Riyanti

Pak Sastro benar-benar tidak dapat membendung amarahnya terhadap Riyanti.

Hingga dadanya kini terasa sesak.Bayu yang melihat keadaan pak Sastro menjadi panik.

"Pa, bapa tidak apa- apa kan ? Bapa harus bisa menahan emosi, jangan sampai karena masalah ini bapa jadi sakit.Bayu antar bapa ke kamar ya,bapa istirahat saja.." ucap Bayu sambil memapah pak Sastro dan mengantarnya ke kamar.

Riyanti sangat merasa bersalah karena sudah membuat pak Sastro sakit.Tetapi dia hanya bisa melihat dan menangis saja tidak berani mendekat.Beberapa saat kemudian mas Bayu keluar dari kamar pak Sastro.

"Mas, bagaimana keadaan bapa..?'' tanya mba Marni yang sejak tadi diam melihat pak Sastro memarahi Riyanti.

"Nggak papa, dia sangat syok, biarkan saja dia istirahat, malam ini biar aku nginep di sini saja nemenin bapa, kamu pulang saja Mar.." ucap Bayu.

"Iya mas.." jawab mba Marni lalu dia pulang ke rumahnya.

Bayu melihat Riyanti yang masih menangis sambil duduk di lantai depan kamarnya.

"Kamu juga masuk sana ke kamar.." ucap Bayu kepada Riyanti.

"Mas, Ri takut bapa kenapa- kenapa..." sahut Riyanti.

"Kalau kamu tidak mau bapa kenapa- kenapa harusnya kamu mikir kalau mau berbuat sesuatu. Kamu kan sudah dewasa, sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, tapi kenapa kamu malah melakukan perbuatan yang jelas- jelas salah? Di mana pikiran kamu waktu itu...?'' ucap mas Bayu.

"Maafin Riyanti mas, Ri salah, Ri sudah bikin malu keluarga, Ri khilaf..hik..hik.." Riyanti menangis.

"Sudah lah sana kamu tidur, biar mas yang jagain bapa.." ucap Mas Bayu.

Lalu Riyanti bangun dari duduknya kemudian dia berjalan menuju kamarnya.

****

Dua minggu sudah berlalu.Riyanti masih rutin dengan kegiatannya bekerja sebagai karyawan pabrik.Seharian ini Riyanti merasa sangat capek.Sedang banyak pekerjaan di pabrik sehingga sudah tiga hari dia dan karyawan lainnya harus lembur dan baru pulang ke rumah jam 7 malam.

****

Waktu pulang pun tiba.Riyanti dan teman- temannya segera meninggalkan pabrik lalu pulang ke rumah masing -masing.

Sesampainya di rumah Riyanti langsung masuk ke dalam kamarnya.Badannya terasa lengket dan dia ingin segera mandi.

Lalu dia membuka lemari untuk mengambil baju tidur dan pakaian dalamnya untuk di pake di kamar mandi.Tiba- tiba ada benda yang jatuh dari lemari karena tersenggol ketika Riyanti mengambil baju tadi.Ternyata benda yang jatuh itu adalah pembalut milik Riyanti.

Kemudian Riyanti mengambil pembalut itu.

Tiba - tiba dia teringat sesuatu.Iya ,dia sudah lama tidak pernah memakai pembalut itu lagi.

Yang artinya dia tidak mendapatkan menstruasi beberapa bulan belakangan ini.

Lalu Riyanti melihat kalender kecil di atas meja.Dia baru ingat sudah tiga bulan dia tidak menstruasi.

"Hah, sudah tiga bulan aku gak datang bulan..? Ya ampun ,gimana ini ..? Jangan- jangan aku..? Ah gak, ini gak mungkin terjadi. Mungkin ini hanya telat bias saja karena aku kecapean. Tapi kalau ternyata aku hamil gimana ? Oh ya ampun...." ucap Riyanti yang mulai panik.

Lalu Riyanti berinisiatif untuk membeli tespek di apotek terdekat.Dia takut kalau dirinya hamil, apa lagi selama berhubungan dengan Rudi dia tidak memakai pengaman, dan Rudi pun selalu mengeluarkannya di dalam.

Dia pun bergegas mengambil kunci motor dan keluar dari kamarnya.Pak Sastro yang melihat Riyanti keluar dari rumah pun bertanya.

"Ri, mau ke mana kamu malam- malam begini ?".. tanya pak Sastro.

Semenjak kejadian kemarin pak Sastro menjadi lebih tegas dan lebih ketat dalam menjaga Riyanti.Riyanti tidak dibolehkan keluar rumah kecuali untuk bekerja.Dan setelah selesai bekerja pun Riyanti harus langsung pulang ke rumah tidak boleh mampir ke mana pun.

Pak Sastro juga tidak mengizinkan Riyanti main ke mana pun walaupun ke rumah temannya.Lebih baik temannya saja yang datang ke rumah.

"Ri, mau ke apotek sebentar pa, mau beli obat, seharian ini Ri pusing.." jawab Riyanti bohong.

"Ya sudah tapi jangan lama- lama ya ini sudah hampir jam 9 , dari apotek langsung pulang jangan mampir- mampir lagi.. " jawab pak Sastro yang sedang ngopi di teras rumah.

"Iya pa.." jawab Riyanti.

Lalu Riyanti mengendarai motornya ke apotek terdekat untuk membeli tespek.Beberapa waktu kemudian Riyanti kembali ke rumahnya dengan membawa tespek yang telah dia beli.

Dia pun langsung menuju ke kamar mandi. Lalu mengambil wadah kecil untuk menampung air seninya.Kemudian dia mencelupkan tespek itu ke dalam wadah yang berisi air seni tersebut.

Riyanti menunggu dengan hati yang berdebar- debar.Dia takut hal yang tidak diinginkan terjadi padanya.Beberapa saat kemudian dia mengangkat tespek itu perlahan.Dia pun memperhatikan tespek itu dengan seksama tanpa berkedip.

Tiba - tiba muncul lah dua garis merah di sana.Riyanti sangat syok melihat dua garis merah menyala itu.Badan Riyanti terasa lemas, lalu jatuh terduduk di lantai kamar mandi.Air mata pun mulai turun membasahi kedua pipinya.

"Nggak..ini gak mungkin, kenapa harus seperti ini, aku nggak mau ..hik..hik.." Riyanti menangis.

"Mas Rudi,,liat lah apa yang sudah kamu lakukan kepadaku mas..sekarang aku harus menanggung semua ini sendirian mas... hik..hik..Kenapa hanya aku yang harus mengalami semua ini ya Alloh..kenapa..? Mas Rudi , kamu bisa kembali ke istri dan anakmu, mungkin sekarang kamu sedang bahagia bersama keluarga kecilmu, tapi lihatlah aku mas, di sini aku menanggung beban ini seorang diri..hik..hik...aku gak sanggup ya Alloh ,,, aku gak sanggup hik..hik...apa yang harus aku lakukan ya Alloh.. Hik..hik.." ucap Riyanti pilu meratapi nasibnya sendiri.

Dalam dirinya saat ini hanya ada penyesalan yang tidak ada gunanya.Seandainya dia bisa memutar waktu, dia tidak akan menyerahkan cinta dan tubuhnya kepada Rudi.Lelaki yang ternyata suami orang yang sekarang tidak diketahui di mana keberadaannya sekarang.

Riyanti merasa sangat bodoh, mau- maunya dia menyerahkan kesuciannya pada laki- laki tanpa di nikahin terlebih dahulu.Tetapi penyesalan tinggal hanya penyesalan.

Sekarang hanya dia yang kini harus menanggung beban atas perbuatannya.

Menanggung dosa yang telah dia perbuat dengan Rudi.Yang dulunya mungkin dia merasakan kenikmatan bersama Rudi, kini hanya tinggal kepedihan.

Dia harus minta pertanggungjawaban kepada siapa ?Orang yang seharusnya bertanggung jawab pun sudah kembali dengan pemiliknya.

Kini Riyanti hanya bisa merana sendiri, dan tidak tahu harus berbuat apa, mau bicara sama keluarganya pun pasti tidak berani, sedangkan mau diam saja lambat laun juga akan ketahuan juga.

Bersambung ...