NovelToon NovelToon
Bintangku 2

Bintangku 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Kisah cinta masa kecil / Cintapertama / Keluarga / Cintamanis
Popularitas:182
Nilai: 5
Nama Author: Sabana01

sambungan season 1,
Bintang kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan kuliahnya, tiba-tiba omanya berubah. ia menentang hubungannya dengan Bio

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sabana01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

klinik dokter hewan

Hujan turun sejak sore, membuat jalanan tampak mengilap seperti kaca. Rama mengemudikan mobil dengan satu tangan, sementara tangan lainnya sesekali menepuk-nepuk boks kecil di kursi penumpang.

“Sedikit lagi,” gumamnya.

Di dalam boks, seekor kucing oren meringkuk lemas. Nafasnya terdengar pelan, terlalu pelan untuk membuat Rama tenang. Sejak pagi kucing itu muntah dan tak mau makan, dan Rama—yang biasanya santai—kali ini benar-benar panik.

Mobil berhenti di depan sebuah bangunan satu lantai dengan papan sederhana bertuliskan:

KLINIK HEWAN SUDUT HIJAU

Lampunya terang, hangat, kontras dengan hujan dan udara dingin di luar.

Begitu masuk, aroma antiseptik bercampur bau khas hewan menyambutnya. Ruangan tidak besar, tapi rapi. Ada beberapa poster anatomi hewan di dinding, rak obat di sudut, dan satu meja resepsionis.

“Permisi,” ucap Rama.

Seorang perawat muda menoleh. “Silakan, Mas. Ada yang bisa dibantu?”

“Kucing saya sakit. Dari tadi lemas.”

“Baik, Mas. Dokternya sedang di dalam. Bisa langsung masuk.”

Rama mengangguk, mengangkat boks itu dengan hati-hati, lalu melangkah ke ruang periksa.

Pintu dibuka.

Dan Rama berhenti melangkah.

Di balik meja periksa, seorang perempuan berdiri membelakanginya. Rambutnya diikat rapi, mengenakan jas putih dengan gerakan yang tenang dan terlatih. Ia sedang menyiapkan alat, sama sekali tidak menyadari tatapan Rama yang membeku.

“Dok, pasiennya sudah—”

Perawat itu berhenti bicara saat melihat wajah Rama.

Perempuan itu menoleh.

Mata mereka bertemu.

Beberapa detik berlalu dalam diam yang aneh.

“Rama?” ucap perempuan itu ragu.

Rama menelan ludah.

“…Sheila?”

Nama itu keluar pelan, nyaris tak percaya.

Sheila berkedip beberapa kali, seolah memastikan bahwa yang berdiri di hadapannya bukan ilusi. Lalu bibirnya membentuk senyum kecil—bukan senyum mengejek atau penuh kemenangan seperti dulu, tapi senyum yang tenang, dewasa.

“Iya,” katanya. “Sheila.”

Rama menghela napas pendek, setengah tertawa. “Gila. Gue kira salah masuk tempat.”

Sheila melirik boks di tangan Rama. “Kucingmu?”

Rama tersadar, buru-buru mengangguk. “Iya. Sejak pagi lemes.”

Sheila langsung bergerak. “Taruh di sini.”

Nada suaranya berubah profesional. Tidak ada sisa-sisa gadis SMA yang dulu suka ribut, suka menantang, dan selalu punya tatapan tajam penuh luka. Yang ada sekarang hanyalah seorang dokter hewan yang tahu apa yang harus dilakukan.

Rama memperhatikan dalam diam.

Cara Sheila memeriksa kucing itu lembut tapi tegas. Tangannya cekatan, suaranya tenang ketika menjelaskan kemungkinan penyebabnya.

“Dehidrasi ringan dan infeksi pencernaan,” jelasnya. “Masih aman, tapi perlu obat dan pengawasan.”

Rama mengangguk, lega bercampur kagum.

“Dia bakal baik-baik aja, kan?”

Sheila mengangguk. “Iya. Kamu bawa tepat waktu.”

Kalimat itu sederhana, tapi cukup membuat Rama menghembuskan napas panjang.

Saat perawat membawa kucing itu untuk diberi cairan, suasana mendadak canggung.

Mereka berdiri berhadapan. Hujan masih terdengar dari luar. Sheila melepas sarung tangannya, lalu melipatnya rapi.

“Udah lama nggak ketemu,” katanya pelan.

“Sejak lulus SMA,” jawab Rama. “Dan… jujur aja, gue nggak nyangka ketemu lo di sini.”

Sheila tersenyum kecil. “Gue juga.”

Rama melirik sekeliling. “Klinik lo?”

“Bukan. Gue kerja di sini.” Ia berhenti sejenak. “Tapi gue bangga sama tempat ini.”

Rama mengangguk pelan. Ia teringat Sheila yang dulu—gadis yang sering cari perhatian dengan cara salah. Yang suka bikin onar, terutama setelah Bio memilih Bintang dan bukan dirinya.

“Lo berubah,” kata Rama jujur.

Sheila tidak tersinggung. Ia justru mengangguk. “Gue harus berubah.”

Ada sesuatu dalam nada suaranya—bukan pembelaan, tapi penerimaan.

“Dulu gue marah ke semua orang,” lanjut Sheila. “Padahal yang sebenernya gue marah itu diri gue sendiri.”

Rama terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa.

“Bio dan Bintang… mereka gimana?” tanya Sheila, hati-hati.

“Mereka masih bareng,” jawab Rama. “Nggak gampang, tapi mereka berjuang.”

Sheila mengangguk pelan. Tidak ada kecemburuan di wajahnya. Hanya pemahaman yang matang.

“Bagus,” katanya. “Mereka pantas bahagia.”

Perawat kembali membawa kucing Rama. Sudah terlihat lebih tenang.

Sheila menyerahkan kertas resep. “Ini aturan minumnya. Kalau ada apa-apa, langsung bawa lagi.”

Rama menerima kertas itu, lalu matanya tertahan pada nama yang tercetak jelas di bagian atas.

drh. Sheila Anindya

Ia mendongak. “Jadi… lo beneran jadi dokter hewan.”

Sheila tersenyum. “Iya.”

Rama tertawa kecil, menggeleng. “Hidup emang aneh.”

“Dan adil dengan caranya sendiri,” sahut Sheila.

Rama mengangguk, lalu meraih dompetnya. “Makasih, Sheila.”

“Jaga kucingmu baik-baik,” katanya.

Saat Rama melangkah keluar, hujan sudah mereda. Ia menoleh sekali lagi ke dalam klinik.

Sheila sudah kembali bekerja, berbicara dengan perawat, serius dan tenang—seolah itulah tempat yang sejak awal menunggunya.

Rama menutup pintu mobil perlahan.

Dalam hatinya, satu hal terlintas jelas:

Sheila bukan lagi masa lalu yang kacau.

Dia adalah cerita baru yang belum sepenuhnya selesai.

Dan tanpa ia sadari, pertemuan hari itu akan membawa arah yang tak terduga—bukan hanya untuk Sheila, tapi juga untuk dirinya.

...****************...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!