Shafira dan Arya sudah lama menjalin hubungan rumah tangga tapi tak kunjung memiliki anak, mereka akhirnya mengadopsi anak perempuan bernama Kinara yang berusia sepuluh tahun.
Delapan tahun hidup dalam sebuah keluarga mereka terhitung harmonis, sampai akhirnya Shafira menyadari bahwa hubungan Arya dan Kinara lebih dari ayah dan anak pada umumnya, kecurigaan itu terbukti saat Shafira mendapati sang suami satu ranjang dengan sang anak angkat.
Rasa sakit hati, membuat Syafira berniat membalas dendam. Dia tak mau terpuruk dengan pengkhianatan sang suami. Dia ingin mengambil alih pimpinan perusahaan. Di bantu seorang pria bernama Garvin. Mampukah Syafira membalas sakit hatinya?
Harap baca setiap bab yang update. Jangan menumpuk bab. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Delapan Belas
Hari ini Syafira terpaksa datang ke rumah kediamannya yang saat ini ditempati Arya dan Kinara. Dari cerita seseorang, mereka telah menikah siri. Mantan suaminya itu tetap kekeuh tak mau menikah dengan resmi.
Arya saat ini hanya mengandalkan penghasilan dari sahamnya di salah satu perusahaan teman dekatnya. Syafira tidak bisa menuntut saham itu karena tak ada bukti kalau uangnya dari perusahaan.
Setelah memarkirkan mobilnya di halaman rumah, Syafira mengetuk pintu. Terasa aneh bagi dirinya sendiri. Rumah yang dia beli dengan uangnya kini terasa asing baginya. Untuk rumah ini, Syafira tak menuntut dan memberikan pada Arya, karena dia masih memikirkan Kinara.
Syafira berpikir itu tanggung jawabnya pada Kinara, karena dia yang memilih gadis itu untuk dijadikan anak angkat. Jadi dia harus bertanggung jawab dengan pilihannya itu.
Jika dia mengambil dan menjual rumah ini, kemana dia akan tinggal. Sedangkan anak itu yatim piatu. Sebagai ibu angkatnya, rasa sayang Syafira masih tetap ada walau tak sebesar dulu. Dia juga masih sangat kecewa dengan kelakuan sang putri.
Setelah beberapa kali mengetuk, terdengar sahutan dari dalam. Dalam hati Syafira berpikir apakah asisten rumah tangga mereka tak bekerja lagi sehingga begitu lama responnya.
Pintu rumah terbuka. Tampak Kinara di balik pintu itu. Dia terkejut saat mengetahui yang datang adalah Syafira. Anak angkatnya itu langsung memeluk tubuhnya.
"Aku kangen, Mami," ucap Kinara saat memeluk Syafira. Wanita itu tidak mengelak atau melepaskan pelukannya.
"Apa Papi kamu di rumah?" tanya Syafira dengan suara datar. Terus terang dia canggung harus bersikap bagaimana.
"Ada di dalam, Mi. Mami masuk saja. Kayak rumah orang lain saja," jawab Kinara.
Setelah Kinara beranjak dari pintu utama, Syafira berjalan masuk. Dia hampir menangis melihat kembali rumah yang dulu dia bangun dengan penuh cinta.
Setelah dua tahun pernikahan, dia lalu membangun rumah ini. Telah hampir tiga belas tahun tinggal di rumah ini. Berbagai kenangan masih dapat dia ingat dengan jelasnya.
Syafira memilih duduk di ruang tamu. Jika dia melanjutkan melangkah hingga ke ruang tengah, takut air mata tak bisa dibendung. Teringat semua kenangan baik dan buruknya di rumah ini.
"Kok Mami duduk di sini? Di dalam aja, Mi!" pinta Kinara.
"Tak perlu. Mami di sini saja. Kamu panggilan saja Papimu," ucap Syafira.
"Baik, Mi," balas Kinara.
Dia lalu berjalan masuk dan memanggil Papinya. Sepuluh menit lamanya Syafira menunggu. Dia telah gelisah menanti kehadiran sang suami. Akhirnya pria itu muncul dengan senyuman.
"Apa gerangan yang membawa kamu ke sini, Fira?" tanya Arya dengan senyuman. Dia merentangkan tangan ingin memeluk, tapi wanita itu mengelaknya.
Arya lalu memilih duduk. Begitu juga dengan Kinara. Dia duduk tepat di samping sang suami.
"Kejutan sekali melihat kamu datang lagi ke rumah kita ini. Apa ada sesuatu yang membuat kamu datang?" tanya Arya.
"Tentu saja. Jika tidak ada keperluan lagi, aku tidak akan datang. Aku tak mau menjadi fitnah. Bukankah kita sudah tidak ada ikatan apa pun," jawab Syafira.
Dadanya terasa sesak karena merasa asing di rumah sendiri. Namun, semua lebih baik dari pada dia mempertahankan rumah ini, pasti Arya juga tidak akan mau keluar.
"Jangan berkata begitu, Fira. Ini juga rumah kamu. Jadi jangan sungkan. Seperti orang asing saja," balas Arya.
"Saat ini aku memang merupakan orang asing. Aku tamu di rumahku sendiri," ucap Syafira.
"Kamu yang menganggap dirimu orang asing. Bagiku kamu tetap mantan istri terindahku. Aku tak akan mudah melupakan lima belas tahun kebersamaan kita selama ini," jawab Arya lagi.
Syafira tersenyum miris mendengar ucapan pria itu. Tidak ada namanya mantan terindah. Yang namanya mantan, tetap orang yang kita buang atau kita lupakan. Jika memang dia terindah tak akan ada yang namanya mantan.
"Bukan menganggap asing, tapi kita memang telah menjadi dua orang asing. Kamu dan aku tidak ada ikatan atau hubungan apa pun lagi. Aku kesini juga karena ada keperluan. Jika tidak, aku tak akan mau mengganggu dengan hadir di sini lagi," ucap Syafira.
"Katakan saja, Fira. Jangan ragu begitu," ucap Arya dengan penuh percaya diri. Seandainya dia tahu apa tujuan Syafira datang, apakah dia masih bisa percaya diri begini.
"Aku datang hanya untuk mengatakan, jika waktu yang aku berikan untuk kamu mengembalikan uang perusahaan sudah habis. Jadi aku ingin kepastian saja, kapan kamu akan mengembalikan semuanya. Aku masih ada itikad baik untuk bertanya karena masih ingin semua ini diselesaikan secara baik-baik saja," ucap Syafira.
Arya dan Kinara jadi saling berpandangan. Pria itu pikir Syafira telah melupakan semua tentang uang perusahaan yang dia ambil. Tenyata semua dugaannya salah. Mantan istrinya tetap mempertanyakan hal tersebut.
...----------------...
Libas abis