Hera.

"Hera." Bantah Ivan.

Keara hanya diam dan fokus makan.

"Aku yakin Vyan dan Vina penasaran dengan papanya, dan juga kau tidak seharusnya kau menunggu dia selama ini. Dia tidak membantu mu mengurus mereka bahkan dia juga tidak ada saat kau terpuruk, mau berpikiran positif seperti apa lagi kau ini ke dia ha?" Omel Hera dengan kesal.

Ivan menoleh ke Keara, dia cemas jika Keara sakit hati karena ucapan Hera itu. Tapi kalau dipikir ucapan Hera ada benarnya menurut Ivan.

"Aku yakin dia itu tidak tahu kalau dia sudah punya anak 16 tahun." Ucap Hera.

Keara menghela nafas, "Hera...aku tidak menunggunya... kau salah paham dengan itu." Ucap Keara sambil tersenyum.

"Lalu kenapa kau tidak mau menikah lagi," Tanya Hera dengan kesal.

"Karena..karena aku tidak mau saja." Jawab Keara dengan suara pelan. Sebenarnya Keara mempunyai banyak keyakinan yang dia simpan sendiri tentang papa dari anak-anaknya itu.

"Udah udah kita disini tuh mau senang-senang bukan debat," Ucap Ivan karena dia tahu apa yang dirasakan Keara.

Keara tersenyum kecil.

"Maaf aku hanya cemas saja denganmu," Ucap Hera dengan sedih. Lalu Keara menepuk pundak Hera sambil tersenyum.

"Tenang saja, tadi kita ngobrol sampai mana?" Tanya Keara.

Dan mereka melanjutkan obrolan mereka lagi, mereka bercanda membahas masa sekolah mereka, dan pengalaman lucu mereka.

Sampai jam 11 malam, Keara baru pulang. Keara diantar oleh Hera karena sekalian arah rumah mereka sama. Sampai di dalam rumah, Keara langsung masuk ke kamar Vina. Dia melihat apakah putrinya sudah tidur atau belum dan ternyata Vina sudah nyenyak tidurnya. Setelah Keara menyelimuti putrinya dia keluar untuk melihat putranya. Saat Keara masuk ke dalam kamar Vyan, dia melihat Vyan yang sudah tertidur dengan nyenyak, Keara tersenyum sambil mengusap kepala Vyan. Entah kenapa saat Keara melihat Vyan, Vyan semakin mirip dengan papanya, setelah Keara menyelemuti Vyan dia keluar dari kamar putranya dan masuk ke kamarnya sendiri.

Vyan membuka matanya, dia bernafas lega karena Keara pulang dengan selamat. Vyan tidak bisa tidur dari tadi karena dia menunggu Keara pulang, dan dia hanya pura-pura tidur agar Keara tidak tahu.

Keara duduk di kursi meja makannya, dia mengambil air minum dari kulkas. Keara duduk sambil minum, dan setelah itu dia menundukkan kepalanya sambil meneteskan air matanya.

Keara merasa bahagia karena dia masih punya teman yang mendukungnya tapi tetap saja jauh di dalam lubuk hatinya, dia tidak bisa menyembunyikan kesedihannya selama ini. Dia kehilangan mimpi, orang tua, dan hidupnya sendiri karena ulah yang dia lakukan di masa lalu, dan yang paling menyakitkan baginya adalah ditinggal pergi oleh orang yang dicintainya itu tanpa dia tahu kalau dirinya sedang mengandung anaknya.

Keara sedih karena dia tidak bisa membenci pria itu, justru dia masih mengharapkan pria itu kembali ke dirinya, karena dia sangat mencemaskan pria yang dia cintai itu. Jauh dari lubuk hati Keara, dia yakin jika pria itu akan kembali dan hidup dengannya tapi dia tidak tahu kapan waktu itu akan datang.

"Axel dimana kamu..." Lirih Keara dengan sedih.

"Mama.." Lirih Vyan dengan sedih, dia melihat mamanya yang menangis sendirian, dia tahu kalau mamanya itu sering menangis malam-malam.

Keara sampai ketiduran di meja makan karena dia banyak menangis. Vyan datang membawakan selimut untuk mamanya, Vyan sama sekali tidur karena menemani mamanya yang sedang menangis itu. Vyan tersenyum sedih melihat mamanya, dia tidak tahu bagaimana jadi mamanya karena harus membesarkan 2 anak sendirian diusia yang sangat muda, tapi dia sangat bangga dengan mamanya karena sudah bertahan sampai detik ini.

Vyan jongkok di samping mamanya, lalu dia memegang tangan mamanya dan menciumnya.

"Terimakasih mama..."

1
hitijahubessyjeane 01
keren
Mbak Thia
cerita nya bagus tapi tolong di tetap kan namannya Vina apa vani
Gywnee: namanya vina, kadang salah ketik ☺🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!