Altair, remaja cerdas dan tangkas memiliki seorang adik bernama Rigel yang gagu. Ini merupakan aib baginya. Suatu hari kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan, sehingga Altair dan Rigel harus tinggal di rumah kakeknya.
Dunia sudah mendekati kiamat, sehingga banyak sekali terjadi bencana dan kecelakaan besar di dunia ini. Suatu hari Altair merapikan kertas-kertas gambar milik Rigel. Ini mengejutkan baginya, karena apa yang digambar oleh Rigel itu adalah gambaran bencana yang terjadi di dunia ini. Sang adik yang dianggap anak tidak berguna memiliki kemampuan melihat masa depan apa yang akan terjadi di dunia ini.
Hanya saja Rigel yang tidak bisa bicara tidak bisa menjelaskan di mana dan kapan benca itu akan terjadi. Hanya ada teka-teki angka yang harus dipecahkan oleh Altair untuk mencegah korban dalam bencana itu.
Suatu hari Rigel menggambar sebuah lukisan akan hancurnya di beberapa bagian bumi. Bagaimanakah Altair dan Rigel bisa bekerja sama untuk menolong penduduk bumi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Signus Vs Orion
Bab 18
Signus berhadapan dengan Orion dan menatapnya tajam. Dia baru tahu sisi lain dari temannya ini.
"Siapa nama teman Anda?" tanya Signus lagi karena Orion malah diam saja.
"Ga-ma," jawab Orion gugup karena hanya nama itu yang terlintas dalam otaknya barusan.
Kapten kapal itu masih menatap tajam dengan mulut tertutup rapat. Rasanya laki-laki ini ingin langsung menghajar lalu menginterogasi sampai Orion mengaku, kenapa tidak jadi pergi meninggalkan kapal.
"Ayo, kita ke bagian resepsionis!" ajak Siganus setelah kesunyian terjadi di antara mereka beberapa saat.
Signus meminta Orion untuk berjalan di depan. Sebenarnya dia ingin mengawasi gerak-gerik penumpang ini. Terlihat dia seperti mencari sesuatu karena kepalanya berderak ke kanan dan kiri. Hal ini terlihat jelas ketika mereka akan belok, orang itu malah menoleh ke arah lain, tetapi kaki berjalan lurus.
Signus tidak banyak bicara dalam melakukan pengawasan. Saat ini dia memerlukan bukti apa yang dikatakan oleh Altair adalah benar.
Akhirnya mereka sampai ke bagian resepsionis. Petugas di sana mencari kamar dari orang yang namanya disebutkan oleh Orion.
"Maaf, Tuan. Tidak ada nama tamu bernama Gama yang naik kapal dalam pelayaran kali ini," ucap seorang laki-laki muda yang merupakan petugas resepsionis.
Wajah Orion yang gugup bisa ditangkap oleh Signus. Sang kapten kapal itu pun tersenyum sinis.
"Sepertinya Anda sudah berbohong, Tuan. Katakan yang sejujurnya, siapa yang Anda cari sampai membuka semua pintu kamar?" tanya Signus.
"Sepertinya tadi aku salah sebut nama teman yang aku cari. Teman aku yang datang bersama dengan ku adalah Vega," jawab Orion.
"Bill, cari di nomor berapa kamar penumpang bernama Vega yang dimaksud oleh Orion!" titah kapten kapal kepada pegawai resepsionis.
"Miss Vega berada di kamar nomor 037," ucap laki-laki muda itu setelah memeriksa layar monitor.
Orion tidak bisa bertindak seenaknya saat ini. Dia merasa Signus kini berubah menjadi sosok yang asing baginya. Tadi, dia bisa bertindak seenaknya karena dirinya penumpang kelas VVIP.
Ketika sudah sampai ke kamar tempat Vega, Orion diam sejenak, karena dia tahu di dalam sana tidak ada siapa-siapa.
"Aku tebak orang yang kamu cari itu bukan Miss Vega. Tetapi, dua kakak beradik itu, 'kan?" bisik Signus di telinga Orion.
Mata Orion terbelalak mendengar bisikan Signus. Dia pun membalikkan badan, sehingga mereka saling berhadapan.
"Mereka berdua baru saja pergi," lanjut sang kapten kapal.
Tentu saja Orion tidak percaya begitu saja. Karena dia sudah memastikan kalau kedua kakak beradik itu tidak ikut turun.
"Kamu salah Kapten. Aku tidak kenal dengan kedua bocah ingusan itu. Lagian, siapa mereka?" balas Orion tersenyum sinis.
"Bukannya kamu sudah tahu siapa mereka?" ujar Signus dengan senyum sinis.
Orion pun terdiam dengan bola mata yang membulat. Dia tidak menyangka kalau Signus mengenal kedua bocah itu.
"Oh, ternyata kamu juga kenal dengan mereka, ya? Bagaimana bisa kamu kenal dengan mereka?" tanya Orion penasaran.
Signus merasa muak dengan obrolan ini. Dia sadar kalau Orion sedang mengalihkan perhatiannya. Temannya ini tipe orang yang suka berbelit-belit jika berbicara agar lawan bicaranya bingung dan akhirnya akan membalik menyudutkannya.
"Karena aku adalah temannya Alfa, orang yang tahu kejahatan dirimu," jawab Signus dan ini sukses membuat Orion diam mematung dengan muka pucat dipenuhi oleh keringat.
Signus merasa puas melihat Orion seperti ini. Dia semakin percaya kepada Altair kalau orang di depannya ini masih memiliki hubungan dengan kematian Alfa.
***
Altair mengawasi Orion dan Signus melalui monitor yang terekam oleh kamera CCTV yang ada di pasang di lorong kabin. Dia terus mengawasi gerak-gerik mereka berdua. Pemuda itu belum tahu kemampuan Orion itu seperti apa.
Rigel terbangun dan memerhatikan kakaknya yang duduk menghadap kepadanya, tetapi fokus ke layar laptop. Bocah itu penasaran apa yang sedang dilakukan oleh kakaknya.
Dengan perlahan Rigel turun dari brankar, lalu berjalan menuju kakaknya. Langkah bocah itu tidak bersuara sehingga Altair tidak menyadari keberadaannya yang berdiri di samping.
Rigel bisa melihat video rekaman CCTV di layar laptop itu. Rasa takut dalam dirinya kembali muncul, lalu dia pun menerjang Altair dan menyembunyikan kepalanya di ceruk leher sang kakak.
"Rigel ada apa?" tanya Altair sambil memeluknya.
"Tenanglah! Di sini aman, tidak ada orang lain," lanjut pemuda itu mencoba menenangkan sang adik.
Tubuh Rigel menggigil dan ini membuat Altair menjadi panik. Dia takut terjadi sesuatu kepada adiknya.
'Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa reaksi Rigel seperti ini?' batin Altair bertanya-tanya.
Terdengar suara tangis keluar dari mulut Rigel. Tangisan yang terdengar menyayat hati bagi siapa pun yang mendengarnya.
Altair mendudukkan Rigel di pangkuannya dan memeluk tubuh kecil itu. Dia teringat kalau mamanya sering melakukan hal seperti ini kepada adiknya sambil bernyanyi.
Dengan suara fals, Altair bernyanyi lagu bintang kecil. Tidak lama kemudian tangisan Rigel berhenti. Walaupun nyanyian pemuda itu tidak enak di dengar, tetapi bisa memberikan rasa ketenangan bagi bocah itu.
"Dengarkan aku, Rigel," kata Altair.
"Kamu jangan takut dengan apa pun. Kita ini laki-laki, jadi harus menjadi makhluk yang kuat. Jika ada yang berbuat jahat kepada kita, maka kita berhak untuk melawan. Bahkan kita bisa melakukan pembalasan kepadanya," lanjut laki-laki berusia delapan belas tahun itu.
Rigel pun mengangguk paham meski dia tidak yakin bisa seperti itu. Akan tetapi, ucapan kakaknya barusan memberikan sedikit keberanian kepadanya. Dia ingin para penjahat itu mendapat balasan atas apa yang sudah mereka lakukan kepadanya.
***
Hiii tambah penadaran
aku jadi penasaran dengan apa yg akan dilakukan si Kakek Sirius mendengar penuturan kalaw kwn2 orangtuanya sudah muncul dan mengetahui siapa mereka
maaf klw aku slh
mk Rigel dan Altair turun dipulau trus g lanjut
di bab 28 cerita Orion dsn Signus lg yg sdh
29 pernyataan Orion lg
lanjut donk pingin tahu Rigel dan Altair